11. Kenangan

1 0 0
                                    

DISCLAIMER:

Cerita dalam novel ini terdapat banyak adegan kekerasan, sadis, dan kata-kata kasar. Para pembaca diharap bijak dalan menyikapinya.

Menseki jiko
免責事項

Kono shosetsu no monogatari ni wa, boryoku, sadizumu, kibishi kotoba no shin ga kazouku fukuma rete imasu. Dokusha wa kore ni kenmei ni oto suru koto ga kitai sa remasu.
この小説の物語には、暴力、サディズム、厳しい言葉のシーンが数多く含まれています。読者はこれに賢明に応答することが期待されます。

Tiba-tiba, Asano merasa ngeri terhadap Kizami. Ia memang mencurigai siswa aneh itu dalam kasus kematian Yuna Satoshi. Tetapi ia tidak menyangka, bahwa Kizami Hanekawa bisa begitu sadis. Kemarahan pun menguasai jiwanya. "Kau tidak akan kuampuni!"

"Seharusnya kau yang minta ampun padaku!" teriak Kizami. "Kau adalah penyebab utama semua ini terjadi. Aku sudah memperingatkan kalian lewat kematian Satoshi. Tetapi kalian terlalu bodoh untuk menyadarinya!" Mata Kizami memerah. Semangat membunuh dalam jiwanya kian berapi-api.

"Ternyata benar kecurigaanku selama ini," kata Asano. "Kau!" Ia menunjuk Kizami. "Kau yang membuat Satoshi terpeleset, seolah-olah ceroboh dan terlihat seperti bunuh diri. Dasar, bajingan!" Ia mencabut gunting rumput dari tubuh Naomi. Gunting itu terlalu dalam menancap di mayat sahabatnya. Sehingga menyebabkan darah muncrat dari sana, dan badannya terbelah. Bagian dalam tubuh itu pun terburai keluar seperti rentengan sosis. Dengan membabi-buta, Asano menyerang Kizami.

Psikopat itu terlalu lihai menghindari serangan itu. Ia bahkan bisa merebut gunting itu dari tangan Asano lewat perkelahian sengit. Kizami balik menyerang lawannya. Asano juga dengan cepat menghindar. Bahkan, ia berusaha menjaga jarak dengan berlari, mencari tempat bersembunyi.

 Bahkan, ia berusaha menjaga jarak dengan berlari, mencari tempat bersembunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sementara itu.

Dengan kekuatan ajaibnya, Reyna tahu di mana mencari Kizami.

Sebenarnya terlalu berlebihan jika disebut kekuatan ajaib. Reyna hanya terlalu hafal sifat Kizami. Kekasihnya itu tidak akan tinggal diam melihat kondisi dirinya kemarin. Reyna menempatkan diri di posisi pria tersebut. Menjelajahi pikirannya. Apa yang mungkin dilakukan, dan di mana.

Reyna yakin, saat ini Kizami tengah dikuasai emosi yang tidak terbendung. Emosi yang tengah memuncak di kepalanya. Wajib dilampiaskan. Ia tidak sanggup membayangkan, hal-hal buruk yang mungkin saja sudah Kizami lakukan.

Beberapa tahun lalu.

Reyna dan Kizami sering menghabiskan waktu bersama di sebuah bangunan bekas sekolah dasar. Lokasinya juga jauh dari mana-mana. Suasananya yang tenang itu membuat mereka berdua nyaman untuk belajar bersama. Bahkan, meski hanya untuk mengobrol berdua, jauh dari hiruk pikuk masyarakat.

Kizami menyediakan generator kecil untuk menyalakan listrik di beberapa ruangan. Agar Reyna tidak takut pada kegelapan.

Lantas, Reyna teringat beberapa kenangan yang pernah terjadi di sana.

"Aku... suka padamu," ucap Kizami, datar. Itu pertama kalinya ia menyatakan perasaan pada Reyna. Saking datarnya, terdengar seperti tidak serius.

Membuat Reyna diam, menyembunyikan senyumnya yang tersungging samar di bibir. Sehingga Kizami berpikir bahwa ia menolaknya. Hampir saja meledakkan emosinya yang rapuh itu. Lantas Reyna berkata sambal malu-malu, "Kau tidak bisa meminta seorang gadis buru-buru menjawab hal seperti ini. Ia agak kesal, seharusnya Reyna menjawabnya detik itu juga.

Emosi Kizami berangsur mereda. Apalagi Ketika tahu, bahwa rasa sukanya tidak bertepuk sebelah tangan.

Di tempat itu juga, Kizami sering berjanji, "Aku akan selalu menjaga dan melindungimu."

Reyna suka mendengarnya. "Aku percaya kau akan melakukannya." Ia menatap pria itu. "Terima kasih ya, Penjagaku."

Kizami tersenyum tipis-tipis, lantas mencium kening Reyna. Ia mendekap gadis itu, dan berkata, "Kita akan bersama selamanya." Lalu mereka berbaring di atas meja yang telah disusun berjejer.

"Aku ingin ke universitas bersamamu," sahut Reyna pelan. "Aku ingin selamanya bersamamu."

Mereka berpelukan mesra.

Mereka berpelukan mesra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari menjelang senja.

Reyna sudah berdiridi depan bangunan sekolah yang sudah bersawang, diselubungi semak belukar yangtinggi-tinggi. Ada jalan setapak yang dulu dibuat oleh Kizami, agar merekamudah masuk dan keluar dari tempat itu. Karena tadinya sekolah ini totalditumbuhi semak-semak, dan hampir tidak terlihat lagi bekas halaman sekolahnya.

Bab ini campuran antara cerita kejem dan manis. Nikmatin ajalah ya.

The Bloody Secret (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang