Chapter 8

127 11 0
                                    

"Here are some suggestions, permantap materi yang sudah diajarkan, dan tetap relax. Ujian akan diadakan sebelum libur panjang musim panas," ujar Mrs. Purple.

Di kelas saat itu semua hening. Mengetahui bahwa sebentar lagi akan diadakan ujian KELULUSAN. Aku sungguh gugup dan sekaligus cemas terhadap ujian ini. Aku ingin sekali masuk ke High School terbaik di Edmond. Yang tak lain adalah Brooklyn Westside High School, dan aku tak mau meneruskan High School di sekolah ini lagi. Sekolah ini memang disatukan dari mulai taman kanak-kanak, sampai sekolah atas. Dan, mengetahui bahwa aku bukanlah salah satu dari anak-anak genius di sini, dan tiba-tiba saja harapanku pupus. Uh-oh, sudah pernahkah ku bilang sebelumnya bahwa aku pelajar kelas 9 sekolah menengah?

"I guess, our time is up. See you next time students," ujar Mrs. Purple meninggalkan kelas, bertepatan dengan bel pulang. Seluruh murid berhamburan keluar kelas. Aku masih merapikan buku-bukuku dan memasukannya ke dalam tas selempangku yang cukup leluasa ini.

"Winter," ujar Kendyl menghampiriku. Aku yang sedang membetulkan tali sepatu saat itu menenggak untuk melihat wajah mungilnya itu. "Yes?" jawabku. "Apakah kau dijemput Greyson lagi? Bolehkah aku menumpang? Sekaliiii saja," bujuknya dengan wajah penuh harapan. Aku menghela napasku dan menatapnya dengan penuh kemenangan. "You like my brother, huh?" ujarku bergurau. Aku langsung saja menarik sikut Kendyl dan mengajaknya keluar kelas. Di sana ada Hunter yang rupanya... menunggu seseorang.

"Hey Kendyl, hey... Winter," sapanya dengan senyuman berlesung pipinya. "Winter, do you mind if I walk you home?" tanya Hunter. Ini keputusan yang sulit, karena hari ini, Greyson akan menjemputku. Hmm... aku punya satu ide!

"Kendyl, kau pulang dengan Greyson, aku akan jalan pulang dengan Hun-"

"Shh, don't even think about it Winter! Kupikir kau sepintar yang kuduga. Kau akan membiarkanku berdua dengan kakakmu, lalu kau dengan orang lain?!" bisik Kendyl gemas. Pshh.. fine.

"Hmm.. maaf Hunter, tapi Greyson menjemputku. Maybe next time," ujarku pelan, berdiri di hadapan Hunter. Ia terdiam sejenak, menatapku sambil tersenyum. "That's fine Winter, bye!" jawabnya. Secepat kilat, ia mendaratkan satu ciuman di pipiku. Kemudian ia lari ke arah yang lainnya.

"OOH!" seruku dan Kendyl berkoor. Pipiku sepertinya mulai terasa hangat lagi. Dan aku dan Kendyl tak menduga itu! Dan... apa maksudnya itu?!

Ia meninggalkanku dengan kondisi tak dapat mengeluarkan sepatah kata pun. Aku bahkan tidak menduga hal itu akan terjadi sama sekali.

"Hey! Winter!"

Aku mulai tersadar Kendyl memanggilku yang sedaritadi melambaikan tangannya di depan mataku. Aku mulai bertingkah aneh seperti biasanya, tapi... lupakanlah. Aku segera berjalan bersama Kendyl yang senangnya tak keruan itu. Ya, ia tergila-gila dengan ketampanan kakakku.

Sesampainya di depan halaman sekolah, seperti biasa, lelaki jangkung bersandar di sebuah pagar sambil memainkan ponselnya. Kendyl dengan cepat bersembunyi di balik punggungku. Ia sangat malu, ternyata.

"Winter, Winter... ia... terlihat jauh lebih baik daripada di foto yang kau tunjukkan itu," bisik Kendyl. Aku memutar kedua bola mataku. "Cepatlah Kendyl!" seruku sambil menarik tangannya. Sambil berjalan, aku mulai memperhatikan beberapa gadis berlalu lalang di depan Greyson sambil berbisik-bisik. Aku tahu mereka sedang mencuri perhatian Greyson, namun tak berani mendekatinya khawatir ia akan marah seperti kejadian yang ke pertama kalinya. Dari jauh, aku melihat Greyson menatap gadis-gadis itu, lalu ia mengabaikannya dengan tetap bermain ponsel. Aku tak percaya satu tatapan Greyson dapat membuat gadis-gadis itu tergila-gila, termasuk sahabatku, Kendyl.

"Hey, Winter! And, siapa namamu?" tanya Greyson sambil memasukkan ponselnya ke saku. "I... I'm Kendyl, nice to meet you," ujar Kendyl malu-malu. Aku sejenak memerhatikan kerumunan gadis itu yang sedang menatap ke arah kami, entah apa yang sedang dipikirkannya.

"Oh great, nice to meet you too, Kendyl! I'm Greyson," ujar Greyson ramah. Kini ia menatapku.

