•FIKSI•
Halo ... Perkenalkan namaku Chika. Aku adalah mahasiswa baru di salah satu universitas yang ada di Jakarta. Aku kelahiran tahun 2002, kurang lebih umurku sekarang genap 22 tahun. Aku sempat gap year kurang lebih setahun.
Jadi banyak sekali aku lihat kawan sebayaku yang kini sudah menjadi seniorku. Ada rasa iri dan juga sedikit tekanan, melihat mereka yang berada satu tingkat di atasku.
Namun tak apa. Aku harus bisa membuktikan bahwa aku mampu bersanding dengan mereka. Mampu bersaing dalam bidang yang akan aku tekuni sekarang.
Masa ospek telah berakhir. Membawa diriku kembali ke jadwal sebenarnya. Aku memilih untuk kuliah pagi karena menurutku enak aja sih. Kalau sore biasanya aku cepat mengantuk.
Aku juga belum banyak punya teman di sini. Masa ospek membuatku tidak bisa berkutik dengan teman baruku. Para senior selalu menyibukkan kami, membuat kami kelimpungan tak berdaya.
Brukk!
Aku terkejut lalu menoleh ke arah lorong yang di tempati oleh sebuah ruang kelas. Di sana aku melihat ada seorang wanita yang mendapat perundungan dari beberapa temannya.
Ku kira hanya di kalangan kami para lelaki saja yang ada hal seperti itu. Ternyata di kalangan perempuan pun sama.
Entah kenapa, aku tidak tega melihat wanita tersebut. Dengan wajahnya yang pucat aku bisa menyimpulkan bahwa dia sedang sakit. Dan aku menyadari sesuatu. Mereka adalah kakak tingkatku. Aku mengetahuinya karena kelas mereka yang ada di lantai satu.
Aku yang masih mematung di tengah jalan pun hampir di tubruk olehnya. Untungnya aku sempat menghindar jadi keseimbangan ku masih terjaga.
Aku mendengar gemuruh tawaan yang terlontar dari mereka para perundung. Melihat wanita itu yang berlari kemudian masuk ke dalam ruang kesehatan.
Aku yang merasa masih punya banyak waktu luang, memutar arah langkahku. Memutuskan untuk menemui wanita itu dan ikut masuk ke ruang kesehatan.
Aku adalah seorang pria yang lemah. Bahkan mataku ini terasa buram ketika melihatnya menangis. Entah kenapa aku juga ikut bersedih. Aku berjalan mendekat kemudian menutup pintunya. Membuat ia yang sedang menangis tersentak kaget.
"Kamu siapa? Tolong jangan merundungku di ruang kesehatan." Aku tertegun mendengar ucapannya. Aku semakin yakin jika hari harinya dipenuhi dengan rundungan dan juga rundungan.
Aku menggeleng dan perlahan mendekat. Menarik kursi kemudian duduk menghadapnya yang sedang duduk di brangkar istirahat.
"Kamu kakak senior aku, ya? Kenalin namaku Chika," jika kamu ingin akrab dengan seseorang, maka tidak ada salahnya kamu berkenalan terlebih dahulu.
"Iya. Namaku Shani." Tapi aku merasa aneh karena uluran tanganku masih mengambang di udara. Dia tidak menjabatnya lalu mengguncangnya. Akupun menarik tanganku kembali.
"Kakak kenapa?" Aku berusaha untuk menyentuh bahunya namun dengan cepat ia menepisnya.
"Jangan sentuh aku ... Aku penyakitan," ungkapnya membuat aku terdiam. Tangisan kian membuatku tersayat. Tangisan yang begitu memilukan bahkan aku yang di tinggal seorang ayah pun tidak sebegitunya.
Aku memilih untuk menenangkannya dengan kata kata afirmasi. Aku mengikuti larangannya untuk tidak menyentuhnya. Padahal aku belum tau dia sedang mengidap penyakit apa?
