6. Pembohong

3 0 0
                                    

DISCLAIMER:

Cerita dalam novel ini terdapat banyak adegan kekerasan, sadis, dan kata-kata kasar. Para pembaca diharap bijak dalan menyikapinya.

Menseki jiko免責事項
Kono shosetsu no monogatari ni wa, boryoku, sadizumu, kibishi kotoba no shin ga kazouku fukuma rete imasu. Dokusha wa kore ni kenmei ni oto suru koto ga kitai sa remasu.この小説の物語には、暴力、サディズム、厳しい言葉のシーンが数多く含まれています。読者はこれに賢明に応答することが期待されます。

Keesokan harinya, Reyna berdiri di depan rumahnya, menunggu Kizami lewat. Biasanya, tidak sampai lima menit, Kizami akan muncul. Tetapi, sudah sekitar sepuluh menit lebih, pria itu tidak datang juga. Khawatir terlambat, Reyna pun berangkat lebih dulu. Bahkan, Reyna hampir terlambat ke sekolah gara-gara menunggu Kizami.

Tidak menyangka,mereka bertemu di sekolah, pada jam istirahat.

"Hanekawa-kun!" Reyna memanggilnya, sambil berlari. Ia melihat sang kekasih baru keluar dari kelasnya.

Kizami mengacuhkannya. Ia tetap melangkah naik ke lantai tiga, hendakmenuju ke atap sekolah. Tidak biasanya begini.

"Kau kenapa?" tanya Reyna, sambil mengatur napas yang tersengal.

Kizami pun enggan disentuh Reyna.

"Kizami!" Reyna kembali memanggilnya. Ia merasa heran dengan sikap Kizami kali ini. "Tunggu! Jangan cepat-cepat!" Ia tersengal, menyusul Kizami yang berjalan lebih cepat darinya. Sesampainya di atap gedung sekolah, barulah Reyna berhasil menyusulnya, walau nafasnya juga hampir habis. "Ada apa denganmu?" tanyanya. Ia tidak tahan diacuhkan begini. Ia berhasil menarik tangan Kizami, menahannya masuk ke ruang terbuka di atap itu. "Kau tidak boleh lewat, sampai kau mengatakan sesuatu."

"Kau pembohong!" gerutu Kizami, pada akhirnya.

Reyna terkejut mendengarnya. Bohong apa? Ia terdiam sebentar. Tanpa sengaja membiarkan Kizami berlalu. Namun gadis itu segera menyadari kesalahannya. Ia melangkah cepat, mengejar Kizami. Memeluknya dari belakang. "Maaf," ucapnya lirih.

"Lepaskan aku!" sergah Kizami, datar.

"Aku minta maaf," rengek Reyna.

"Lepaskan!" Kizami menggerakkan badannya. Seperti jijik terhadap apa pun yang Reyna katakan.

Namun pelukan Reyna semakin erat. "Tidak! Asal kau mau mendengarkan penjelasanku dulu."

Selama ini, Kizami tidak pernah bersikap kasar pada Reyna. Mendengargadis itu merengek, dirinya juga tersiksa. Ia pun luluh. Ia membiarkan Reyna bicara. Menjelaskan yang terjadi kemarin, walau pun masih terasa ada yang gadis itu sembunyikan.

Gadis itu menjelaskan yang terjadi. Tentan Asano yang mengajaknya jalan,juga apa yang diinginkan perundung itu. Tetapi ia tidak menyebutkan apapun soalciuman paksa itu. Tidak akan pernah.

"Kemarin, aku berniat ke rumahmu," kata Kizami. "Mungkin kau butuh bantuan menyelesaikan prakarya adikmu. Tapi apa? Aku melihatmu keluar dari rumah dengan pakaian rapi. Kuikuti, ternyata kau pergi bersama dia! Kau bilang, kau sibuk!" Penjelasan Kizami menunjukkan kecemburuannya.

"Maafkan aku, ya." Reyna merengek. "Aku tidak bermaksud membohongimu. Sungguh! Aku juga tidak nyaman melakukannya."

Kizami tidak menyangka, Reyna sampai meneteskan air mata, demi menjelaskan kesalahannya. Hatinya yang selama ini bisa dibilang cukup dingin, tidak sanggupmelihatnya. Ia pun mendekap sang kekasih. "Lain kali, tidak perlu membelaku.Aku bisa mengatasi semuanya."

Asano melihat Reyna dan Kizami pergi ke atap gedung sekolah. Dirinyapenasaran, apa yang dilakukan dua remaja itu di sana. Ia mengikuti mereka.Mendengarkan semuanya, juga menyaksikan pelukan mesra itu. Ia semakin kesal.

*

Pada suatu Ketika, Asano dan gengnya merencanakan sesuatu.

"Aku tidaksuka melihat mereka berdua semakin dekat!" Asano mengungkapkan kekesalannya yangsudah meluap-luap itu.

Para sahabatnya bukan peduli pada apa yang ingin Asano lakukan. Selama itu bisa mengganggu Kizami, mereka rela melakukannya.

"Kalau kau berkenan, aku punya permainan menarik," ujar Naomi. "Supaya mereka tahu, sedang berhadapan dengan siapa."

Sebenarnya, Asano tidak ingin siapapun menyakiti Reyna, namun iaberkata, "Lakukan saja! Aku sudah tidak peduli lagi!" Ia pun meninggalkanteman-temannya.

Maka tinggal Naomi, Haruto, dan Mina yang berdiskusi. Mereka sungguh puas dengan rencana yang dibuat. Tidak sabar ingin segera melakukannya.

Sayangnya, Asano tidak peduli apa yang hendak mereka rencanakan dan lakukan. Iaenggan ikutan juga. Ia hanya ingin melihat hasilnya.

The Bloody Secret (Tamat)Where stories live. Discover now