ENEMY -- 19

5.6K 361 7
                                    

"Ish, elah! Jauh-jauh lo sana,"

Fira mendorong-dorong tubuh Gio, saat Evan dan Kayla sudah hilang dari pandangan mereka. Gio menatapnya sinis, lalu beralih untuk duduk dihadapan Fira.

"Udah gue bilang, kalo kita begini pasti lo tambah nyebelin ke gue." gerutu Gio, sambil melirik Fira dengan malas.

Fira mendengus. "Ish, lagian gue geregetan Giooo. Mereka kapan jadiannya sih?"

"Nggak tau," Gio mengedikkan bahunya, "Lo sih nggak sabaran. Pake acara mau jadi cewek gue boongan. Sekarang, nggak ada benefitnya, kan?"

"Yaudahsih, kok lo jadi nyalahin gue? Gue kan cuma mau mereka cepet jadian gara-gara kita pacaran duluan,"

Gio menghela napasnya. "Tapi nggak gini caranya, lo tau kan apa rencana yang disusun sama Evan? Dia lagi ngejalanin itu, Fira."

"Yaudah," tiba-tiba, Fira menitikkan airmatanya. "Kenapa lo nggak bilang kayak gini aja kemaren? Kenapa baru sekarang? Yaudahlah, biarin aja mereka."

Fira bangkit dari tempat duduknya, lalu berjalan keluar dari kantin. Melihat Fira yang berjalan dengan gusar serta airmata, Gio ikut berdiri dan langsung menyusul gadis itu.

"Apa?" tanya Fira tajam, saat Gio sudah meraih lengannya.

Gio menghela napas, lalu menarik Fira menuju taman sekolah mereka.

"Lo kenapa nangis?" tanya Gio, saat mereka sudah berada di taman. Fira menggeleng, menunduk memperhatikan sepatunya.

"Lo kenapa, Fira?" suara Gio melembut, membuat hati Fira berdesir.

Fira mendongak, menatap Gio dengan berkaca-kaca. "Kalo lo nggak setuju sama cara gue itu, harusnya lo nggak usah bilang 'iya' kemaren."

"Kenapa?"

"Nggak," Fira menggeleng. "Gue kemaren cuma ... nggak, gapapa."

Gio menangkup kedua sisi wajah gadis itu. "Lo nggak bisa bohong sama gue, Fira."

"Gue cuma ... gue cuma ingin di deket lo, Gio. Gue ... gu-gue, gue suka sama lo!"

Mendegar pernyataan Fira, tubuh Gio menegang. Hatinya berdesir seketika. Namun, respon yang Gio berikan hanyalah diam. Menatap Fira dalam, lalu melepas seluruh genggamannya karena cowok itu merasa sangat lemas.

Fira tertawa miris, "Iya, gue tau lo nggak bisa bales perasaan gue. Gue ke kelas ya, Gio."

Fira berbalik, menahan airmatanya yang sudah tumpah-ruah sampai ke seragamnya. Hatinya sesak. Sangat sesak. Setelah beberapa langkah, Fira terkesiap saat ada lengan kokoh yang memeluknya dari belakang.

"Jangan pergi," bisik Gio, tepat di telinganya.

Fira menunduk, mengamati lengan Gio yang begitu erat memeluknya. "Gue nggak bisa terus-terusan di deket lo, Gio. Gue terlalu sakit untuk itu,"

Perlahan, Gio membalikkan badan Fira. "Lo ngomong apa? Asal lo tau, gue juga suka sama lo."

Fira terkesiap. Otaknya begitu tumpul untuk menjawab kalimat yang baru saja di lontarkan oleh Gio.

"Lo pasti bercanda," gurau Fira. Gio menggeleng, "Nggak. Gue nggak becanda, Firaaa."

"Gue selalu nggak bisa ngebaca elo," ujar Gio. "Kadang, lo baik sama gue. Kadang, lo nggak peduli sama gue. Lo seperti menunjukkan perhatian lebih elo ke gue. Tapi kadang gue juga mikir kalo yang lo lakuin itu hanya sebatas temen, tapi itu juga bikin gue bingung, Fira.

"Jujur, gue terkejut saat lo bilang mau jadi cewek boongan gue demi Evan dan Kayla. Awalnya gue seneng, tapi semakin gue pikirin, ternyata itu emang cuma demi Evan dan Kayla. Gue nggak mau kita deket karena keadaan yang mengharuskan gitu, Fira.

My (Lovely) EnemyWhere stories live. Discover now