Bab 7 (It's Oke It's Love)

20.4K 1.2K 4
                                    

Kean Mahardika POV

"Aku melihatnya menangis mengakui perasaannya. Aku hanya bisa memeluknya dan berbisik padanya bahwa semuanya baik-baik saja. Bahwa kita hanya jatuh cinta dan takan ada yang salah dengan jatuh cinta."

Hari ini Gheana menghubungiku untuk menentukan home band yang akan di gunakan untuk repsesi pernikahanku nanti. Aku benar-benar merindukannya dan kebetulan ia menghubungiku. Aku sengaja tak memberi tahu Diana agar bisa berdua saja dengan Gheana. Katakan saja aku bajingan tapi aku memang senang hanya bisa berdua dengan Gheana.

Aku melihat ia mengenakan mini dress berwarna hitam. Penampilannya selalu saja berubah namun tetap memukau. Ia memang cocok mengenakan apa saja.

Ah, meski ia mengakui ia cemburu padaku tempo hari tidak mengubah hubungan kami. Ia bahkan nampak lebih menjaga jarak denganku. Ah, lihat sekarang ia bahkan membawa temannya untuk menemaninya memilihkan home band yang aku gunakan.

"Han bisa tolong gue ambilin berkas yang ada disana?" ia tampak menyuruh temannya untuk mengambil beberapa berkas yang akan ia gunakan. Aku menatapnya menemukan ada kantung mata di bawah matanya. Sepertinya ia tidak memiliki waktu tidur yang cukup.

"Pak ini beberapa home band yang kami rekomendasikan untuk acara pernikahan bapak" kali ini temannya yang bernama Hani yang menyerahkan beberapa berkas kepadaku. Aku melihat Gheana hanya diam tanpa ekpresi apapun diwajahnya. Ah, aku ingin mendekapnya dan memeluk tubuhnya mencoba mengusir perasaan sedih yang bergelanyut di dalam hatinya.

"Ini beberapa rekaman dari home band yang kami rekomendasikan" Hani mengacungkan beberapa cd yang berisi rekaman.

"Bisa saya bicara dengan Gheana berdua saja" aku melihat wajah teman Gheana berubah. Seperti memasang pertahanan. Aku pun berbisik padanya takan melakukan hal yang membahayakan untuk temannya dan akhirnya ia mau meninggalkan aku berdua dengan Gheana.

"Ehemm" aku berdehem membuat Gheana akhirnya menatapku. Ia nampak mencari-cari temannya kemudian aku bilang bahwa temannya ijin ke toilet.

"Ada masalah?" aku bertanya karena wajahnya begitu memilukan seakan seluruh masalah dunia tengah ada di pundaknya. Ia menggeleng namun aku tau ia berbohong.

"Aku mengenalmu Gheana" ia menatapku seperti tengah berpikir apakan akan bercerita atau tidak.

"Aku tak suka jika kamu terus-menerus menggodaku" ucapnya dengan suara yang sangat pelan. Aku mendesah kemudian menatapnya. Aku sangat ingin bilang padanya bahwa aku tak pernah menggodanya karen aku benar-benar menyukainya.

"Aku tak pernah menggodamu" ia tertawa mengejekku. Ah, mungkin aku menggodanya tapi aku tak pernah main-main untuk menarik perhatiannya.

"Anda tentu menggodaku, anda mengirimkan bunga setiap hari dan mengirimkan pesan-pesan padahal anda akan menikah. Itu menggangguku" ucapnya. Aku memang akan menikah tapi sungguh aku tak pernah menyukai Diana. Jika bukan karena saat itu aku menerima pertunangan, aku takan terjebak dalam ikatan pertunangan dengan Diana. Aku mengirimkan bunga dan pesan karena aku ingin ia melihat kesungguhanku bahwa aku menyukainya bahkan mencintainya. Katakan saja aku gila atau ini hanya obsesi semata tapi aku benar-benar hanya menginginkannya bukan yang lain.

"Aku tak pernah mencoba menggodamu sungguh karena aku benar-benar mencintaimu" ucapku mengakui semuanya. Ia menatapku sambil menggeleng-gelengkan kepala bahkan kini aku mendengar tawa yang menggelegar dari mulutnya.

"Anda pasti benar-benar ingin menguji kesabaranku. Anda tau dengan pasti saya wedding planner anda, orang yang menyiapkan pernikahan anda. Dan anda bilang bahwa anda mencintai saya padahal kita tak pernah saling mengenal" ah, dia masih saja menganggap ini sebuah lelucon.

Wedding PlannerWhere stories live. Discover now