***
***
Renatta duduk termenung di balkon kamar Servian. Pria itu benar-benar menyimpan kunci kamar yang tadinya akan ia gunakan. Lalu, beberapa hari lalu pria itu berangkat ke Portneer untuk memimpin perang. Rasanya campur aduk. Padahal Renatta yakin perasaannya untuk Servian yang dulu abu-abu, kini sudah menghitam. Gelap dan hilang. Ia yakin ia tak lagi mengharapkan pria itu. Hanya saja, ia juga tidak bisa memahami mengapa sekarang ia ada di sini, di kamar ini. Kamar yang pria itu gunakan.
Lalu, ketika Servian pergi ke tempat berbahaya itu, perlahan perasaan hitamnya menjadi putih. Cerah dan jelas. Rasa yang semula ia pertanyakan, kini sudah terjawab. Ia khawatir pada Servian. Jika bisa, mengapa tidak orang lain saja yang pergi. Mengapa harus Servian. Padahal ia baru saja kembali. Apa pria itu sungguh-sungguh mengharapkan dirinya?
"Tapi aku tidak bisa bersikap seperti anak kecil."
Renatta bangkit dari kursinya. Ia akan melakukan sesuatu supaya ia tidak terus-terusan memikirkan Servian. Sekarang baru pukul 10 pagi. Udara juga rasanya semakin dingin walau belum sedingin saat musim dingin. Ah, bagaimana dengan di Portneer yang dekat dengan pegunungan Torben.
Renatta memukul kepalanya. "Lagi-lagi aku memikirkan orang itu." gumamnya.
"Nona, Anda mau kemana?" tanya seorang pelayan. Namanya adalah Loka. Ia adalah pelayan yang ditugaskan untuk melayani Renatta. Kata Servian, Loka seumuran dengan Leah.
"Aku kau ke ruang kerja."
Ia dulu bekerja di sana ketika masih menjadi Rayyan. Tapi ia tidak bisa mengatakannya.
"Ah, kalau begitu, akan saya antar."
Renatta menggeleng, "tidak perlu. Aku akan ke sana sendiri. Loka, tolong siapkan makan siang saja ya."
"Baik, Nona."
Walau statusnya adalah istri Servian, ia belum memiliki posisi resmi di mansion ini. Kadang Renatta juga bingung hendak memposisikan dirinya sebagai apa. Sebagai Nyonya atau sebagai tamu atau apa? Ia sendiri tidak tahu. Maka dari itu ia meminta Loka memanggilnya Nona.
Renatta mengetuk pintu ruang kerja Servian. Di dalamnya pasti ada Edgar. Dan benar saja, suara Edgar terdengar dari dalam. Renatta segera masuk ke dalam. Kehadirannya cukup mengejutkan Edgar. Pasalnya ia tak pernah melihat sosok Renatta yang sering dibicarakan Allen ini. Em, mungkin ia pernah melihatnya sekali saat hendak pulang.
"Anda..." Edgar menggantung ucapannya.
"Saya Renatta. Saya datang ke sini karena mendengar Anda bekerja seorang diri ketika Tuan Duke pergi."
"Ah, benar. Sebenarnya saya bekerja dengan Tuan Butler juga. Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Edgar.
Renatta menggeleng, "justru saya yang ingin bertanya, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya wanita itu.
YOU ARE READING
The Duke's Little Bird
Historical FictionUNTUK PEMBACA 18+ OKEYYY... > 🐦 Renatta, gadis kecil yang ceria dan pemberani meski hidupnya tak mudah untuk dijalani. Ia terpaksa menjadi laki-laki dan mengubah namanya menjadi Rayyan supaya bisa masuk ke kediaman Duke Askary untuk bekerja. Kata o...