LOVE -- 20

5.9K 347 9
                                    

Evan melirik jam dinding yang berada di kamarnya, pukul lima lewat tiga puluh menit.

Masih terlalu pagi sebenarnya untuk berkunjung kerumah orang lain saat ini. Tapi niat Evan tidak hanya ingin mengunjungi gadis itu, melainkan juga ingin berolahraga di sekitar kompleknya.

Evan duduk di tepi ranjang, mengencangkan tali sepatu runningnya dengan cepat. Tangannya mengambil sebuah kotak yang berada di nakas, lalu dibawa bersamanya. Sebelum kakinya melangkah untuk turun kebawah, Evan membuka pintu kamar Retha.

Gadis kecil kesayangannya itu masih tertidur pulas, dengan beberapa helai rambut yang menutupi wajah gadis itu. Evan tersenyum kecil, lalu melangkah pelan mendekati Retha dan mengecup singkat kening gadis itu.

Setelah menutup pintu kamar Retha, Evan turun kebawah. Langkahnya terus melaju tanpa memperhatikan keadaan sekitar. Sampai sebuah suara, menghentikan langkahnya.

"Evan,"

Evan menghela napasnya. Terpaku di beberapa langkah sebelum pintu depan rumahnya. Evan tidak membalikkan tubuhnya, melainkan hanya menoleh sedikit seakan bertanya apa dalam diam.

"Mama mau bicara sama kamu," ujar wanita itu dengan tegas. Evan kembali menghadap kedepan, "Evan nggak ada waktu."

"Evan--"

Evan kontan membalikkan tubuhnya. "Denger, ya. Evan nggak punya waktu buat ngomong sama mama, Evan mau olahraga dulu sekarang. Takut kesiangan. Dah!"

Tanpa menoleh atau mempedulikan teriakan ibunya yang memanggil namanya, Evan tetap berjalan maju. Meninggalkan ibunya dan sedikit menggebrak pintunya.

Hati yang tadinya berbunga-bunga, kini mendadak gelap.

Evan tertawa remeh dalam hati, bagaimana bisa ia mempedulikan orang yang bahkan sama sekali tidak mempedulikan dirinya dan Retha?

Evan menggeleng pelan, kemudian berlari kecil menuju rumah gadis itu.

- - - - -

Pagi ini, hari Sabtu yang cerah. Tentu saja Kayla tidak ingin menghabiskan waktunya diluar rumah seperti biasa. Seperti saat ini, Kayla masih telungkup diatas kasurnya dengan selimut tebal yang membungkus gadis itu.

Nathan sudah berkali-kali mengetuk pintu kamarnya, tetapi Kayla sama sekali tidak menyahutinya. Dibuka oleh Nathan pintu kamar Kayla yang tidak terkunci, lebar. Kepalanya menggeleng-geleng melihat kakak perempuannya masih tidur nyenyak seperti itu.

Dan dengan satu kali lompatan, Nathan sudah berada di kasur Kayla. Meloncat-loncat dan menggoyang-goyangkan gadis itu, hingga mata Kayla terbuka penuh.

"Elah! Apaansi?"

Nathan terkekeh. "Ayo bangun, kakak kebo."

"Gak." Kayla menutup kembali selimutnya. Nathan kontan menjewer telinga gadis itu, "Ayo bangun ish!!!"

Kayla langsung terduduk, memegangi telinganya yang memerah akibat di jewer sangat kencang oleh Nathan.

"Sakit ... " lirihnya. Nathan terkekeh, mengecup singkat telinga Kayla kemudian kening gadis itu.

"Udah, kan? Ayo!" Nathan beranjak dari kasur dan berdiri, mengulurkan tangannya agar disambut oleh Kayla.

Kayla menampakkan cengiran lebarnya, "Gendong ... "

"Nggak." Nathan menggeleng. Kayla mendecak, "Yaudah."

"Ahelah," Nathan memutar kedua bola matanya, lalu berjongkok membelakangi Kayla. "Naik, buruan!"

Kayla tersenyum senang lalu loncat ke punggung adiknya. Sambil menarik-narik rambut Nathan, dengan bangganya, Kayla berteriak, "Ayo jalan, kang ojek!"

My (Lovely) EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang