55 KITA AKAN TIDUR BERSAMA BARTHOLIA

184 26 48
                                    

"kau ingin meminjam Hrom?" Tanya Reiver dengan nada sinis yang kentara.

"Jangan khawatir Reiver aku memang ingin Shira gagal dalam ujian Ridder. Tapi aku tidak ingin gagal. Karena itu kali ini aku akan bekerja sama dengan baik. Kau bisa melakukan video call selama Shira bersama ku untuk membuat hatimu tenang. Atau kalau kau mau kau bisa ikut kami ke tempat mengumpulkan informasi." Jawab Mask

Reiver menghela nafas lelah, dia ingin menolak, tapi Shira sudah menggenggam tangannya sembari menatapnya lekat. Dari sorot mata Shira yang di penuhi semangat membara, Reiver tahu tunangannya itu setuju pada ide Mask. Dan menurut perhitungan Reiver sendiri, dia pun setuju pada ide Mask. Hanya saja hatinya tidak rela jika harus membiarkan gadis miliknya bersama pria lain berdua saja.

"Baiklah. Tapi aku harus menyiapkan peralatan untuk membobol Tomt Stone secara manual. Kita benar-benar butuh peralatan yang tidak terduga. Jaga Hrom selama aku tidak ada. Jika dia tergores sedikit saja, atau rambutnya terpotong sehelai saja. Kau yang akan ku potong Mask."

Mask tertawa mendengar penuturan Reiver. Seakan ucapan temannya itu adalah sebuah candaan, tapi Mask sangat tahu bahwa Reiver sangat serius saat ini dan lelaki berambut hitam legam ini benar-benar akan memotong tubuhnya jika Shira terluka sedikit saja.

"Jangan khawatir. Aku membutuhkan Shira, maka aku akan menjaganya. Begini saja, bagaimana jika ku bunuh siapapun yang berpotensi mencelakai dan menyakiti Shira. Walaupun itu teman kita, pelanggan kita atau orang terdekat kita." Tawar Mask yang juga sangat serius.

"Setuju." Jawab Reiver tanpa ragu.

Reiver langsung membuka portal hitamnya, dia mengeluarkan tas kecil berisi beberapa bungkus roti dan biskuit, buah-buahan dan tiga kotak susu, serta dua botol air putih. Dia serahkan tas itu kepada Shira dan Shira terima dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Mask adalah workaholic, dia tidak akan berhenti kerja sampai mendapatkan hasil maksimal. Jangan berharap ada istirahat saat kerja bersamanya. Karena itu jaga kesehatanmu dan makan! Ini aku persiapkan untukmu."

"Lalu bagaimana dengan makanmu?" Tanya Shira balik yang membuat Reiver langsung tersenyum sumringah.

Reiver acak-acak puncak kepala Shira, dia kemudian mencubit pelan kedua pipi gadis itu. Sebelum menjawab pertanyaan Shira, terlebih dahulu Reiver kecup ujung hidung Shira.

"Makan ku bukan tanggung jawab mu. Tapi makan mu tanggung jawabku. Aku janji akan makan dan baik-baik saja." Jawab Reiver namun tidak membuat Shira puas

"Janji ya. Selain itu, aku ingin kau video call denganku." Pinta Shira yang membuat senyum Reiver berubah menjadi seringai.

"Apa kau takut aku berselingkuh?" Tanya Reiver dan Shira menggeleng.

"Jika kau tertimpa bahaya, aku akan datang menyelamatkanmu." Jawab Shira yang membuat Reiver malah tidak senang.

"Hrom, perjanjiannya aku yang melindungimu dan bukan sebaliknya. Aku hanya akan pergi ke toko peralatan atau tempat penyimpanan peralatan istana. Tidak akan ada bahaya apapun yang menimpaku. Justru kaulah yang sangat dekat dengan bahaya saat ini. Setelah urusanku selesai, aku akan datang menemuimu." Jawab Reiver sembari menyindir Mask.

Reiver segera melakukan Video Call dan Shira pandangi layar smartphone-nya itu. Gadis itu kemudian mengangguk, Reiver pun segera mencium kepala serta bibir Shira dan bergegas pergi. Sementara Mask menggendong Shira untuk naik ke atas atap menara istana White Stone yang paling tinggi.
.
.
"Hrom...kau baik?" Tanya Reiver sembari tersenyum memandangi tunangannya yang sedang berkonsentrasi menyelami hati setiap orang di sekitar istana.

"Ya, aku baik. Bagaimana denganmu?" Jawab Shira yang membuat Reiver memandang teduh tunangannya itu dari layar smartphone.

"Jangan khawatir, aku akan ke ruang peralatan istana dulu. Siapa tahu aku menemukan bor atau apapun yang bisa digunakan untuk membobol tembok batu."

SECOND LIFEWhere stories live. Discover now