3.) Gathering

577 63 9
                                    

Aiyoo... nomin is back with TWWYE...

Agak lama nih, uploadnya....

Lebaran makan ga dikontrol, kan jadinya yaa drop...

Ga bertele-tele lagi,

Happy Reading All! Jangan lupa vote & komennya, dums.

______________________________________

Konsep acara gathering ormas ini berbeda dari acara-acara serupa yang biasa kudatangi bersama Mama. Meski aktif mengikuti organisasi sewaktu masih kuliah, aku tidak pernah bersedia menghadiri undangan dari pemerintah yang masuk ke organisasi.Ada orang lain yang lebih kompeten mewakili organisasi dalam acara-acara tersebut. Karena itu aku cukup kaget dan canggung mendapati vibes acara yang berbeda dari biasanya.

Untung saja ada Renata yang terlihat cukup paham tentang bagaimana jalannya acara yang diselenggarakan pemerintah.

"Mbak Kalila belum pernah datang ke acaranya pemerintah ya?" komentar Renata sesaat setelah kami turun dari mobil.

Aku menggeleng. "Belum. Dulu selalu temanku yang mewakili kalau ada undangan-undangan begini. Emang kenapa?" tanyaku.

Renata terkikik. "Pantesan ga tau." katanya. Ia mendekatkan dirinya kearahku. "Coba Mbak lihat tamu-tamu yang lain. Pada pakai batik." bisiknya.

Mengikuti perkataan Renata, aku mengedarkan pandangan untuk mengamati tamu-tamu yang lain. Dan benar yang diucapkan Renata, hampir semua tamu memakai outfit bernuansa batik. bahkan Renata sendiri juga memakai dress full corak batik sogan.

Kembali kupandangi outfit semi formalku yang memadukan midi dress satin lengan seperdelapan berwarna hitam polos. Selendang hitam bermotif samar juga kusampirkan ke atas kepalaku. Dengan pikiran bahwa acara ini akan seperti open house lebaran khusus ormas dan pemerintah, aku berusaha tampil sopan mengikuti momen idul fitri yang masih hangat. Akan tetapi, sepertinya aku salah kostum kali ini.

"Ada DCnya?" tanyaku seraya mengingat-ingat isi undangan gathering ini.

"Engga ada, Mbak." jawab Renata. "Tapi emang udah jadi kaya kesepakatan tak tertulis gitu, kalau ada undangan dari pemerintah yaa pada pakai batik." tambahnya.

Mendengar perkataannya aku langsung membalikkan langkah menuju keluar ruangan.

"Mau kemana, Mbak?" cegah Renata.

"Pulang. Ganti baju."

"Lah, telat ntar. Itu meja registrasi sudah di depan mata. Ngapain balik segala?"

"Ya kamu aja yang gantiin. Kayaknya juga aku ga packing baju batik kemarin."

"Yaudah. Gausah pulang, Mbak. Pede aja kali, cantik gini kok." bujuk Renata.

"Kenapa masih berdiri di sini?" tegur suara maskulin yang terasa familiar di belakang kami. "Ayo segera masuk. Acara akan segera dimulai."

Serempak aku dan Renata membalikkan tubuh untuk mengetahui siapa yang berbicara kepada kami. Berdua kami terdiam speechless setelah melihat yang berdiri di belakang kami adalah sang Bupati. Tokoh utama acara ini sekaligus orang yang telah menegur kami, sepertinya.

"Mm... Pak Satya." sapaku hampir memanggilnya Mas. Untung aku segera ingat bagaimana anak-anak YMB bergosip tadi siang.

Mas Satya menaikkan alisnya mendengar sapaanku yang berbeda dari kemarin. Aku yang menyadari kodenya berpura-pura tidak paham dengan mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Mas Bupati..." sapa Renata ramah. "Ini lho, Mas. Mbak kalila geger minta balik soalnya merasa salah kostum. Ga pakai batik sendiri." adu Renata sok akrab.

The World Where You ExistWhere stories live. Discover now