Bab 9 (He is Mine)

17.6K 988 7
                                    

Diana Miranda POV

" Aku adalah orang yang berhak memilikinya, tak ada yang bisa mengambilnya dariku."

Aku akan memberikan kejutan pada Kean. Beberapa hari ini kami sama-sama sibuk sehingga tak ada waktu untuk bersama. Aku melirik ke sekretaris Kean dan memintanya untuk tak bilang bahwa aku akan masuk kedalam ruangannya dan sekretarisnya mengangguk mengerti membuatku tersenyum, berterimakasih.

Aku membuka pintu dan terkejut dengan apa yang baru saja aku dengar. Aku menghentikan langkahku dan membuka pintu ruangan Kean sedikit mencoba melihat wajahnya.

"Iya sayang aku akan menemuimu malam ini" aku melihat wajahnya yang tersenyum bahagia. Entah sejak kapan aku tak pernah melihat senyum bahagianya saat bersamaku.

"Oke aku janji, sampai ketemu nanti malam sayang" ia mematikan sambungan telefonnya bersama seseorang yang ia panggil sayang. Bahkan ia tak pernah memanggilku sayang padahal aku adalah calon istrinya. Rasanya ada beribu pedang yang ia tancapkan dalam hatiku. Aku tau bahwa ia tak mencintaiku tapi aku tak pernah tau jika ia tega akan menduakanku.

Setelah memberi jeda beberapa menit setelah ia menelfon aku memasuki ruanganya dengan senyum palsu. Aku akan berpura-pura menjadi orang bodoh yang tak tau bahwa calon suaminya telah selingkuh. Aku akan terus berpura-pura sampai aku tau siapa perempuan yang berani mencurinya dariku.

"Hai" sapaku dan wajahnya nampak terkejut dan aku bahkan kali ini bisa melihat perasaan bersalah di wajahnya. Aku benci dikasihani seperti ini.

"Hai, kenapa tidak menelfon jika akan datang?" tanyanya membuat pikiran buruk menyelimutiku. Tentu ia akan menyuruhku menelfon jika datang karena takut kelakukan busuknya terungkap.

"Kejutan" ucapku sambil tersenyum penuh kepalsuan.

"Ah ya mamah dan papah ingin kita makan malam bersama malam ini?" aku ingin mengetesnya apakah ia akan memilihku atau memilih perempuan selingkuhannya.

"Oh sayang sekali aku tak bisa, aku sudah ada janji dengan klienku" ucapnya terlihat pura-pura kecewa karena tak bisa mengikuti ajakanku.

"Sayang sekali padahal papah dan mamah menunggumu" aku juga berpura-pura kecewa.

"Kita atur jadwalnya agar aku bisa menemui papah dan mamah" ucapnya sambil tersenyum seolah ingin menghilangkan rasa kecewaku.

***

Aku masih setia menunggunya didepan lobby kantornya bersiap jika melihat mobilnya keluar. Akhirnya sekitar pukul tujuh malam setelah aku menunggu lima jam mobil Kean keluar juga dari kantornya. Aku siap dengan kemudi untuk membuntutinya untuk menemukan siapa perempuan yang berani-beraninya mencuri calon suamiku.

Hatiku sudah tak karuan sejak mengetahui ia berselingkuh. Aku tau dengan pasti ia belum bisa mencintaiku dan aku sangat percaya ia akan mencintaiku. Terlebih ia menyetujui perjodohan yang dilakukan kedua orang tua kami. Aku pikir dengan ia menerima perjodohan sudah membuktikan ia akan mencoba mencintaiku namun aku salah.

Aku benar-benar tak mengerti dengan jalan pikiran calon suamiku. Ia menerima perjodohan ini namun mempunyai perempuan lain selain aku. Lalu kenapa ia tidak menolak perjodohan ini dari awal sehingga aku tak perlu merasakan diberi sebuah harapan tapi pada akhirnya ia akan menyakitiku.

Mataku membulat ketika menemukan ia berhenti di kantor wedding planner yang mengurus pernikahan kami berdua. Apa ia akan mengurus urusan pernikahan? Lalu kenapa ia tak memberitahuku? Ah, ini benar-benar menyiksa ketika ia begitu menyembunyikan banyak hal.

Perempuan itu tersenyum manis pada Kean dan Kean balik tersenyum manis padanya. Tangan Kean dengan berani menggenggam tangan perempuan itu. Aku berulang kali mengerjapkan mata tak percaya dengan apa yang aku lihat.

Wedding PlannerWhere stories live. Discover now