5.) Proposal

439 66 7
                                    

It's weekend, gaiss

Nomin datang lebih awal daripada biasanya kan?

Happy readings, Y'All!

_____________________________________

Selama sebulan ini YMB disibukkan dengan penyusunan konsep pelatihan dan sosialisasi wirausaha muda bersama Disporapar. Tidak ada lagi anak-anak yang berleha-leha kurang kerjaan di dalam gedung YMB. Hampir setiap saat semuanya wira-wiri untuk mematangkan persiapan acara dua bulan mendatang.

Aku telah meminta Papa dan Mama mengirimkan mobil MPV yang menganggur di garasi rumah kemari untuk kumanfaatkan sebagai alat transportasi yayasan. Mobilitas anggota yayasan sudah mulai tinggi. Nantinya anak-anak kuperbolehkan membawa mobil yayasan ketika bertugas selama sudah memiliki SIM karena aku belum menemukan orang yang cocok untuk menjadi supir YMB.

“Mbak Kal, di depan ada tamu..” kata Santika memberi tahu.

“Siapa?” tanyaku sembari berdiri dari kursi kerjaku.

“Ga sempet nanya tadi, Mbak.” Santika meringis.

“Kebiasaan..” kataku. “Yaudah, aku ke depan dulu. Bantu siapin minum sama camilannya ya.”

Aku keluar dari ruang kerja diikuti oleh Santika. Kami berpisah di ruang tengah. Aku menuju ke depan, ke ruang tamu. Sementara Santika menuju belakang ke arah pantry untuk menyiapkan suguhan.

Begitu sampai ruang tamu aku terkejut menyadari kehadiran sepasang suami istri yang sangat kukenali.

“Papa sama Mama kapan sampai Indonesia? Tiba-tiba udah kesini aja?” tanyaku menyapa.

Bergantian kami saling memeluk melepas rindu setelah lebih dari 2 bulan tidak bertemu.

“Seminggu ini udah di Indonesia… Adikmu Kevin itu, gamau ditunggui lama-lama. Begitu mulai perkuliahan, dia langsung minta kami segera pulang lagi.”

“Bahaya tuh, Ma. Jangan-jangan mau berbuat nakal dia.” sahutku bercanda.

“Tenang aja, Kak. Udah Papa tinggalin Rafael buat ngawasin adikmu.” balas Papa.

Mama dan Papa duduk di sofa bersamaan dengan Santika yang keluar membawa nampan berisi suguhan.

“Kenalin, San. Ini Papa sama Mamaku. Gatau kenapa mereka tiba-tiba datang kemari.” gurauku memperkenalkan Santika pada Mama dan Papa. “Kalau ini Santika, Pa, Ma. Anak YMB paling nganggur, haha”

Mama memukul pahaku memperingati. “Kamu ini sukanya bercanda.” Ia beralih menyalami Santika dengan hangat. “Jangan diambil hati ya omongannya Kalila.”

Santika mengangguk menenangkan. “Sudah biasa, Bu. Mbak Kalila ini memang usil sama semua anak-anak YMB. Tapi kalau ga gitu kita semua ga bakalan bisa akrab dengan cepat antar anggota. Yaa walau kita harus sabar-sabar aja sih, Bu.”

“Kamu ini niat muji apa gimana, San?” gerutuku. Santika memberi tanda damai lewat jari-jarinya.

“Kayaknya di luar ada orang, Mbak.” kata Santika yang membuatku ikut menajamkan mata melihat keluar.

“Itu Pak Aji, Kak.” sahut Papa. “Kamu kan kemarin nelfon minta dianter MPVmu kemari.”

Mengetahui masih ada tamu yang lain, Santika berinisiatif keluar untuk memberi suguhan ke Pak Aji sekaligus memintanya duduk di teras depan. Karena Pak Aji menolak untuk masuk ke dalam dengan alasan sedang menikmati rokoknya.

“Tumben Papa sama Mama yang nganterin langsung. Kalau cuma Pak Aji yang nganter kan ga mungkin nyasar juga.”

“Papa kepo progresnya YMB sudah sampai mana. Investor utama nih, Kak.” jawab Papa menepuk dadanya bangga.

The World Where You ExistWhere stories live. Discover now