9. Lelah

6.3K 545 21
                                    


Raka masuk kedalam ruangan tempat dimana Garel dirawat, ditemani oleh Resi, Rayen. Dan juga Agam. Raka menatap Garel yang terbaring lemah tak berdaya, wajah itu seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan disana.

Raka memegang tangan sebelah Garel. Dirinya terus dipantau oleh beberapa temannya tadi, mungkin mereka sekarang ini sudah tidak menganggap nya teman. Apalagi yang namanya Agam, Raka cukup takut dengan dia karena Agam adalah sosok yang irit bicara dan juga cukup misterius.

Raka mengabaikan tatapan tajam dari Agam. Dirinya mengelus pelan tangan Garel. "Gar, maafin gue. Lo kaya gini gara-gara gue, maaf  Gar gue gak bermaksud untuk celakain Lo." Raka juga bingung akan bicara apa lagi, karena Arvie tidak memberikan ingatannya mengapa dia mencelakai Garel.

"Gue---"

"Gue udah keluar dari Salvorios, mungkin banyak temen-temen lo yang gak suka sama gue, tapi Gar. Satu hal yang harus Lo tahu, gue temenan sama kalian benar-benar tulus, gue jadiin Salvorios rumah kedua gue. Karena rumah gue yang asli udah rusak, disana udah gak menginginkan gue lagi. Sekarang Salvorios juga udah gak mau ada gue didalamnya. Kali ini rumah gue bener-bener hancur."

Raka berusaha mengungkapkan isi hati Arvie. Sekaligus meminta maaf kepada Garel, semua kesalahan yang Arvie perbuat. Walaupun bukan dirinya yang melakukan itu, jujur saja sangat melelahkan hidup ditubuh Raka Arviendra, dulu Raka pernah berpikir untuk menjadi orang lain. Dan ternyata terkabul dia menyesal karena nyatanya hidupnya malah semakin kacau, keinginan untuk memiliki keluarga yang mengerti dan menyayangi nya harus terhapus dengan kenyataan. Semua orang pasti memiliki masalah, namun tidak semua orang berisik dengan masalah yang mereka pikul.

"Setelah ini, Lo harus hidup dengan bahagia, makasih dulu lo udah ngasih kesempatan gue buat gabung Salvorios, yang sayangnya gue gagal dalam tugas gue. "

"Udah?" Tanya Agam yang terlihat santai, namun tidak tahu hatinya. Agam adalah orang yang sulit ditebak.

"Udah, sekarang aja ambil darah gue. Gue mau cepet-cepet ketemu adek gue."

"Sejak kapan lo baik sama adek Lo? Bukannya lo benci banget, sampe tiap hari lo bully dia disekolah." Tanya Resi, seorang Raka ketika akan membully selalu mengajak Rayen dan juga Resi untuk membantunya dalam menghajar dan memukuli orang-orang yang telah memancing amarahnya. Terutama Alkan adiknya, saat itu Raka pernah memukuli sampa Alkan hampir meregang nyawa, dan hal itu langsung dicegah oleh Resi dan juga Rayen selaku teman yang satu sekolah dengan Raka.

Dari situlah Raka dan ketiga temannya sering digandrungi sebagai preman sekolah, tidak ada yang berani kepada mereka, para siswa dan siswi hanya berani membicarakan Raka dan teman-temannya secara diam-diam. Raka dan temannya juga telah membuat resah siswa dan siswi yang tak sengaja berurusan dengan Raka. Sangking jahatnya Raka, ketika ada orang yang tak sengaja menginjak sepatunya. Siap-siap saja orang itu akan menjadi targetan bullyan Raka.

"Gue nyesel sama perbuatan gue yang dulu, setelah kecelakaan kemarin gue pikir bakalan langsung ke alam kubur, ternyata gue masih dikasih kesempatan untuk hidup. Kali ini gue mau gunain kesempatan itu untuk menebus kesalahan gue selama ini. Sebelum nantinya tuhan panggil gue buat pulang." Ucap Raka panjang lebar.

*****

Raka masuk kedalam ruangan untuk melakukan transfusi darah, sebut saja Raka cemen. Dia terlalu takut melihat jarum itu masuk kedalam tangannya. Rayen bahkan tertawa cekikin melihat ekspresi Raka, seperti bocah yang hilang dari ibunya. Sejak kapan wajah Raka jadi selucu ini? Bukankah dulu wajah ini selalu memandang penuh tajam. Sekarang boro-boro tajam dilihatnya saja Rayen ingin terus mencubit bahkan menggigit pipinya.

"Lo ngapain ketawa gak jelas? Gak liat jarum nya gede banget, gak jadi. Ah, gue tolongin si Garel, lihat jarum nya aja udah nyeremin." Raka memandang horor jarum yang berada ditangan dokter.

Transmigrasi                                                  Raka AndreafaWhere stories live. Discover now