Plan

179 12 4
                                    

Mery menatap Selena dengan tatapan terkejut dan tidak percaya. Menjebak di ranjang? Apa maksud wanita itu? Pikir Mery.

"Ma.. Maksud Yang Mulia.. apa?" tanya Mery dengan ragu.

Selena menatap Mery dan tersenyum,

"Ah.. Aku lupa kau masih gadis yang terbilang polos" ucapnya pelan sambil membenarkan posisi duduknya.

"Tapi.. Kurasa kau sudah cukup paham tentang hubungan pria dan wanita di atas ranjang. Aku tidak memintamu untuk melakukan sex dengan Pangeran Devon. Aku hanya memintamu untuk menjebaknya" jelas Selena.

Mery hanya diam di tempatnya sambil menautkan kedua jemarinya dengan gugup. Rencana Ratu Selena terdengar cukup ekstrim dan beresiko, dia tidak mau melakukannya, pikir Mery dalam hatinya.

Selena mengambil sesuatu di dalam laci mejanya dan memberikannya pada Mery,

"Ini.. Kau hanya cukup memberikan ini di minuman Pangeran, jika kau punya kesempatan dan hanya berdua dengannya" ujar Selena lagi.

Mery menatap botol kaca kecil di atas meja dengan ragu. Ia pun memberanikan diri menatap Selena,

"Apa.. Tidak ada cara lain?" tanya Mery yang membuat Selena mengernyitkan keningnya.

"Apa maksudmu? Apa kau punya cara lain untuk membuat Pangeran memilihmu?" tanya Selena dengan nada menantang.

Mery terlihat gugup dan menghela nafasnya pelan,

"Aku.. Aku akan mencoba dengan caraku sendiri. Menurutku.. Cara tadi terlalu beresiko Yang Mulia" jawab Mery sambil menunduk.

Selena terlihat tidak suka dengan ucapan Mery. Wanita itu menyeringai pelan sambil mengangguk,

"Baiklah, aku akan memberimu satu kesempatan. Jika caramu gagal, maka kau harus melakukan apa yang aku perintahkan tadi" ucap Selena tegas.

Mery menghela nafasnya dan mengangguk,

"Kau tetap harus menyimpan botol ini" ujar Selena lagi.

Mery pun perlahan mengambil botol itu dan kembali terdiam untuk beberapa saat sebelum kembali mengangkat wajahnya untuk menatap Selena,

"Yang Mulia Ratu.. Bolehkah aku meminta satu permintaan?" tanya Mery tiba-tiba yang membuat Selena menatap kearahnya.

Wanita itu tersenyum sambil menatap Mery dengan tatapan tidak sukanya,

"Kau cukup berani bertanya seperti itu padaku.." ucapnya sedikit mencemooh.

"Apa yang kau inginkan?" lanjutnya lagi.

Mery menatap Selena dengan tatapan yang penuh dengan permohonan,

"Bolehkah.. Aku bertemu dan berbicara dengan ibuku? Sekali saja.. Kumohon" pinta Mery dengan nada yang sedikit bergetar.

Selena terlihat berpikir dan menghela nafasnya pelan,

"Baiklah.. Sebagai ucapan selamat karena kau berhasil masuk ketiga besar, aku akan mengabulkan permintaanmu" jawabnya yang membuat Mery tersenyum senang.

"Tapi bukan hari ini.. Mungkin besok atau lusa kau bisa bertemu dengan ibumu" lanjut Selena.

"Baik Yang Mulia Ratu, terimakasih" balas Mery yang terlihat begitu senang.

"Kau boleh kembali sekarang" perintah Selena.

Mery pun mengangguk dan berdiri dari duduknya lalu meninggalkan ruangan Selena. Selena menatap kearah pintu yang tertutup dengan tatapan tajamnya,

"Setidaknya dia cukup berguna" bisiknya sinis.

~~~

Devon melangkah memasuki ruang tamu setelah melakukan pertemuan dengan beberapa petinggi istana. Kebetulan ayahnya belum kembali dari perjalanan ke luar kota, jadi Devon yang sepenuhnya menggantikan sang ayah di istana.

Permaisuri Palsu Tawanan Sang PangeranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang