1 AKU AKAN TETAP TERSENYUM

3.7K 158 2
                                    

Novel ini perpaduan antara imajinasi dan kisah nyata. Thor sudah diizinkan untuk menjadikan kisah nyata dari curhatan ini menjadi novel. Apabila ada kesamaan kejadian dengan para pembaca, ITU TIDAK DISENGAJA.
.
Bab 1-5 adalah pengenalan, di bab 6 barulah masuk ke konflik sebenarnya yang menegangkan.
.
Akan banyak adegan berdarah, sadis dan dapat memicu trauma. Selain itu akan ada beberapa adegan dewasa. Jadi harap bijak saat membaca. Serta jangan meniru apapun yang ada di dalam cerita! 
.
VOTE & FOLLOW ya
Biar enggak ketinggalan karyaku yang lain
.

Shira begitu bersemangat menuju dapur rumahnya. Langkah kaki gadis kecil itu cepat meski dengan kedua kakinya yang masih pendek. Senyum sumringah mengembang lebar di wajahnya, saat indra penciumannya menangkap aroma lezat makanan yang menggugah selera.

Sesampainya di dapur, Shira melihat sepiring nugget ayam yang masih dalam kondisi hangat dan crunchy. kini senyum sumringah anak perempuan yang duduk di bangku taman kanak-kanak itu, berubah menjadi cengiran lebar. Tanpa pikir panjang Shira segera mengulurkan tangan, hendak menyambar satu nugget lezat itu dan Shira pasti sudah melahap nugget itu jika saja ucapan sang ibu tidak membuatnya berhenti.

"Satu aja! Adik kamu belum makan nuggetnya!" Ujar Nyonya Arunika dengan nada bicara yang agak tinggi.

Tangan Shira berhenti, dia urung meraih nugget yang ada di hadapannya. Shira tatap wajah ibunya yang menampilkan ekspresi tegas. Bahkan bagian tengah dahi ibu Shira berkerut dan tatapan mata wanita berusia tiga puluh tahunan itu tajam menatap putri sulungnya.

"Iya satu aja." Jawab Shira sembari tetap tersenyum, walau dia berusaha dengan sekuat tenaga untuk menahan air matanya agar tidak mengalir keluar.

Sekitar setengah jam kemudian, adik Shira yang bernama Ellio baru saja terbangun. Suara tangisnya membuat nyonya Arunika buru-buru ke kamar untuk menghampiri putra bungsunya itu.

Shira mengikuti ibunya dan dari ambang pintu dia melihat ibunya sedang memeluk sembari mengusap-usap air mata adiknya.

Terbesit dalam benak Shira 'apakah mama pernah peluk Shira kayak gitu? Mama sayang banget sama adek. Sama Shira sayang juga kan?' pikir Shira polos.

Namun belum sempat Shira menyuarakan pikirannya apalagi mendapat jawaban, nyonya Arunika segera menggendong Ellio untuk menuju dapur. Nyonya Arunika sudah sangat tidak sabar untuk memberikan putra bungsunya nugget yang tadi telah digoreng dengan sepenuh hati. Saking tidak sabarnya nyonya Arunika berjalan cepat dan melalui Shira begitu saja.

Shira menatap punggung ibunya dan tiba-tiba ada sesuatu yang berdenyut di dadanya. Tangan mungil Shira reflek memegang dadanya. Dia bisa merasakan sakit di sana dan jantungnya juga berdebar cepat.

Shira juga merasakan matanya memanas. Tapi dia memutuskan untuk menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Berharap agar nafasnya yang mulai memburu segera stabil. Shira tidak ingin emosinya meluap.

"Aku enggak boleh nangis. Nanti mama marah." batin Shira yang segera buru-buru tersenyum dan menyusul ibunya serta adiknya di dapur.

"Makanlah nak, makan yang banyak." Inilah ucapan pertama yang Shira dengar saat  dia tiba di dapur.

Shira melihat ibunya sedang duduk di samping adiknya yang lahap memakan nugget. Nyonya Arunika juga menuangkan susu hangat untuk Ellio.

Shira segera duduk di kursi kosong yang berada di sisi kiri Ellio. Dia menatap nugget yang di pegang Ellio. Tanpa sadar Shira menelan ludah karena selera.

Tidak langsung mengambil nugget yang ada di piring untuk menuntaskan selera makannya. Shira malah menatap ibunya dengan hati-hati. Dia perhatikan ibunya tersenyum sumringah menatap sang adik. Melihat hal ini Shira yakin kalau tidak masalah jika dia mengambil satu nugget lagi.

SECOND LIFEWhere stories live. Discover now