ENEMY -- 25

5K 303 12
                                    

"Gue jalan ya, Kak!" ucap Nathan saat Kayla telah turun dari motornya. Kayla melambaikan tangan seraya memperingati adiknya untuk berhati-hati. Setelah cowok itu hilang dari pandangan, Kayla berbalik badan.

Gadis itu melangkah ceria melewati koridor sekolah. Pagi yang cukup cerah ditambah dengan suasana rumah yang begitu menyenangkan, membuat Kayla bersemangat hari ini. Belum lagi, saat gadis itu mengingat kejadian semalam-saat Evan meneleponnya hanya untuk berkata rindu padanya. Ah, dia jadi ingin bertemu Evan secepatnya.

Tepat saat Kayla memasuki koridor yang di penuhi siswa, mendadak orang-orang itu langsung menatap dirinya. Biasanya, mereka menyapa sang ketua OSIS yang ramah, tetapi kini semua orang seperti memandangnya aneh. Kayla sempat mengoreksi penampilannya hari ini, tetapi gadis itu menyadari bahwa memang benar-benar tak ada yang ganjil dengan penampilannya. Mencoba untuk berlagak tidak peduli, Kayla tetap berjalan melewati orang-orang yang kini malah berkasak-kusuk di belakang Kayla.

Sebuah kerumunan yang berada tepat di depan mading sekolah, memancing perhatian Kayla. Gadis itu mengernyit heran. Dengan penasaran, Kayla menghampiri kerumunan yang tengah membicarakan sesuatu seraya menunjuk sesuatu yang ada di papan mading sekolah.

"Ada apa ini?" ucap Kayla tegas. Mendadak seluruh orang yang berkerumun itu diam, lalu menoleh kearah suara. Semuanya tampak pucat melihat kehadiran Kayla yang tiba-tiba. Seakan memberi jalan bagi sang ketua osis, semua orang tersebut perlahan menyingkir, memberikan celah agar Kayla dapat melihat dengan jelas apa yang ada di papan tersebut.

Dan ketika Kayla tengah berdiri di depan papan mading, tubuh Kayla menegang seketika.

Foto-foto yang terpampang disana membuat diri Kayla seperti tertampar akan kenyataan. Latar tempat semua foto itu pun sama, di sebuah restoran mewah yang berkelas. Dan orang yang berada di dalam foto itu adalah Evan dan mantan pacarnya, Elena.

Kenyataan yang begitu pahit. Kayla melihat foto-foto mereka yang begitu banyak dan bervariasi. Dari foto di meja makan yang berisi Evan, Elena dan orangtua mereka masing-masing, kemudian foto Evan yang tengah menangkap Elena sehingga saling menatap, tangan Evan yang menggandeng tangan Elena erat seraya berjalan, serta foto terakhir yang menampakkan Evan sedang membukakan pintu mobilnya untuk Elena.

Batin Kayla menjerit. Foto-foto ini begitu menusuk hatinya. Meski Evan mengakui kalau hubungannya dengan Elena yang dulu bukanlah hubungan yang serius, kini kepercayaan itu mulai hilang dari hati Kayla. Seserius inikah mereka? Bahkan, Kayla yang berstatus sebagai kekasihnya pun belum pernah makan malam dengan orangtua Evan seperti ini.

Jadi ... semalam, saat Evan berkata bahwa dia sedang tak berada di rumahnya, ternyata Evan sedang berada di sana? Restoran mewah bersama keluarganya serta keluarga Elena?

Lagi-lagi, Kayla seperti menampar dirinya sendiri. Buat apa cowok itu meneleponnya seakan-akan memang rindu padanya? Pasti dia melakukan hal itu agar gue nggak sakit hati saat melihat ginian, batin Kayla bersuara.

"Oh, ternyata sang pacar udah melihat ini, ya? Tadinya, mau gue copot terus kasih ke elo langsung. Eh ternyata udah liat,"

Suara Elena yang tiba-tiba terdengar diantara suara orang yang sedang berbisik-bisik, membuat Kayla menoleh. Mantan Evan yang sialan itu tengah berdiri di sampingnya, melipat kedua tangannya di depan dada dan menatapnya pongah.

Kayla memandangnya tajam, lalu mencopot semua foto itu dengan kasar. "Mau lo apalagi, hah? Ini cara lo buat menghancurkan hubungan gue sama Evan? Iya?"

"Sayangnya, ini bukan cara gue," ucap Elena angkuh. "Melainkan kemauan orangtua KAMI untuk menjodohkan gue dan Evan. Secara nggak langsung, gue bakal menjadi istrinya Evan, dan elo yang bakal pergi dari kehidupan kami!"

My (Lovely) EnemyWhere stories live. Discover now