Chapter 15

95 8 0
                                    

Aku membuka mataku. Hari sudah pagi. Namun, Brianna masih sedang tertidur pulas. Ia terlihat sangat tenang. Sedangkan Kendyl dan Kahlia sudah tidak ada di tenda entah ke mana. Aku berniat untuk duduk sejenak sembari mengumpulkan nyawa. Kulihat jam tanganku, sekarang pukul 8.

Ssrrtt

Retsleting tendaku dibuka oleh seseorang. Terlihat wajah pucat Greyson. Aku khawatir ia kenapa-napa, namun bukan hal tepat untuk menanyakan keadannya. Aku pun memalingkan wajahku ke sisi lain sembari menarik selimutku kembali.

"Hey, kau kenapa, sih?"

Tiba-tiba, tangan Greyson menggenggam erat tanganku. Pertanyaan bodoh. Semestinya aku yang bertanya seperti itu padanya. Aku pun bersikeras untuk menutup mulutku rapat-rapat dan tidak memedulikannya. Namun dengan spontan aku kembali menatap Greyson.

"Jangan ganggu Brianna, oke? Ia sedang tidur," bisiknya sambil menaruh helai rambutku ke belakang telinga. Belum sempat tangannya meraih belakang telingaku, tangannya kutangkis jauh.

"Terserah," jawabku. Aku pun melempar kasar selimutku dan bergegas ke luar tenda. Sebelumnya, dengan sengaja aku injak kakinya. Hal itu membuatnya sedikit tersungkur ke dalam tenda. Setelah menapakkan kakiku di atas rumput, aku menutup kembali retsleting tenda rapat-rapat, meninggalkan Greyson dan Brianna berdua di dalam.

"Hey Winter! Rupanya kau sudah bangun, girl," sapa Kendyl ramah, menyodorkanku sarapan pagi berupa bubur hangat.

"Yea, thanks Ken," jawabku sambil memiringkan senyumku. Aku menoleh ke belakang dan mendapati Greyson sedang keluar dari tendaku. Ia berjalan ke arahku dengan tergesa-gesa.

"Apa yang baru kau lakukan tadi Winter?!" bentak Greyson. Aku menghindarinya dan menarik Kendyl ke belakang sebuah pohon yang menghadap ke danau. Aku segera melahap bubur hangatku.

"Winter, sepertinya ada yang aneh di antara kau dan Greyson. Aku benar-benar tak mengerti," ujar Kendyl sambil menyendok buburnya.

"Aku saja yang mengalami sama sekali tak mengerti, apalagi kau," jawabku, meluruskan pandangan entah ke mana. "Kendyl, kurasa Greyson menyukai... Bri."

Sontak, kedua bola mata Kendyl membesar.

"No way, Winter! Apakah benar begitu? Ah entahlah Winter. Biar kuceritakan, Brianna adalah primadona Brooklyn. Ironisnya, ia bukan senior yang suka mendominasi adik kelas, kejam, dan dramatis. Ia orang termanis di Brooklyn. Ya, kurasa tak aneh lagi Wint. Menurutku Greyson cocok dengan Bri. Menurutku," jelasnya. Aku menghadapnya dan mengernyitkan dahiku. Kendyl memukul bahuku dengan main-main.

"Ayolah Winter, aku ingat sekali kau pernah bilang bahwa Greyson sangat pendiam, bahkan tidak pernah mempunyai teman. Ini adalah hal yang luar biasa, secara ia ibarat katak dalam tempurung. Aku sangat senang ia akhirnya menyukai seseorang, apalagi yang ia sukai adalah kakak sepupuku sendiri. Ini baru pertama kalinya ia jatuh cinta, kan?" lanjutnya. Entahlah Kendyl. Ada perasaan lain lagi di lubuk hatiku yang terdalam. Tak pernah ia memprioritaskan gadis lain selain adiknya sendiri. Tak pernah ia melampaui perhatiannya kepadaku kepada gadis lain. Aku cemburu.

"Ya," jawabku singkat. Aku pun segera menghabiskan bubur hangat tersebut.

***

"Tiga, dua, satu!" rakit kayu yang telah kami buat pun kudayung dengan cepat. Kali ini, aku setim dengan Hunter dan Kendyl. Greyson dengan James, sedangkan Brianna dengan adiknya, Kahlia.

Kami pun berlomba-lomba menyentuh ujung danau dengan pakaian renang kami masing-masing. Dengan rakit kayu ini tentunya. Air mulai bergemercik ke sana kemari ulah tangan kami.

"Hunter, cepaaat!" seruku menyemangatinya. Kendyl dan aku tak henti-hentinya tertawa, sembari kedua tangan kami mendayung rakit itu. Aku menoleh ke arah kiri, ternyata rakit Greyson dan Kahlia sudah jauh menyusul kami.

Dear, Brother.. [Greyson Chance Story]Where stories live. Discover now