16. Teror

5.8K 531 2
                                    


Lelaki bermata elang terkekeh sinis disaat i pad yang sedang dia pegang menampilkan sesuatu yang sangat menarik menurutnya, sesekali dia menyesap kopi hitam yang berada diatas meja.

Dia duduk di kursi kebanggaannya lelaki yang sudah berumur kisaran 54 itu menampilkan seringaian, sorot mata yang tajam dan rahang yang tegas walaupun usianya sudah tak lagi muda tapi itu tak menutupi bahwa dirinya masih kekar dan kuat.

"Bagus, keluarga nya perlahan akan hancur di mulai dari salah satu anaknya."

Tangannya terulur menarik cangkir kopi yang dia seruput, lalu pandangannya teralihkan menatap figura cantik yang dihiasi mawar merah dengan sosok wanita cantik sedang memakai rok yang bermotif kan bunga mawar.

"Honey, percayalah aku akan tetap menyayangimu dan mencintai sedalam samudra walaupun kamu sudah tiada."

Tangan lelaki itu mengelus perlahan foto yang menjadi sosok kekasih pujaan hatinya. "Honey, kamu tahu? Kamu bagaikan permata indah yang cantik seperti wajahmu. Bau harumu selalu tercium di indra penciumanku. Sayangnya tuhan terlalu cepat menjemputmu." Dia mencium bahkan mengendus foto figura yang sedang di pegangnya.

"Kamu pasti menjadi bidadari yang sangat cantik disana,"

Saat lelaki itu memandangi figura seseorang mengetuk pintu masuk ruangan, hal itu membuat dia berdecak kesal karena membuatnya terganggu.

"Ck, masuk--"dia memandang seseorang muncul dari balik pintu.

"Ada urusan apa kau sampai mengganggu waktu berhargaku, Max?"

Orang yang dipanggil Max itu menyimpan berkas dimeja. "Aku hanya ingin memberikan berkas yang kau minta."

Lelaki bermata elang itu mengangkat sebelah alisnya. "Hanya itu saja?"

"Cih, pergi kau sebelum aku melenyapkan kau Max, karena kau telah berani mengganggu disaat aku sedang menikmati kecantikan. Honey ku."

Max ingin tertawa saat lelaki itu begitu posesif padahal yang sedang diperhatikannya hanyalah sebuah figura. "Oh iyaa, aku ingin mengatakan sesuatu pada kau."

"Penting atau tidak? Jika tidak aku benar benar akan menghajar kau."

Max mendekat dia berjalan pelan menelusuri ruangan, "ternyata kau adalah tipe lelaki yang sejati, sangat bagus. Hanya saja kau terlalu bodoh mencintai seseorang yang bahkan tidak mencintaimu." Ujarnya kala melihat begitu banyak sekali foto yang dipuja temannya mengisi seluruh ruangan kerja sang teman.

Dia menggeram marah rahangnya mengetat melihat Max menyentuh salah satu foto yang terpajang di dinding. "Lepaskan tangan kau dari, honey ku sial*n!" Karena geram dia melemparkan vas kecil yang berada di meja nya.

Prangg

"Cukup agresif." Tadi Max langsung menghindar sehingga tubuh nya tidak menjadi sasaran lemparan temannya yang bulol.

"Santai aku kesini mau memberitahukan jika anak yang menjadi sasaran kau telah masuk rumah sakit dan sedang diambang Kematian." Jelas Max dia memperhatikan ekspresi wajah temannya yang awalnya merah padam kini wajah itu sumringah.

"Hahahha, kerja bagus Max. Terus pantau dan kalau bisa kau langsung bunuh saja bocah itu. Aku ingin membuat Sagara semakin menderita."

Transmigrasi                                                  Raka AndreafaWhere stories live. Discover now