"Winter, mengapa pipimu itu merah sekali?" tanyanya sambil mengusap kedua pipiku. "She just had her first kiss!!" seru Kendyl. Shame on you, Kendyl! Itu bukan first kiss!

Aku menginjak kaki Kendyl, tapi Greyson percaya Kendyl lebih dulu.

"What? Kau serius?" tanyanya. "Euh.. umm just kidding. Heheh," jawab Kendyl. Aku menghela napas.

"Omong-omong, Kendyl sangat menggemarimu Grey- Ouch!" seruku. Kali ini Kendyl yang menginjak kakiku.

Aku membisikkan Greyson sesuatu, dan Greyson mendengarkan dan setuju dengan perintahku.

**

"Oh, hahaha! It's very nice of you, Kendyl. Jangan malu-malu kalau kau ingin menumpang, let's go," ujar Greyson tanpa basa-basi. Ia menarik pergelangan tangan Kendyl dan meninggalkanku di belakang. Great.

Kendyl menatapku tajam. Tatapannya seolah-olah berkata "kubunuh kau". Aku hanya tertawa dibuatnya. Aku meminta Greyson untuk mengajaknya duduk di kursi depan di samping Greyson, sementara aku di belakang. Ya, aku mau membuat Kendyl merasa seolah-olah ini mimpi yang menjadi kenyataan.

**

(Di dalam mobil)

Aku terdiam, mengabaikan percakapan Kendyl dan Greyson, menatap ke luar lewat jendela mobil. Perasaanku sedang bercampur aduk, antara senang, karena Hunter baru saja memberiku sebuah ciuman. Dan... aku sangat merasa... ah perasaan itu sangat susah dijelaskan. Apakah ia suka denganku? Tapi perasaannya tak pernah jelas selama ini.

Tapi dari semua itu, aku lebih memikirkan kecemasanku terhadap ujian kelulusan. Bagaimana kalau aku tidak masuk ke SMA yang kuinginkan? Bagaimana jika nilaiku jelek dan yang lain bagus?

Aku hanya mematung di sana.

**

"....Back there?" ujar Greyson yang hanya terdengar setengah dari kalimatnya. Kurasa ia bertanya kepadaku yang sedang melamun.

"Is everything alright back there? Kau sepertinya terdiam terus," kini Greyson berbicara kepadaku. "Oh, aku baik-baik saja," jawabku. Greyson menatapku dari cermin untuk memastikan bahwa aku tak kenapa-napa.

**

"Thank you for the ride ... Greyson. Oh ya, satu lagi, hmm.. bisakah kau menanda-tangani buku kesayanganku?" ujar Kendyl sambil menyodorkan buku silver dan sebuah spidol. Hoam.

"Sure, sure! Here... Gr...eys..on ...Chance, alright, there ...," jawab Greyson sambil menanda-tangani bukunya. Ia lalu tersenyum ke arah Kendyl. Kendyl berterima kasih kepadaku dan Greyson lalu masuk ke dalam rumahnya.

**

"Winter, here, duduk di sebelahku," ujar Greyson sebelum mengegas mobilnya, sambil menepuk-nepuk kursi depan. Aku mengangguk tanpa mengucapkan kata-kata. Sebenarnya aku kecewa dengan Kendyl yang memberitahu bahwa itu first kiss, yang nyatanya hanya ciuman kecil di pipi.

Aku pun mulai memasang sabuk pengaman, dan Greyson mulai menancap gas.

"Are you okay?" tanya Greyson.
"Ya ya, aku baik-baik saja," jawabku.

"Kau tak terlihat seperti baik-baik saja. Oh ya, siapa first kiss mu itu?" tanyanya dengan penasaran. Aku agak malas sih menjawabnya.

"Kendyl hanya bergurau, itu bukan first kiss ku. Ia hanya mencium pipiku, hmm.. Hunter," jawabku. Setiap kali menyebutkan namanya selalu ada kupu-kupu berterbangan di perutku.

"Oh," jawab Greyson singkat. Ia sepertinya menambah kecepatan mobilnya.

"Slow down, kak. Kalau aku mati kecelakaan bagaimana...," ujarku datar. Greyson tak mendengar kata-kataku, tapi ia memelankan kecepatan mobilnya.

**

"Oh ya, Grey. Aku benar-benar cemas, sebentar lagi ujian kelulusan. Aku belum punya persiapan sama sekali," ucapku.

"Oh, ya? Wah adik kecilku sudah SMA. By the way, tak perlu khawatir, Winter. Aku akan mengajarimu sampai kau bisa, how about that?" jawabnya sambil mengedipkan sebelah mata. Aku merasa sangat senang karena ia akan membimbingku belajar untuk ujian itu. Greyson adalah sosok yang sangat pintar. Tak sepertiku.

"Thank you Grey!" seruku. Tak terasa, kami pun sampai di rumah kami. Greyson memarkirkan 'Moses', mustangnya di sebelah mobil kantor ayah. Lalu ia menuntunku masuk ke dalam rumah.

Dear, Brother.. [Greyson Chance Story]Where stories live. Discover now