TDLB 26 🐦

176 37 3
                                    

****
Jgn lupa vote dulu ya sblm baca. Love u all...

 Love u all

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Servian tersenyum tipis melihat Renatta berdiri di ambang pintu setelah membuka pintu kamarnya. Gadis itu terlihat mengenakan sebuah piyama sutra berwarna ivory. Wajahnya juga terlihat sedikit basah. Mungkin baru saja mencuci wajahnya.

"Kau sudah makan?" Renatta mengangguk. Ia membuat sandwich dan sup daging tadi. Syukurlah karena Servian benar-benar mengirimkan bahan makanan tepat waktu.

"Apa makanannya masih ada?" tanya Servian.

"Apa Anda belum makan malam? Saya akan membuatkan yang baru jika Anda mau menunggu." ucap Renatta.

"Aku akan menunggu." Renatta tersenyum, lalu bergegas ke dapur. Ternyata, Servian mengekorinya.

Ini adalah hal yang baru. Renatta tidak pernah membayangkan ia akan menjadi perempuan kembali secepat ini, dan terlebih orang yang mengetahuinya adalah Servian. Servian adalah orang terakhir yang akan ia beri tahu bahwa ia adalah perempuan.

"Apa yang ingin Anda makan? Saya bisa mempelajarinya dari buku resep yang Anda kirimkan." Renatta bersyukur karena Servian juga mengirimkan sebuah resep. Memasak tidak sesulit yang ia duga.

"Aku pikir kau tidak bisa memasak sebelumnya."

"Saya bilang bisa kemarin."

"Kau berbohong."

"Anda mengetahuinya dengan baik."

"Aku ingin memakan apapun yang kau buat."

Renatta pikir Servian jadi lebih lembut dan perhatian terkadang. Ia jadi mempertanyakan apakah sebenarnya Servian menyukainya sejak awal? Tapi ia tidak mau terlalu percaya diri. Bisa saja karena memang ini Servian gunakan untuk mengikatnya supaya ia tidak kabur.

"Bagaimana kalau daging bumbu lada hitam. Sepertinya ini cukup mudah dan cepat dibuat," ucap Renatta setelah keduanya sampai di dapur.

"Ya, yang itu saja."

Renatta merebus kentang sebelum menyiapkan dagingnya. Ia cukup mengikuti apa kata buku resep, dan semuanya akan jadi makanan yang kurang lebih rasanya cukup nikmat.

Selama menunggu daging matang, Renatta membuatkan Servian teh terlebih dahulu. Kalau soal menyeduh teh dia akan mengatakan bahwa dia cukup mahir melakukannya.

"Apa pekerjaan Anda banyak? Bagaimana reaksi Sir Allen dan Sir Edgar ketika mendengar Rayyan telah mati?" tanya Renatta. Ia duduk di depan Servian, membelakangi kompor.

"Mereka berisik." Itulah yang Servian katakan, tapi Renatta bisa membayangkan betapa berlebihannya tingkah Allen. Dan ia terkekeh membayangkannya.

"Lalu Nyonya Martha?" tanya Renatta lagi.

The Duke's Little BirdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang