RAYRIS

BAB 43

Jalan lurus pasti kita temui dan jalan berliku pasti akan kita lewati. Jalani semuanya dengan penuh keyakinan dan rasa percaya diri.

Yakinlah bersama Allah kita bisa menjalani semuanya dengan sebaik-baiknya.

Kita harus bersyukur saat jalan di lalui lurus. Kita pula haruslah bersabar saat jalan yang di lalui berliku. Kita haruslah bertawakal saat jalan yang dilalui sulit untuk di tempuhi.

Saat ini, aku sedang bertawakal sepenuhnya pada Allah SWT tentang kebenaran yang akan di sampaikan Rayyan.

Aku yakin tiada yang tidak mungkin, saat Allah yang menjadi bentengku bertahan dalam rumah tangga kami.

Malam itu, aku menunggu Rayyan di ruang tamu. Sendirian.

Yang lain sudah ke bilik masing-masing.

Aku agak gelisah kerana mesej whatsApp Rayyan siang tadi mengatakan dia agak lewat pulang malam ini.

Tiba-tiba bel berbunyi dan salam kedengaran.

Dan kedengaran salam selepas itu.

Aku bergegas ke pintu utama.

Setelah aku membuka pintu, kali ini aku hulur tangan terus pada Rayyan kerana ingin menyalamnya. Tapi dia abaikan.

Aku terkejut. Kenapa Rayyan bertindak begitu? Dia marah kah?

"Abang..," panggilku ketika Rayyan sudah masuk ke rumah. Tapi tiada sahutan, aku hela nafas. Baru aku hendak tutup pintu, satu suara kedengaran.

"Sayang, tunggu... Abang belum masuk lagi," aku tersentak mendengar suara itu.

Ada Rayyan lagi?

Maksudku ada dua Rayyan?

"Hmm, your wife house was not too bad," kata Rayyan yang sudah masuk di dalam. Itu perlian kan? Maksudku Rayyan yang di dalam itu siap sudah duduk lagi di sofa single.

"Sayang... Mari abang jelaskan dekat dalam," sementara Rayyan yang di belakang sudah mengenggam tanganku dan aku di bawa masuk ke dalam rumah.

Aku pun ikut saja.

"Sayang... Itu Rayden," kata Rayyan yang mengenggam tanganku, tangannya yang satu menunjuk Rayyan yang masuk lebih dahulu tadi. Eh maksudku Rayden.

Jadi inikah realitinya? Suamiku, Rayyan. Benar-benar mempunyai kembar?

"Kejap, ini betul-betul ke?" Aku menyoal sambil memandang kedua mereka bersilih ganti.

"Ha'ah, hallo kakak ipar!" Rayden akhirnya bersuara. Dia memandang aku dengan pandangan yang aku sukar artikan.

"Err, hai.. Salam perkenalan. Saya Erisha Hazreen but everyone use to call me, Risha." Kataku.

"Nice to meet, Risha. I heard you have an misunderstand with my twin. Ah before I forgot to tell you, Rayyan is my older brother. He's just one minute born first," kata Rayden. Aku jadi pusing, kenapa banyak sangat orang kembar yang berkait rapat dengan aku ni? Pertama kembaran tunang abang Thaqif sekarang suami aku pula punya kembaran, lepasni siapa? Jangan cakap Anis sudah!

Aku terangguk-angguk mengerti.

"Aku kesini nak bagitahu yang dalam gambar tu, bukan abang kembar aku. Tapi ianya aku," lanjut Rayden, kemudian dia duduk bersila di atas sofa.

"Tunggu sebentar, saya panggilkan ahli keluarga saya yang lain," pamitku. Rayyan mengangguk saja tanda setuju.

Sempat aku dengar Rayden berkata, "Aku tak rasa diorang akan suka dengan apa yang akan aku jelaskan."

Di situ aku tak faham, apa maksud Rayden?

***

Kesemua ahli keluargaku, akhirnya berkumpul di ruang tamu.