Bab 2 (Stalker)

26K 1.5K 13
                                    

Gheana Danishwara POV

" Ia bahkan akan menikah dan berani-beraninya menggodaku"

Aku kesal bukan main saat klienku yang tak tau diri menggodaku. Aku tau bahwa ia mempunyai wajah di atas rata-rata. Senyumnya juga menawan bahkan cara memperlakukanku pun tanpa cela tapi dia menggodaku secara terang-terangan membuatku kesal.

Enam bulan lagi akan menikah dan ia tau bahwa aku akan mengurus pernikahannya. Tapi apa yang ia lakukan, menggodaku di hari pertama pertemuan kami. Mungkin ia mengalami gangguan mental atau sejenisnya hingga bertingkah laku seperti itu.

"Halo Gheana ini Kean dan jangan berani-berani kamu memutuskan telfon ini" aku membulatkan mata tak percaya ia bahkan masih berani menelfon ku padahal sudah ku tegaskan aku tak mau berhubungan dengannya jika tidak dengan Diana, calon istrinya.

"Balik kebelakang" perintahnya membuatku berhenti menghentikan langkah dan berbalik kebelakang. Pria itu berdiri di hadapanku dengan tangan kanan yang menggenggam ponsel yang ditempelkan ke telinga kanannya. Ia mematikan sambungan telefon dan mendekat padaku.

"Ayo pulang dengan saya, gak baik perempuan pulang sendirian malam-malam" ia menggandeng tanganku dengan tidak sopan. Aku sontak melepaskan genggaman tangannya. Aku sudah cukup lelah karena seharian aku mengurus gedung pernikahan dan sekarang ia mau main-main denganku.

"Maaf pak Kean saya bisa pulang sendiri" ucapku kemudian berjalan secepat yang aku bisa. Sayangnya langkah kaki Kean masih lebih cepat daripada milikku. Kini ia bahkan sudah di hadapanku menghalangi jalanku.

"Ini perintah klien Gheana" apa yang ia bilang, perintah klien? Apa telingaku tak salah mendengar. Aku tau ia klienku dan boss ku selalu berkata bahwa perlakukan klien-mu seperti raja dan penuhi keinginannya. Tapi aku tak mungkin mengikuti perintah klien gilaku yang satu ini.

"Saya akan mengikuti perintah anda kalo ada hubungannya dengan pekerjaan" tuturku berusaha terlihat profesional. Aku bahkan harus menahan napas tak ingin amarah menguasaiku.

"Kalo gitu kamu gak akan menyesal kalo saya aduin kamu ke boss kamu" sial ia membawa-bawa nama boss.

"Saya kenal dengan Pak Adrian, atasan kamu. Saya sahabat baiknya" sial ia bahkan mengenal boss-ku.

"Maaf pak Kean, tapi saya bawa kendaraan" aku mengelak. Ia menggeleng kemudian bilang bahwa supirnya akan membawa mobilku dan aku tetap harus pulang bersamanya.

"Baiklah" desahku karena aku tau bahwa aku takan menang melawan laki-laki menyebalkan dihadapanku. Aku melihat ia tersenyum menang membuatku muak.

***

Aku berada di kursi penumpang milik Kean. Jika ia tak membawa nama boss-ku aku tak sudi berada satu mobil dengannya. Aku rasa besok aku akan meminta Hani menggantikan ku melayani Kean.

Aku menemukan lipstick, jam tangan dan jepitan rambut di jok yang aku duduki. Ah, mungki itu milik Diana, calon istirnya. Lihat saja dia berani-berani menggodaku saat ia akan menikah. Memangnya aku perempuan macam apa sehingga ia berani menggodaku saat ia sudah mempunyai kekasih dan akan melangsungkan janji suci.

"Ini" tuturku tak tau harus menyimpan dimana barang-barang yang aku yakini adalah milik calon istrinya.

"Ah itu milik Karina" aku terkejut bukan nama Diana yang ia sebut tapi nama lain. Mungkin Karina adalah selingkuhannya. Ya, ampun laki-laki ini memang hidung belang.

"Karina adik saya" kenapa ia harus menjelaskannya padaku.

