7

1.3K 89 1
                                    

Jangan lupa vote ya
Happy Reading

----____----

"Dilihat-lihat si Stella cantik banget, ya?" ucap Aldo begitu mereka berlima tiba di parkiran.

Kenan menatap tajam Aldo, "Hehe, peace, bos," cengir Aldo saat mendapat tatapan tajam dari Kenan.

Roby tertawa melihat ekspresi wajah tertekan Aldo, "Hahaha, sudah tahu si bos lagi pdkt pada tu gadis, masih saja pengen Lo embat" katanya sambil merangkul pundak Aldo.

Aldo segera menepis tangan Roby yang ada di pundaknya, "Eh, santai, bro, jangan kasar," cegah Roby.

Aldo hanya merengut kesal, sementara Alfan dan Reza tidak ikut campur dalam percakapan mereka.

"Ke markas," perintah Kenan yang sudah mengendarai motornya.

Reza dan Alfan mengikuti perintahnya, sementara Aldo dan Roby mengikutinya dengan Roby masih menertawakan Aldo.

§

Di sisi lain, seorang pemuda memasuki mansion mewah dengan tas dipundaknya, tatapan malas terpancar jelas dari wajahnya.

"Oh, kau sudah pulang," ucap wanita yang memegang status sebagai ibu pemuda.

"Iya," balas pemuda itu.

"Cepat buatkan makan siang," ketus wanita tersebut.

"Iya," diangguki pemuda tersebut lalu segera berlalu ke dapur untuk melaksanakan perintah ibunya.

"Ck menyusahkan," gumam wanita tersebut.

Alvaro yang sedang sibuk di dapur dengan telaten memasak berbagai hidangan, pemuda tersebut, Alvaro. Siapa yang menyangka bahwa dirinya merupakan anak dari konglomerat?

Bunyi sepatu seorang gadis turun dari lantai dua.

"Ma... eh, kakak sudah pulang," senyum gadis tersebut menyapa Alvaro, namun sang pemuda hanya mengacuhkan gadis tersebut.

Wanita paruh baya tersebut telah melangkah ke dapur dan melihat putri kesayangannya. "Oh, sweetie, kau sudah bangun. Bukannya tadi kamu masih lelah, hmm?" ucap wanita paruh baya tersebut dengan lembut.

"Hmm sekarang aku udah gak capek. Oh, kak, lagi masak apa nih?" balas gadis tersebut pada ibunya, lalu menghampiri Alvaro untuk melihat aneka makanan yang telah disajikan di meja.

Pertanyaan tersebut tidak dijawab oleh Alvaro, dia hanya berlalu meninggalkan ruang makan sambil menenteng tas sekolahnya.

"Kakak, apa marah sama Clara?" ucap gadis tersebut dengan sedih. Mendengar itu, Alvaro hanya berhenti sebentar lalu melanjutkan pergi menuju kamarnya.

"VARO!!! Sikap macam apa itu? Kenapa kau mengabaikan adikmu?" sarkas wanita paruh baya tersebut, Luna Madison.

"Dia bukan adikku," balas Alvaro, lalu segera menuju ke kamarnya di lantai satu.

"Ma, apa kakak benar-benar marah sama aku?" ucap Clara dengan sedih, menatap punggung kakaknya yang menjauh.

"Jangan sedih, sweetie. Nanti papah yang akan memberi pelajaran pada anak itu jika membuatmu sedih. Jadi, jangan nangis lagi ya," ucap Luna dengan lembut, diangguki oleh Clara.

"Ayo, kita makan," tambahnya pada Clara.

"Hmm, iya."

Disisi lain

"Seperti yang terlihat di CCTV, kelihatannya mereka akan berlaku curang, bos," ucap Roby.

"Wah, nggak bisa dibiarin" tambah Aldo.

Populer FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang