Part 52

970 98 35
                                    

Timnas Indonesia sedang melakukan briefing di locker room sebelum mulai babak kedua melawan Tanzania.

"Aveline menghubungi ku tadi sebelum pertandingan, dia memberi ku pesan semangat untuk mu..." Ucap Justin.

"Thanks, Jussa..." Jawab Nathan.

"Bukan aku yang menyemangati mu tapi Aveline, Nat..." Ucap Justin.

"Aku tetap berterima kasih pada mu..." Jawab Nathan.

"Kau masih belum mau bicara dengannya?" Tanya Justin.

"Yaa, aku belum ingin bertemu dengannya..." Jawab Nathan.

"Kau masih marah?" Tanya Justin.

"Tidak, aku hanya perlu waktu untuk sendiri..." Jawab Nathan.

"Jangan terlalu egois, Aveline bisa saja berhenti menghubungi ku untuk menanyakan kabar mu. Jangan sampai kau menyesal, kalo hal itu terjadi..." Ucap Justin memperingatkan Nathan.

Nathan hanya diam mendengar ucapan Justin.

"Come on, focus! Pertandingan ini bukan untuk individu. Kalian bermain dalam satu tim, tingkatkan kerja sama kalian..." Ucap Coach Shin Tae Yong.

Justin dan Ivar menyadari kedua sahabatnya masih melakukan perang dingin dua minggu ini, performa Nathan dan Rafael saat latihan ataupun malam ini sangat kacau. Mereka lebih terlihat seperti lawan daripada teman satu tim.

"Nathan dan Rafael, kalian ikut aku sekarang..." Ucap Coach Shin Tae Yong memanggil keduanya untuk berbicara.

Nathan dan Rafael mengikuti Coach Shin Tae Yong menjauh dari pemain lain untuk berbicara.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi diantara kalian, tapi akhir-akhir ini performa kalian kurang baik. Berkali-kali aku liat kalian tidak ada kerja sama dan masih bermain secara indvidu. Apapun masalah pribadi kalian satu sama lain, jangan pernah membawanya ke lapangan karena kalian berada di tim yang sama. Kalian harus bermain dengan profesional. Kalo kalian masih begini di babak kedua, terpaksa aku akan menempatkan kalian berdua sebagai pemain cadangan di pertandingan selanjutnya. Mengerti?" Ucap Coach Shin Tae Yong.

"Siap coach.." Jawab Nathan dan Rafael.

Nathan dan Rafael kembali berkumpul dengan tim-nya. Mereka bersiap-siap untuk memasuki babak kedua.

Aveline yang biasanya selalu menonton pertandingan Nathan di lapangan, sekarang ia hanya bisa menonton pertandingan sepak bola Indonesia melawan Tanzania melalui TV di apartemennya. Sudah dua minggu ini juga, Aveline belum mendengar kabar apapun dari Nathan.

"Aku benar-benar merindukannya..." Ucap Aveline melihat Nathan di TV.

Malam ini Nathan bermain dengan baik, walaupun beberapa kali ia melihat Nathan dan Rafael tidak bekerja sama dengan baik. Beberapa kali mereka terlihat bermain secara individu, tapi kerja sama mereka dengan pemain lain jauh lebih baik.

"GOALLL!!! RAFAEL BERHASIL MENCETAK SATU GOAL UNTUK INDONESIA!!" Ucap komentator di TV.

Aveline hanya tersenyum melihat Rafael yang berhasil mencetak goal untuk Indonesia. Mengingat dulu Rafael selalu mengejar bola dan berambisi mencetak goal untuknya dan sekarang ia masih jadi orang yang sama mencetak goal untuk tim nya. Pertandingan malam ini dimenangkan oleh Indonesia, dengan skor akhir 1-0.

I can't lose when I'm with you, how can I snooze and miss the moment?

Handphone Aveline tiba-tiba berbunyi saat ia baru saja selesai menonton pertandingan bola. Ia tersenyum saat melihat nama Helena yang terpampang pada layar handphone-nya, sudah lama ia tidak berbicara dengan kakaknya.

"Halo?"

"Hi Ave, how are you? Tiba-tiba gue kepikiran mau ngehubungin lo aja..." Ucap Helena.

"I'm good, kak..." Jawab Aveline.

"Syukur deh, gue khawatir ngeliat posting-an akhir-akhir ini lo galau mulu di sosmed..." Ucap Helena.

"Yaa, sebenernya emang gue lagi galau sih kak..." Jawab Aveline.

"Ada apa? Berantem sama Nathan?" Tanya Helena.

"Bisa dibilang gitu..." Jawab Aveline.

"Cerita dong sama gue..." Ucap Helena.

Aveline menceritakan semua yang terjadi pada Helena. Ia berharap bisa mendapat jalan keluar atau solusi dari masalahnya.

"Aww poor, Ave..." Ucap Helena setelah mendengar cerita dari adiknya.

"Makanya itu kak, gue bingung. Nathan gak mau ngomong sama gue, tapi Rafa juga gak ada inisiatif ngomong atau minta maaf juga..." Jawab Aveline.

"Udah, sekarang mending move on cari cowok lokal aja..." Ucap Helena.

"Ngomong sih enak, ngelakuinnya susah..." Jawab Aveline.

"Kalo masih mau nunggu dua-duanya mah yaudah, tungguin deh gih sana..." Ucap Helena.

"Ahh, lo mah ga kasih solusi kak..." Jawab Aveline.

"Loh, itu gue kasih solusi. Move on ke cowok lokal, gausah bergaul sama manusia VOC itu lagi kalo ujung-ujungnya sama aja..." Ucap Helena.

"Susah kak, gue masih sayang..." Jawab Aveline.

"Sayang sama siapa? Nathan atau Rafa?" Tanya Helena.

Aveline hanya diam mendengar ucapan kakaknya. Ia sendiri bahkan belum tau siapa orang yang benar-benar ia sayang.

"Nah, diem kan lo. Gue gak peduli ya lo mau sayang sama pacar lo atau mantan lo, tapi lo sendiri juga butuh kepastian Ave..." Ucap Helena.

"Yaa tau, tapi gimana caranya dapet kepastian kalo dua-duanya aja gak ngomong sama gue..." Jawab Aveline

"Gini aja, kalo sampai sebulan ini Nathan atau Rafa belum nemuin lo juga, itu tandanya lo harus pergi dari kehidupan mereka. Masa lo mau terus-terusan begini? Sedih dan craving kasih sayang mereka. Emangnya mereka mikirin lo? Belum tentu juga kan, be wise aja Ave..." Ucap Helena.

Aveline hanya diam mendengar ucapan Helena yang ada benarnya. Belum tentu Nathan atau Rafael memikirkan apa yang Aveline pikirkan saat ini.

"Lagian lo juga sih. Kan waktu itu udah gue suruh pilih salah satunya, tapi masih aja lo ngejalanin dua-duanya..." Ucap Helena.

"Yaa, abis susah kak milih salah satu dari mereka..." Jawab Aveline.

"Kalo emang lo ngerasa dia orang yang tepat, lo gak bakal kepikiran buat pilih yang lain..." Ucap Helena.

Milih antara Nathan atau Rafa emang beneran bukan pilihan yang mudah, karena gue sendiri juga pernah mencintai keduanya di waktu yang bersamaan. Ucap Aveline dalam hati.

Middle || Rafael Struick - Nathan Tjoe A OnDonde viven las historias. Descúbrelo ahora