"Saya gak mau kamu mikir saya laki-laki hidung belang" astaga apakah ia bisa membaca pikiranku. Ah, sudahlah aku tak mau memikirkannya. Tunggu ia bilang tak mau aku berpikir bahwa ia laki-laki hidung belang. Bukankah ia memang laki-laki hidung belang? Mana ada laki-laki baik yang akan menggoda perempuan lain ketika ia akan segera menikah.

"Belok.." baru saja aku akan mengatakan bahwa ia harus belok kanan namun mobil milik Kean sudah berbelok kekanan. Aku menatapnya keheranan karena mengapa ia bisa tau kapan harus berbelok padahal aku belum menyebutkan dimana aku tinggal.

"Saya tau rumah kamu dimana dari Adrian" sial dia mencari informasi mengenai kepada boss-ku. Aku jadi takut ia akan menguntitku.

"Sampai" ia melirikku ketika mobilnya berhenti didepan lobby apartemenku. Ia tersenyum padaku turun dari mobil dan membukakan pintu mobil untukku.

"Terimakasih" tuturku sedikit kesal namun ia masih saja tersenyum padaku.

"Sama-sama Princess, sampai ketemu besok" ia mengedipkan sebelah matanya membuatku melongo karena kini ia benar-benar menggodaku.

***

"Mba Ghea dapet kiriman bunga" Beno OB di kantorku berteriak ketika aku sibuk melihat berkas-berkas yang baru datang. Aku terkejut melihat Beno senyum-senyum aneh di hadapan meja kantorku.

"Dari siapa?" tanyaku keheranan karena tak biasanya aku mendapatkan kiriman bunga. Beno hanya menujuk kartu yang ada di bunga kemudian menggodaku dan pergi dari hadapanku.

Hai my Princess

"Cie yang punya pacar baru" aku kaget bukan main ketika Hani muncul dan menggodaku.

"Kok gak cerita sih punya pacar baru?" Hani terus saja menggodaku padahal aku sendiri tak tau siapa yang mengirimkan aku karangan bunga pagi hari ini.

"Pake sapaan princess lagi, ya ampun so sweet banget" Hani masih saja merecokiku yang masih berpikir siapa orang yang mengirimkan bunga padaku.

Hai my princess, sudah dapat kiriman bunganya? Bagaimana suka?

Aku terkejut melihat pesan singkat dari ponselku. Itu Kean, klienku yang kemarin sudah menggodaku.

"Hani lo harus bantuin gue" aku menarik tangan Hani mengajaknya ke roof top perusahaan.

Di roof top akhirnya aku menceritakan semuanya. Menceritakan bagaimana Kean menggodaku. Menceritakan juga bahwa laki-laki itu yang mengirimkanku bunga dan menyebutku princess.

"Ya ampun Ghe, kasian banget sih lo. Ada yang suka tapi udah mau married" aku mendengus kesal karena bukannya membantuku ia malah mengejekku.

"Please Han lo mau kan gantiin gue nanti biar gue yang bilang ke pak Adrian" aku menggosok-gosok tanganku berharap Hani mau menerima permintaanku dan ia mengangguk membuatku menjerit kesenanga dan langsung memeluknya tak peduli ia protes.

***

Kean : Saya tau kamu bilang ke Adrian untuk mengganti kamu dengan teman kamu

Sial ternyata Kean tau semuanya. Ah, dia pasti tau dari Adrian-atasanku. Bagaimana ini aku tak mungkin bisa lepas dari jeratnya jika ia terus-menerus memata-mataiku seperti itu.

"Hallo" sapaku gugup karena kini Kean menelfonku.

"Jangan coba-coba lagi rekomendasiin orang lain buat ngurus acara pernikahan saya" aku memejamkan mata, menggigit bibir dan menjauhkan ponselku dari telinga. Kean sepertinya benar-benar marah.

"Hmm maaf pak Kean saya gak bisa handle acara pernikahan bapak makanya saya rekomendasikan teman saya" tuturku berusaha percaya diri.

"JANGAN BIKIN SAYA MARAH GHEANA DANISHWARA" aku kembali menjauhkan ponselku ketika mendengar Kean berteriak.

"Maaf pak" tuturku pelan masih takut dengan Kean dan aku mendengar ia sudah mematikan sambungan telefon.

***

Wedding PlannerDonde viven las historias. Descúbrelo ahora