"Aku memilih.. Putri Melisa sebagai calon istriku" ucap pria itu yang membuat Mery menegang seketika.
DEG!
Gadis terdiam membeku dengan mulut yang sedikit terbuka. Tatapannya dan Devon saling bertemu, Devon menatap Mery dengan tatapan yang sulit dibaca oleh Mery, sedangkan Mery menatap Devon dengan rasa terkejut dan takut.
Tangan Devon masih terulur kearah Mery yang masih belum menyambutnya. Pria itu pun tanpa terduga menaruh tangannya di tengkuk Mery dan mengusapnya lembut,
"Apa kau begitu terkejut?" tanya Devon.
Pria itu meraih tangan Mery dan mengecupnya cukup lama. Di kursinya, Selena juga sama terkejutnya dengan Mery. Wanita paruh baya itu bahkan tak bisa berkata-kata. Bagaimana.. Bagaimana bisa?? tanyanya dalam hati. Sebenarnya, apa yang di rencanakan pria itu?? pikir Selena menaruh curiga.
Devon melepaskan ciumannya di tangan Mery dan mendekatkan wajahnya pada telinga Mery dan berbisik,
"Bukankah ini yang kau inginkan?" bisiknya pelan di telinga Mery yang membuat bulu kuduk Mery seketika meremang.
DEG!
Mery dengan cepat menatap Devon dengan tatapan yang terkejut. Devon menatap Mery dan kembali berbisik dengan tatapan tajamnya,
"Jika kau tidak mau membuka mulut, maka.. aku yang akan memaksamu" bisik Devon lagi sambil menjauhkan wajahnya.
Mery seketika merasa tubuhnya terasa lemas dan pikirannya menjadi kacau. Apa maksud pria ini?? Apa dia tengah menjebaknya? pikir Mery dalam hati.
Mery hampir terkulai jika saja tangan Devon tidak memegangnya. Pria itu membantu Mery berdiri dan memeluk pinggangnya.
Para tamu undangan bertepuk tangan mendengar keputusan Devon, kecuali Laura dan Selena. Laura terlihat menahan air matanya dan menatap tak percaya pada Devon. Ia mengepalkan tangannya kuat dan berdiri. Namun seseorang menahan tangan wanita itu untuk kembali duduk.
Selena yang tidak terima menatap ke samping dan melihat Billie yang tengah menahan tangannya,
"Kumohon Nona tidak membuat kekacauan saat ini" bisik Billie sedikit memperingatkan.
Laura yang tidak terima mencoba melepaskan tangannya namun pegangan Billie cukup kuat dan membuatnya tidak bisa bergerak,
"Kau tau siapa gadis itu bukan?? Mengapa Devon memilihnya??" bisik Laura frustasi dengan mata yang berkaca-kaca.
Billie hanya menghela nafasnya dan menatap Laura,
"Nona bisa tanyakan alasannya pada Pangeran nanti. Sekarang, kumohon jangan buat keributan" ucap Billie menegaskan.
Laura terdiam untuk beberapa saat dan kembali duduk dengan perasaan tidak terimanya. Wanita itu mengepalkan tangannya kuat sambil menatap kearah Devon yang tengah menuntun Mery untuk melangkah ke depan.
Raja Charles dan Ratu Rebecca menyambut Devon dan Mery dengan senyuman bahagia mereka. Rebecca memeluk Mery dan mengucapkan selamat padanya,
"Selamat calon menantuku.." ucap Rebecca yang hanya di balas senyuman kaku Mery.
Charles menyentuh pipi Mery dan juga mengucapkan selamat,
"Putraku memang memiliki selera yang baik" ucapnya yang hanya dibalas senyuman canggung Mery.
Devon meraih tangan Mery dan kembali menatap kearah para tamu yang hadir,
"Aku telah memilih calon istriku. Dan.." ucapnya terhenti sejenak.
"Aku tidak ingin menunggu lama untuk segera menikah dengannya" lanjut Devon sambil menatap Mery.
Mery semakin membeku di tempatnya dan menatap Devon dengan tatapan terlukanya. Apa pria ini sedang bermain-main dengannya? Apa yang dia rencanakan? pikir Mery dengan perasaan marah, sedih dan kecewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Permaisuri Palsu Tawanan Sang Pangeran
RomanceMery, gadis berusia 17 tahun yang mempunyai tekad kuat untuk pergi dan masuk ke dalam istana Pearland, untuk menemukan ibunya yang di culik oleh para penjaga istana 2 tahun yang lalu. Mery pun rela mengorbankan dirinya dibawa oleh penjaga istana unt...