61 AKU BANGGA PADAMU HROM

116 24 23
                                    

Foto-foto Shira di smartphone-nya, Naren pandangi terus-menerus meski di sekelilingnya, Akeno serta budak-budaknya yang lain tengah sibuk bertarung.

Bahkan Naren dengan tanpa rasa sungkan juga meminta Iwa untuk ikut bertarung menghadapi pasukan Aphopis.

"Sungguh kau laki-laki brengsek. Kau bahkan memandangi foto tunangan Reiver. Padahal kau sudah punya banyak wanita." Ujar Iwa sembari melemparkan batu-batu seukuran bola basket ke kepala pasukan Aphopis dengan ability-nya.

Hanya perlu satu gerakan tangan Iwa, batu-batu di sekitar mereka langsung berterbangan dan menghantam kepala musuh hingga hancur tak berbentuk.

"Apa kau mengenal ku baru sehari Iwa? Kau pikir berapa banyak istri, tunangan dan pacar pria lain yang aku jadikan wanitaku?" Tanya Naren tanpa memandang Iwa sedikitpun.

Bagi Naren, wajah Shira adalah wajah yang paling menyenangkan dan menenangkan untuk dia pandangi. Terutama dalam kondisi penuh tekanan seperti saat ini.

Entah sihir apa yang Shira gunakan kepada dirinya, hingga membuat Naren saat ini sama sekali tidak tertarik pada wanita lain. Meski para wanita itu memiliki pesona yang luar biasa. Seperti Iwa contohnya.

"Bukankah Reiver sahabatmu Naren?" Tanya Iwa lagi.

Wanita jepang ini tidak habis pikir bagaimana bisa Naren juga berkeinginan memiliki tunangan sahabatnya sendiri. Dan Iwa begitu penasaran bagaimana respon Reiver terhadap gejolak perasaan Naren ini.

"Tentu saja. Dia bukan sekedar sahabat, tapi dia adalah orang yang menyelamatkan dan melindungiku dari keluargaku sendiri. Jika bukan karena Reiver dan Mask, sudah pasti keluargaku akan membunuhku."

"Kalau begitu kau bukan hanya bajingan brengsek. Tapi juga sahabat tidak tahu terimakasih. Dasar penusuk dari belakang!" Pungkas Iwa dengan sarkas.

"Jangan salah sangka Iwa, aku memang mencintai Shira, tapi aku tidak akan merebutnya paksa dari Reiver. Lagi pula aku sudah bilang pada Reiver soal perasaanku pada tunangannya. Aku benar-benar beruntung punya sahabat yang mengedepankan logika daripada perasaan.
Ketimbang membunuhku Reiver malah memanfaatkan aku untuk menjadi dokter pribadi Shira dan menggunakan aku untuk melindungi tunangannya, ketika dia tidak bisa.
Jadi kau tidak perlu khawatir soal hubungan kami Iwa. Kami baik-baik saja.
Selain itu pastikan saja makhluk menjijikkan itu tidak mendekat apalagi sampai menyentuhku.
Aku sudah cukup terkena semburan isi perut serangga. Aku tidak sudi harus terkena lendir busuk itu juga.
Setelah situasi kondusif akan kubawa kau bertemu Reiver untuk terakhir kalinya."

Iwa mendengus kasar mendengar penuturan lelaki tampan yang sedang duduk santai di kursi batu yang tadi dia buat dengan ability-nya.

Meskipun kesal, tapi Iwa tetap rela menuruti semua perintah Naren. Sebab dia begitu ingin bisa melihat dan berbicara sebentar saja dengan satu-satunya lelaki yang dia cintai.

Tidak ada niat Iwa untuk memaksakan perasannya kepada Reiver seperti sebelumnya. Dia juga sudah tidak marah lagi, karena Reiver sudah memiliki tunangan sekarang. Iwa sudah mengikhlaskan cintanya itu. Meski Iwa sendiri tidak tahu kapan dia bisa berhenti mencintai Reiver.

Iwa juga bukan wanita bodoh. Setidaknya tidak sebodoh Bartholia. Dia sudah bertemu Shira secara langsung, sebagai sesama Einer, tentu Iwa bisa merasakan energi ability Shira yang gelap dan mengerikan.

Dia juga melihat semua yang terjadi pada Bartholia dan Siwa di ballroom istana melalui smartphone Naren yang terhubung dengan CCTV istana. Dan Iwa pun tidak ingin apa yang terjadi pada Bartholia, juga terjadi padanya.

Kini Iwa mengutamakan kelangsungan hidupnya dulu. Sejak usia 9 tahun dia sudah menjadi seorang wanita penghibur. Dan kini dia telah dibebaskan dari jeratan seorang Yakuza.

SECOND LIFEHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin