The Bodyguard | 19. She's a Forbidden Girl

146 4 0
                                    

・༓☾ ☆ ☽༓・

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

・༓☾ ☆ ☽༓・

Richard Bill POV

Semua orang sudah tidur.

Aku mengunci semua pintu dan jendela, mematikan semua lampu kecuali satu lampu dengan penerangan minim di bagian dapur kemudian mengambil gelas dan menuangkan wiski.

Aku berjalan keluar dari mansion, udara dingin seperti jarum menusuk kulit tapi aku bisa bertahan lebih dari ini saat aku masih berada di angkatan laut, suasana tampak sepi aku hanya mengenakan celana panjang berwarna hitam dengan atasan hitam yang terbalut mantel hitam bersama segelas wiski yang kupegang.

Jam sudah menunjukkan pukul satu pagi, aku memiliki gangguan tidur dan jam tidurku kurang dari delapan jam semenjak aku berada di militer-aku memindahkan gelas wiski di sebelah kiri dan tangan kananku meraba celana untuk mengambil senjata ketika telingaku mendengar suara langkah kaki dalam keheningan malam yang membuatku berbalik dengan cepat.

"Fuck."

Langkah kakinya terhenti secara tiba-tiba dan tubuhnya membeku ketika dengan tanpa sengaja kutodongkan pistolku padanya begitu tidak sopan. Aku membuang napas dan segera menyimpan pistol itu dibalik saku celana ketika melihat siapa disana. Aku merasa lega sekaligus terkesima melihatnya malam ini, mataku terpaku oleh wajah cantiknya, aku tidak tahu mengapa malam ini dia terlihat berbeda, apakah sebuah pertengkaran kecil dengan ayah akan membuat anak gadisnya berubah menjadi lebih cantik?

Itu sudah beberapa jam yang lalu.

Rambutnya dibiarkan tergerai, wajahnya begitu polos karena tidak ada sentuhan riasan wajah, hidungnya agak memerah dan bibirnya, bibirnya tidak terpoles apapun walaupun aku lebih menyukai merah dibagian itu.

"Kenapa kau mengendap-endap?"

Dia masih membeku sementara aku mendekat sambil melepaskan mantelku melihatnya hanya memakai gaun tidur. Sebuah gaun tidur hitam tipis yang panjangnya hanya sebatas paha, memperlihatkan kedua kaki jenjang mulus tanpa garis luka sedikitpun atau bulu tipis bahkan aku bisa melihat dua putingnya tercetak jelas dibalik gaun itu, kutebak hanya ada thong yang ada dibalik gaun sialan itu.

Jika dia milikku, mungkin aku akan membawanya ke kamarku dan menidurinya saat itu juga membuatnya memohon dan memanggil namaku di malam panjangnya.

Tapi sayangnya Stacey bukan milikku, dia klienku.

"Kenapa kau keluar seperti ini?" tanyaku seraya melampirkan mantelku yang kebesaran di tubuhnya. "Aku akan mengantarmu kembali ke kamar, ayo."

Hidungku langsung disambut oleh aroma lembutnya membuat rahangku mengeras berharap dia menyadari dengan siapa dia berhadapan. "Kupikir kau akan menembakku," ucapnya dengan senyuman tipis.

Aku mendengus. "Seharusnya kau tidak keluar."

"Hanya ingin mencari udara lalu aku melihatmu, jadi aku turun."

The Bodyguard Where stories live. Discover now