50 BERTUNANGAN

182 27 26
                                    

Kereta kuda yang mereka tumpangi akhirnya tiba di gerbang ibu kota White Stone. Pemandangan pertama yang menyambut mereka adalah anak-anak rakyat jelata yang  menatap hampa kepada kereta kuda serta orang-orang di jalanan.

Vanilla reflek menutup mulutnya ketika dia merasakan gejolak di perut. Beberapa saat Vanilla berjuang bertahan, pada akhirnya dia tidak kuasa menahan muntah. Untung Vanilla muntah ke jalanan. Naren yang duduk tepat di sebelah Vanilla, sontak bergeser hingga menghimpit Mask disebelahnya.

Baru saja Naren hendak protes pada Vanilla, Shira sudah gemetaran sembari menutup telinganya rapat-rapat. Air mata Shira mengalir dalam diam, tapi terlihat jelas rasa sakit luar biasa yang Shira rasakan dari ekspresinya. Semua orang yang berada di kereta kini mulai kebingungan dan khawatir.

"Sayang kau kenapa?" Tanya Reiver panik namun dengan sempurna mampu menutupi kepanikannya dan panggilan Reiver untuk Shira ini sukses membuat Naren mendelik sembari menatap intens Reiver.

Kedua tangan Reiver pun sudah lebih dulu menarik Shira—yang semula duduk di sisi kirinya—ke dalam pangkuannya. Reiver peluk Shira dengan erat, sembari tangannya tidak berhenti membelai kepala Shira. Naren yang melihat hal itu hanya bisa tercengang dan terpaku. Sedangkan Mask malah intens memperhatikan reaksi Naren.

"Reiver...sakit....benar-benar sakit..." Ujar Shira yang kini mencengkram lengan kanan atas Reiver.

Naren buru-buru bergerak, dia menggunakan ability genezing-nya pada Shira dan juga Vanilla, namun tidak ada perubahan baik yang terjadi. Seakan ability penyembuhan Naren sama sekali tidak berefek.

"Reiver ini bukan penyakit atau luka. Tapi reaksi ability Alitheia. Ada hal yang tidak beres di kerajaan ini dan sedang disembunyikan."

"Tapi einer Alitheia bisa tahu kebenarannya." Sambung Reiver yang langsung berdecak kesal.

Reiver membuka portal hitamnya, segera saja Naren membantu untuk memasukkan Shira kedalam ability Reiver. Sedangkan Mosa dan Matteo memapah Vanilla untuk dimasukkan juga kedalam ability Reiver. Setelah dua einer Alitheia itu masuk ke dalam ability Harrier, barulah kondisi semua orang tenang kembali, termasuk Shira dan Vanilla.

"Setidaknya di dalam sana hampa. Mereka tidak akan merasakan serta mendengar apapun." Ujar Reiver yang masih memirkan kondisi Shira. Cengkraman Shira di lengannya bahkan masih terasa sakit, karena saking kuatnya. Tapi itu tidak sebanding dengan sakitnya hati Reiver, saat melihat Shira mengerang kesakitan.

Sekitar setengah jam perjalanan setelah memasuki gerbang ibu kota, mereka pun tiba di istana utama kerajaan. Jam menunjukkan pukul 02.30 siang, mereka tiba setengah jam lebih cepat dari jadwal yang ditentukan oleh Robbert.

Setelah kereta mereka berhenti tepat di depan gerbang istana utama, para penjaga istana langsung memeriksa mereka dan setelah mereka menunjukkan nomor peserta ujian Ridder serta kartu tugas, mereka pun diizinkan memasuki istana. Mereka di bawa menuju paviliun istana. Di depan  pintu paviliun sudah berdiri Robbert dan beberapa peserta ujian lainnya.

"Hm? Mana 2 orang lagi?" Tanya Robbert yang tidak melihat Vanilla serta Shira. Beberapa peserta ujian Ridder juga sangat penasaran.

Reiver membuka portal hitamnya, Shira dan Vanilla melangkah keluar. Baru beberapa detik berada di luar, Vanilla kembali mual dan hampir saja muntah, untung dia masih bisa menahan isi perutnya itu. Sedangkan Shira berusaha keras berdiri tegap sembari menahan kepalanya yang serasa mau pecah.

Jika bukan karena Reiver menahan punggung Shira dengan tangannya, mungkin Shira akan terjengkang ke belakang sekarang.

"Kalian einer Alitheia bertahanlah, ini belum apa-apa." Pikir sekaligus batin Robbert yang membuat Shira serta Vanilla menatapnya tajam.

SECOND LIFEWhere stories live. Discover now