42. It Rained

536 75 4
                                    

Saat kembali ke Jakarta, sesuai rencana sebelumnya, mereka dijemput oleh Markus.

Cecilia yang sebelum berangkat ke Korea sangat excited dengan rencana ini, berubah menjadi acuh tak acuh dengan Markus.

Cecilia dan Markus sudah beberapa kali bertemu untuk hal-hal terkait dengan Julian dan Bianca, namun kebetulan belum pernah bertukar nomor whatsapp.

Sepanjang perjalanan, hanya Julian dan Bianca yang bicara tentang jadwal syuting film Fiksi yang akan segera dimulai, yaitu tinggal seminggu lagi.

"Kamu beneran ya, bakal nemenin Aurora terus selama syuting? Itu 6 bulan, lho Bey."

"Iya, aku emang niat mau jadi road manager. Biar ke depannya kalo agencyku lebih besar, aku tahu harus gimana."

"Apa nggak capek, nanti? Lama banget itu."

"Nggak apa-apa. Aku nggak tahu ke depannya bakal hire manager baru atau nggak. Tapi untuk film ini aku mau dampingin Aurora. Btw, dia fans berat kamu, dan katanya mau deketin kamu di lokasi syuting."

Wajah Julian langsung masam dan malas.

"Bilang aja deh ke dia kalo kita udah nikah. Please?"

"Belum saatnya, Yan. Aurora itu kalo ngambek parah soalnya. Dia sangat talented, tapi moody. Takutnya kalo dia tahu kamu suami aku, dia jadi nggak mau acting di film ini."

"....... Terserah deh. Ya siap-siap aja kamu lihat suami kamu dirayu cewek lain."

"Yang penting kan kamunya setia. Kelar Fiksi tayang kita go public."

"Bener, ya?"

"Iya, bener."

"Can't wait satu dunia tahu kalo aku suami kamu."

Setelah Julian dan Bianca selesai bicara, Markus bertanya, "Tumben Cecilia diem aja. Kenapa? Nggak enak badan?"

Cecilia dan Markus duduk bersebelahan di depan, sementara Julian dan Bianca di belakang.

"Iya, lagi nggak enak badan," Cecilia menjawab asal.

"Waduh, get well soon, ya."

Julian dan Bianca hanya berpandangan melihat Cecilia yang jadi acuh tak acuh pada Markus.

Mereka hanya bisa diam. Mungkin yang paling bagus untuk Cecilia saat ini adalah dibiarkan sendiri dulu.

**********************************

Keesokan harinya, Bunda mewhatsapp Bianca:

Bunda: we have a problem.
Bianca: ada apa Bun?
Bunda: oma mau jodohin kamu sama pengusaha asal Solo.
Bianca: waduh 😭 alihin perhatian Oma lah Bun.
Bunda: nggak bisa. Bunda udah coba. Lebih baik kamu atur waktu buat mudik ke Solo. Ajak Julian dan cerita kalo udah nikah.
Bianca: wah, bisa-bisa Oma ngamuk berat.
Bunda: Bunda dulu udah bilang ya, undang Oma ke nikahan kamu. Kamu yang nggak mau.
Bianca: ya kan waktu itu aku pikir nggak akan lama sama Julian.
Bunda: it's gonna be hard. She will be furious. Ya dihadapi aja. Nggak mungkin juga kan selamanya nggak bilang sama Oma kalo kamu udah nikah. Atur waktu ke Solo. Nanti ayah sama Bunda ikut buat bantu ngomong.

Ini adalah sesuatu yang pasti terjadi. Harusnya Bianca tak perlu kaget. Dia sendiri sudah tahu harus menghadapi kemurkaan sang Oma. Dia menelungkupkan kepalanya di meja kantornya. Tak ingin membayangkan seperti apa Omanya akan mengamuk. Omanya adalah tipikal wanita Solo keturunan Tionghoa yang sangat perfeksionis dan cerewet. 

Namun, biasanya sasaran kemarahan sang Oma tak pernah Bianca, sang cucu. Kenapa? Karena Bianca juga perfeksionis. Apa yang perlu diomeli, dari seorang cucu yang selalu ranking satu paralel di sekolah sejak kelas satu SD?

The Idol's Secret WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang