Part 34

137 20 2
                                    

′~' Layang-layang raksasa ′~' 

_________________________________________________

(kalau 'teks' begini artinya bahasa isyarat)
(Kalau 'teks miring' artinya bicara dalam hati)

"Cuman 10, masih ada 40" jawab Hena dengan wajah sedih

"Bersabarlah, memang tidak mudah menjualnya, tapi pasti habis semua kok. Bubur nenek kan yang terbaik di kota" hibur Hans menyemangati Hena yang sedih, namun malah membuat gadis itu semakin bersedih

Dirga memerhatikan mereka sedari tadi lalu menepuk pundak Hena, Hena berbalik menatap nya.

'Aku ingin satu boleh?' tanya Dirga

"Dirga kau lapar? Baiklah ambil saja satu" kata Hena memberikan nya kotak bubur ayam

"Hans ini ambil, kau juga lapar kan. Kita semua langsung berangkat tanpa makan terlebih dahulu." Kata Hena juga memberikan 1 kotak bubur ayam ke Hans yang diterima pemuda itu.

Indo membuka bungkus nya dan mengambil sendok yang disediakan lalu memakannya.
'Pantas saja, ini bahkan lebih hambar lagi dari yang malam ku makan' batin Indo

Indo kemudian mengajak mereka ke sebuah tokoh yang yang menjual peralatan dapur, lalu ketoko yang menjual bungkus kotak, dan ketoko yang menjual bahan bahan masakan dapur.

Mereka yang diajak kesana kemari membeli barang hanya mengikuti kemana Dirga membawa mereka. Hena membantu karna Dirga tidak bisa berbicara

Dirga: katanya terlalu kasar Thor
Auth: eh iya astagfirullah, maaf Dirga🥲

Hena membantu berbicara ke orang yang menjual karna Dirga belum bisa mengeluarkan suaranya, dan Dirga yang membayar.

Walau tidak ada sihir tapi kalung zamrud Indo yang ia sudah isi berbagai alat termasuk rumah Tidak hilang. Dirga bersyukur itu, uang yang digunakan didunia ini ada di kalung penyimpanan milik Indo.

Hena dan Hans tidak heran kalau Dirga punya uang, tapi heran dengan barang yang dibeli Dirga.

Dirga lalu mengajak mereka ke sebuah gerobak makan yang menjual roti, katanya untuk pinjam tempat berlindung.

Dirga menyuruhku mereka untuk duduk dulu, sedangkan dirinya mulai menuangkan semua bubur ke dalam wajan. Masaknya pakai kayu bakar, apinya pakai korek yang dibeli tadi.

Dirga lalu mengaduk dan mulai memotong sayur, campur bumbu yang diracik oleh dirga. Dan bla bla bla. Selesai

Dirga menaruh 5 sendok sayur bubur di kotak yang sudah ia rakit, lalu menaruh ayam yang ia tongseng. Telur rebus yang kulihat nya sudah dikupas, dan lain lain lagi. (Pernah liat atau makan bubur ayam kan? Begitu)

Indo lalu memberikan dua sendok di piring dan memberikan nya ke Hena dan Hans. Mereka menerima nya dan mulai memakannya.

"Wah ini sangat lezat!!" (⁠☆⁠▽⁠☆⁠) seru Hans

"Mm~ Dirga ternyata bisa masak. Hebat!" puji Hena membuat Dirga malu. Gini gini Dirga masih bisa malu dipuji apalagi yang muji dia perempuan. Kalau lonte beda lagi cerita nya.

Dirga menaruh sesuai takaran, total ada 100 kotak karna Dirga menambah kan nasinya.

'kita tidak perlu berkeliling menjual nya, cukup jual disini saja. Karna ini banyak' ucap Indo

"Tapi nanti yang punya tanah marah" kata Hans disetujui Hena mereka menatap kembali Dirga

'tenang saja, aku sudah mengurus nya. Tidak perlu dipikirkan, ayo kita menjual' ucap Indo

*ೃAm I Antagonist˚༄.ch's.Where stories live. Discover now