5. Sekolah

6.5K 510 2
                                    


Dipagi hari yang cerah ini Raka  menggeliat dalam tidurnya, dia merasakan seluruh tubuhnya ngilu dan terasa sakit, bahkan ketika dia berusaha bangun pun badanya terasa remuk. "Argghh, sakit banget badan gue berasa di amuk masa." Raka mengerang.

"Gilaa tuh bapak nya si Erga buset serem bener, gue minta makan ajah sabuk dia langsung melayang ke tubuh gue. Gak lagi gue minta makan sama itu orang. "

"Ehh. Tapi, yang mindahin gue ke kamar siapa ya---masa gue ngigo tiba-tiba jalan ke kamar sendiri kan, gak mungkin." Raka menyangkal pikiranya, tidak mungkin kan dia mengigau. Karena itu kebiasaan dia ditubuhnya yang dulu.

"Jangan-jangan si Alkan lagi ? Ehh, tapi kan gak mungkin, orang badan dia segede semut mana mampu ngangkut gue, atau enggak si Erga. Tapi gak mungkin juga orang kemarin dia B aja ngeliat gue disiksa. "

Raka bingung, tidak mungkinkan tiba-tiba Sagara yang membawanya bisa-bisa dia di siksa part 2 "bodo amatlah gue bingung."

"Ehhh, tapi dari kemarin gue belum ngeliat wajah gue. Gimana ya bentukan nya? Ya walaupun udah ngeliat sih, dalam versi hantunya kemarin." Iya memang Raka belum melihat wajah nya semenjak terbangun di tubuh Raka Andreafa, sebenarnya dia tidak terlalu penasaran karena kemarin dia melihat sosok tubuh yang dipakainya ini walaupun sudah jadi hantu.

"Anj*rlah! Kok wajah gue kaya bocah SD sih---gak! Gak terima gue, udah kelas 11 gini masa wajah gue kaya bocil sih. Si Raga aja wajah nya seksi mewing lagi, lah gue ? Gak adil banget." Raka cemberut melihat dirinya dipantulan cermin. Bahkan wajahnya yang dulu lebih terlihat dewasa ya walaupun orang-orang selalu menyebutnya imut karena memiliki lesung pipi.

"Bener kata si Arvie, badan dia jadi imut gara-gara tubuhnya dipake gue, tapi loh waktu itu gue liat si Arvie wajahnya serem gak ada imut-imutnya."

"Bahkan kalo dibandingin sama si Alkan kayak nya yang keliatan adek nya itu gue, bukan dia." Raka menggerutu.

"Tapi wajah gue gak terlalu mirip sama si Raga walaupun kembar, mungkin kembar tidak identik." Raka mengangkukan kepala merasa opininya benar.

"Sekarang jam berapa sih, harusnya gue sekolah. " Raka melihat jam weker seketika matanya membulat melihat jam yang menunjukan pukul 6 : 45. "Bjirr, gue telatt!! Kayaknya semua orang yang ada disini gak peduli sama gue sampe gak ada yang bangunin." Raka dengan cepat mengambil handuk dan keluar kamar, karena kamar Raka yang kecil tidak memiliki toilet didalam. Karena kamar Raka dulunya adalah gudang yang dijadikan kamar oleh nya, kamar yang seharusnya menjadi kamar Raka dikunci rapat oleh Sagara, semenjak kejadian itu.

Dan sampai saat ini Sagara tidak pernah memberikan fasilitas, uang bahkan hak yang seharusnya menjadi milik Raka. Dia tidak ingin orang yang telah membunuh seorang yang dicintainya hidup dengan tenang.

Raka telah selesai mandi dia berlari ke kamar, dia hanya menggunakan handuk untuk menutupi bagian bawah nya saja. Karena tadi dia lupa membawa seragam ke toilet, untung saja keadaan mansion telah sepi.

Raka dengan cepat memakai seragam, dia memakai baju yang dikeluarkan, tidak memakai dasi dan rambut yang acak-acakan.

"Oh iyaa, dompet!"

Raka mencari dompet milik Arvie, jika tidak ada. Mampus, dia tidak akan bisa berangkat sekolah, setelah susah payah mencari bahkan sampai ke bawah kasur dan ternyata dompetny ada diatas meja belajar.

"Bodoh---kenapa gue gak liat dompet ini tadi." Dia membuka isinya seketika matanya meredup. "Yah cuman ada 20 ribu, mana cukup. Buat makan aja paling abis, cukup gak ya---?. Bodolah cukup gak cukup harus cukup buat hari ini, kayak nya gue harus cepet-cepet cari kerjaan."

Raka langsung berangkat ke sekolah karena dia sudah sangat terlambat. Raka berangkat menaiki angkutan umum, sudah dikatakan bukan ? Jika Sagara tidak akan pernah memberikan fasilitasnya untuk Raka, padahal bisa saja Raka tadi berangkat menggunakan mobil.

Transmigrasi                                                  Raka AndreafaWhere stories live. Discover now