Chapter 13

91 7 0
                                    

"Grey, bagaimana kabarmu?" tanyaku sambil meraba lehernya yang masih terasa hangat. "Aku baik-baik saja Winter, don't think about it. Ini hanya sakit biasa," jawabnya yang terbaring lemas di ranjangnya pagi itu. Aku mengiyakan.

"Grey, kau mau tidak kalau kita satu sekolah saat SMA? Ya, di Brooklyn High. Aku kelas 10, dan kau kelas 12. Kurasa kau butuh banyak teman, lagi pula, homeschooling juga buat apa," ujarku membujuknya. Greyson tersenyum. "Let's see, aku ingin sekali bersekolah di sekolah-sekolah pada umumnya, nanti aku tanyakan ibu, okay?" jawabnya. Aku mengangguk senang. Semoga saja ibu mengizinkannya, lagi pula homeschooling kan juga tak ada gunanya, menurutku.

"Selamat pagi, Greyson, dan Winter, aku ke Brooklyn dulu mendaftarkan ulang Winter. Winter, jaga Greyson, okay?" ujar ibu, lalu mengecupku dan Greyson. "Greyson, minum obatmu, sayang," ujar ibu. Greyson mengangguk.

"Bu, apakah bisa mendaftarkanku ke Brooklyn juga? Because, I think I need new friends," ujar Greyson. Ibu terdiam sejenak. "Greyson, can you please come with me? We need to talk," ujar ibu. Greyson beranjak dari ranjangnya, seperti biasa, dengan memejamkan matanya dan memegang dahinya. Aku tahu apa yang ia rasakan, jadi kubantu ia bangun dan menuntunnya. Ibu membawa Greyson ke ruang keluarga, sementara aku menunggu mereka di sini.

**

Setelah mereka mengobrol agak lama, Greyson masuk ke kamarnya lagi.

"Bu, aku janji akan mengusahakannya sebisa mungkin," ujar Greyson terdengar olehku.

Mengusahakan apa?

..

"Grey, bagaimana?" tanyaku. "Ya, ibu akan mendaftarkanku. Akhirnya! Aku lepas dari kekangan, hahaha," jawabnya. Aku mendengarnya pun ikut senang. Ia kembali merebahkan tubuhnya di ranjang. "Aku tak tahu rasanya satu sekolah denganmu, yeay!" sorakku senang. Greyson hanya tersenyum melihat tingkahku. "Oh ya, kau yakin akan ikut camping?" tanyaku kepada Greyson. "Ya, aku malah tak sabar. Aku akan sembuh hari ini juga," jawabnya. Aku hanya mengangguk-angguk. Tak lama, mata Greyson terpejam. Sepertinya ia mengantuk. Akhirnya ia tertidur.

Tiba-tiba saja ringtone ponselku menyala, aku bergegas pindah kamar berniat tidak mengganggu Greyson yang sedang tertidur lelap. Rupanya Kendyl meneleponku.

--

W: "Hey Kendyl, ada apa?"
K: "Hey Wint. Aku lupa memberi tahumu sesuatu."
W: "What?"
K: "Wajahmu ada di koran hari ini!"
W: "Hah? Kau serius?!"
K: "Yes! Kau lihat saja! Oh ya, omong-omong, tolong beritahu Greyson dan James untuk membawa pakaian renang, kau juga, karena nanti kita akan berenang di danau. Kau tahu tempat camping umum Cloakdane? Ya aku sudah mereservasi tempatnya. Kita akan berenang di Queenlake, di lokasinya. Oh ya, campingnya tiga hari dua malam."

W: "But... You know, I can't swim! Apalagi di danau!"
K: "Ck. Danau yang satu ini dangkal, Wint. Okay got to go, bye!"
W: "Ugh, okay. Bye."

--

Aku bergegas mengobrak-abrik lemari pakaianku. Aku menyiapkan ranselku dan memasukkan baju-baju; 3 baju santai, 2 baju tidur, baju renang, dan 1 baju pergi. Setelah itu, aku merebahkan diri di ranjangku.

**

Sore itu, ibu baru pulang. Aku menyambutnya ke luar rumah dan ternyata ia membawa banyak sekali tas jinjingan di tambah plastik belanjaan. Ayah belum juga pulang. Aku yang sedaritadi berdiri itu membantunya membawa barang-barang dan segera masuk ke dalam rumah.

"Bagaimana, bu?" tanyaku. "Syukurlah, kau sudah diterima dan Greyson juga, aku menunjukkan nilai-nilai resmi Greyson yang sudah di cetak ulang oleh Mrs. Ricardo kepada sekolah, akhirnya mereka setuju. Ibu membawakan seragam kalian," jelasnya. Ia pun masuk ke kamar Greyson sambil membawa jinjingan berisi baju-baju, sementara aku menaruh belanjaan dulu.

**

Greyson berdiri di depan cermin mengenakan seragam barunya. Seragam putih berlengan pendek dengan dasi hijau zamrud dan celana hitam. Entah mengapa, aku merasa aneh melihatnya memakai seragam sekolah yang ke pertama kalinya.

"How do I look?" tanyanya. "You look handsome! I love it!" jawab ibu. Aku yang malas mencoba seragamnya segera pergi ke kamar sambil membawa jinjingan itu.

--

Tak terasa, sore berganti senja, setelah mandi, kami berkumpul di ruang makan untuk makan malam. Ayah sudah pulang, jadi kami makan bersama.

"Winter, kudengar kau mendapatkan nilai sempurna ya?" tanya ayah di sela-sela makannya. Tumben sekali ia mau berbicara kepadaku, tapi aku tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini.

"Iya ayah...," jawabku dengan sedikit gugup.
"Congratulations Winter," ujarnya, memekarkan senyumnya walaupun sangaaat sebentar. Dan itu merupakan hari terbaikku di mana ayah mau tersenyum kepadaku walaupun hanya sedikit yang ia tunjukkan.

Aku menundukkan kepalaku sambil tersipu malu dan senang. Ibu dan Greyson ikut tersenyum memerhatikanku.

"Thank you, ayah," jawabku yang kembali menyembunyikan kesenangan itu. Tak lama, kami pun selesai menghabiskan makanan, hari juga menjelang malam. Aku membantu ibu membenahi piring dan mencucinya, lalu beranjak ke kamar.

"Kak!" seruku kepada Greyson sebelum ia memasuki kamarnya. Ia membalikkan badan.
"Ayah tersenyum kepadaku, kak!" bisikku sambil tersenyum. "I know!" jawabnya senang, lalu memelukku.

"Oh ya, jangan lupa telepon James, campingnya diadakan 3 hari 2 malam, dan bawa pakaian renang. Bawa juga celana renangmu," ujarku.

"Baiklah Winter, lebih baik kau tidur sekarang. Goodnight," jawabnya sambil mencubit kecil pipiku, lalu menutup pintunya kamarnya. Aku segera masuk ke kamarku dan segera tidur.

Dear, Brother.. [Greyson Chance Story]Where stories live. Discover now