Apakah dia terpapar radioaktif sehingga tak ada seorang pun yang boleh menyentuhnya? Tapi beberapa wanita perundung tadi? Ah sudahlah!
Sebelum aku pergi karena jam studyku yang mulai sebentar lagi, aku menyempatkan diri untuk meminta nomor WhatsApp nya. Dan dia memberikannya secara cuma cuma.
Aku menyimpannya dan berjanji akan menghubunginya setelah kelasku berakhir. Ia mengangguk dengan senyuman tipis. Membuat hatiku bergetar hebat. Aku segera berlalu dengan mencubit lembut pipinya yang basah. Persetan dengan larangannya di awal.
Dia pun nampak menegang saat aku sudah keluar dari ruangan tersebut. Aku menutupnya kembali karena aku rasa dia akan berdiam diri di dalam sana hingga waktu yang tidak di tentukan.
• • •
Aku mengeram kesal. Aku bingung dengan diriku sendiri. Di awal aku menginginkan jurusan ini, namun setelah aku ambil rasanya berat sekali.
Aku meringis kemudian merogoh ponselku. Menepati janji untuk menghubungi kak Shani. Sembari aku melempar langkah lebarku menuju ke ruang kesehatan. Siapa tau masih di sana 'kan.
"Ahh ... Sakit, lepasin"
"Heh, penyakitan! Udah minum obat lo? Entar virus lo nambah banyak lagi karena telat minum obat." Ucap seseorang dari dalam ruang kesehatan.
"Lo bayangin aja. Emangnya ada cowok yang mau nikah dan punya anak sama lo? Lo itu nggak guna kalau di kasihanin." Timpal seseorang lagi.
Aku merasa nggak terima kalau ada orang yang berbicara seperti itu. Menikah itu adalah haknya setiap orang. Jadi mereka tidak pantas mengatakan hal seperti itu.
Dengan cepat aku membuka pintu tersebut. Melihat tiga orang wanita perundung yang sama seperti pagi tadi. Mereka menatapku dengan tajam. "Maaf kak. Tapi aku butuh ruangan ini, karena kepalaku sangat pusing."
Mereka mendengus dan segera menghentak hentakkan kakinya keluar. Salah satu dari mereka sempat menjambak rambut kak Shani. Yang membuat sang empu meringis kesakitan.
Setelah mereka pergi, aku melempar tatapan sedihku ke arah kak Shani. Melihat keadaannya yang tak layak pandang seperti itu. Tanganku secara otomatis terulur untuk membenahi seragamnya, tapi dia menghindar.
Dengan sekali gerakan, aku menarik tubuhnya. Membuat tubuh kurus itu menegang. "Kakak diem sebentar bisa 'kan?" Ucapku tegas yang membuatnya tak berkutik. Bahkan dia tidak berani menatapku.
"Sebenarnya Kak Shani punya sakit apa sih? Dari tadi aku denger mereka menyinggung tentang penyakit kakak terus." Kak Shani semakin merapatkan bibirnya. Enggan untuk menceritakannya kepadaku. Dia menggeleng dan memejamkan matanya.
"Nggak apa-apa Kak Shani, aku ini juniornya kakak. Aku nggak sama kayak mereka kok." Terdengar seperti rayuan anak kecil memang. Namun aku berharap caraku ini berhasil.
Terdengar suara nafas dari bibirnya yang ranum itu. Sepertinya Kak Shani bersedia untuk bercerita kepadaku. Dan benar saja, Kak Shani sedikit menyerongkan posisi duduknya menghadap ke diriku.
"Aku pengidap HIV. Jadi memang pantas mereka semua merundung dan menjauhiku."
To Be Continued

YOU ARE READING
ONESHOOT48
Short StoryCerita Pendek Tanggal update tidak menentu seperti cerita yang lainnya. Berbagai tema dan juga kategori cerita akan masuk menjadi satu di dalamnya.