10. Disiram

7K 553 21
                                    


Hari ini Raka memutuskan untuk kembali bersekolah walaupun keadaan tubuhnya yang tidak memungkinkan. Raka tetap memaksakan dirinya untuk berangkat sekolah seharusnya Raka masuk sekolah sejak 2 hari yang lalu, tapi karena kejadian kemarin dia harus bolos, semoga saja dia tidak akan mendapat masalah. Raka terbangun saat pukul 04.00 pagi, saat terbangun Raka merasakan seluruh tubuhnya sakit dan perih apalagi luka-luka itu belum dia obati sama sekali. Raka berangkat sekolah sangat pagi-pagi  dirinya tidak ingin bertemu dengan orang rumah, setelah kejadian semalam dia berusaha untuk menghindari Ayahnya maupun Erga.

Saat ini Raka  sedang berjalan dikolidor sekolah yang lumayan sepi, mungkin karena murid yang lain belum datang karena Raka datang terlalu pagi. Dia sengaja berangkat sekolah sangat awal karena untuk menghindari orang rumah dan juga menghindari cacian siswa dan siswi yang tak suka padanya, tapi sepertinya hal itu akan sulit. Karena seseorang lebih baik menutup telinga sendiri dibandingkan menutup mulut orang-orang yang berbicara keburukan tiada henti.

Dan suatu hal yang dia lupakan, dia lupa kelas nya dimana. Salahkan saja pada Arvie yang tidak memberikan seluruh ingatannya dan itu sangat menyulitkan Raka, contohnya saat ini.

"Hei, tunggu---" Raka berucap pada seorang remaja yang menggunakan kaca mata bulat yang tak sengaja berjalan melawati nya.

Raka bisa melihat bahwa tubuh remaja itu menegang saat dia memanggilnya, Raka bisa merasakan. Aura ketakutan yang terpancar saat remaja itu perlahan mendekat padanya.

"Lo kenal gue?"

"S-siapa yang gak kenal kamu, seluruh sekolah juga tahu siapa kamu." Jawab pemuda itu dengan kepala tertunduk kebawah.

"Berarti gue terkenal banget yaa, lo tahu gak kelas gue dimana? Kalo tahu bisa lah anterin gue kesana." Tanya Raka pada sosok remaja berkacamata didepannya.

"Kita sekelas." Jawab remaja itu dengan kepala yang masih tertunduk, dia tidak berani melihat wajah Raka.

Raka merasa remaja didepannya takut melihat pada wajahnya. "Kok ngeliatnya kebawah terus---wajah gue jelek ya?"

Remaja tersebut menggeleng ribut. "Enggak! Kamu gak jelek, kamu---"

"Gue apa?" Raka excited berharap jawaban remaja ini sesuai dengan harapan.

"Imut."

Raka merosostkan bahunya, "yah, gue kira ganteng. Gue gak mau imut gue maunya ganteng, kalo imut kaya bocah SD."

"Ya udah yuk kita ke kelas aja, gue takut keburu banyak orang disini. Males banget lihat orang-orang yang suka gibah." Ajak Raka sok kenal dia menyampirkan sebelah tangannya pada pundak remaja tersebut.

Remaja itu terdiam kaku, dia belum pernah sedekat ini dengan Raka. Malahan dulu dia pernah jadi korban bullyan Raka, jadi terasa canggung saat Raka berdekatan seperti ini.

Raka berjalan santai sambil memperhatikan suasana SMA Citra Pertiwi, melihat sekeliling nya Raka jadi kangen sekolah nya yang dulu, dia dulu juga sama kelas 11 hanya saja dulu Raka sekolah di SMK jurusan TSM (Teknik Sepeda Motor) Raka berharap dirinya mampu mengimbangi pelajaran disini, tapi Raka yakin dia bisa karena dulu di sekolahnya Raka selalu mendapatkan nilai diatas rata-rata dan selalu meraih piala dan menjadi kebanggan sekolah.

"Kita udah sampe." Ujar pemuda tersebut dengan rasa tak nyaman, karena sejak tadi Raka tidak melepaskan tangan dari pundaknya.

"Oh. Maaf gue ngelamun, hehhe."

Raka dan pemuda tersebut masuk kedalam kelas yang masih sepi, karena ini baru pukul 06:20.

"Bangku gue yang mana?"

Transmigrasi                                                  Raka AndreafaWhere stories live. Discover now