ENEMY -- 21

5.3K 338 17
                                    

"Fir, kantin yuk,"

Fira mendongak, menatap Kayla yang tengah mengguncang-guncang lengannya karena ingin pergi ke kantin. Walau bel istirahat sudah berbunyi sejak tadi, Fira tetap saja betah duduk di dalam kelasnya.

Fira menggeleng, "Nggak. Lo aja sana,"

"Ayo ih, gue lapeeerr." rengek Kayla, masih mengguncang lengannya.

"Nggak." Fira kembali meletakkan wajahnya diantara kedua lekukan tangan, "Sendiri aja sana."

Sebelum beranjak dari kelas, Kayla sempat mendecih dan menggumam kesal pada sahabatnya itu. Fira tertawa kecil dalam hati. Toh, ini juga untuk kebaikan dirinya, kan?

Kayla berjalan keluar kelas, sendirian. Istirahat sudah berlangsung sejak beberapa menit yang lalu, tetapi Kayla merasa sedikit ganjal dengan suasana sekolah saat ini. Beberapa lorong yang biasanya ramai, kini pun seperti sangat sepi. Kayla tak peduli, kakinya tetap melangkah menuju kantin sekolahnya.

Tepat saat kakinya menginjak lorong pertama yang langsung menuju ke kantin, seorang siswa menghampirinya. Menyerahkan satu tangkai bunga mawar untuknya.

"Ini buat lo," ucap cowok itu sambil tersenyum. Kayla mengkerut, heran. "Eh? Makasih,"

Cowok itu pergi, dan tak lama kemudian datang lagi seorang siswi yang juga menyerahkan bunga padanya.

"Hai, buat lo." Kayla mengerjap, menerima bunga itu masih dengan tatapan bingung.

Tak lama kemudian, beberapa teman yang lain juga menyerahkan bunga padanya. Sampai seorang adik kelas yang dikenalnya, Kayla menahan lengan gadis itu.

"Ini dari siapa?" tanyanya. Adik kelas itu tersenyum, "Kakak masuk aja ke kantin,"

Masih dilanda oleh kebingungan yang begitu besar, Kayla melepaskan lengan adik kelas itu perlahan. Dia tersenyum, lalu meninggalkan Kayla. Kayla melangkah perlahan, beberapa siswa terus memberinya satu tangkai bunga hingga sampai pintu kantin, Kayla sudah menggenggam 44 tangkai bunga mawar.

Kayla tak menyalahkan kantin yang kini terlihat sangat-amat-ramai, dengan sebuah kerumunan yang berada di tengah-tengah. Mereka seperti berbisik-bisik saat Kayla memasuki kantin, lalu orang itu berdiri diatas meja dengan tiba-tiba.

Ya, Evan berdiri di atas meja kantin seraya memegang sebuah gitar.

Jangan ditanya, jantung Kayla berdegup kencang tak karuan saat ini.

"Kay," panggil Evan. Kayla mendongak, hanya mendongak tanpa mengucapkan sepatah kata pun dari mulutnya.

Evan tersenyum kecil, "Dengerin gue, ya."

Kayla mengangguk. Dan tak lama kemudian, yang terdengar hanyalah sebuah suara petikan gitar dan suara Evan.

"Girl your heart, girl your face is so different from them others,
I say, you're the only one that I'll adore
'Cause every time you're by my side
My blood rushes through my veins
And my geeky face, blushed so silly yeah, oh yeah ... "

Kayla berdesir. Entah apa yang membuatnya berani, tetapi langkahnya kini sudah mendekati meja tersebut. Hingga Evan menatapnya,

"And I want to make you mine,"

Kayla tersenyum.

"Oh, baby, I'll take you to the sky
Forever you and I, you and I, you and I
And we'll be together 'til we die
Our love will last forever and forever you'll be mine, you'll be mine ... "

Kayla tertawa ringan, batinnya kini tengah meletup-letup saking senangnya.

"Girl your smile and your charm
Lingers always on my mind
I'll say, you're the only one that I've waited for,"

My (Lovely) EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang