Chapter 7 : Waktu

15.7K 1.3K 19
                                    

PDF tersedia, minat DM harga 70rb.

.

.

.

Disclaimer : Naruto belongs to Masashi Kishimoto

Pairing : SasuFemNaru

Rated : M

Genre : Fantasy, tragedy, hurt/comfort

Warning : Gender switch, OOC, OC, typo (s)

Note : Dilarang copy paste sebagian ataupun keseluruhan isi fict ini maupun fict milik saya lainnya!

Selamat membaca!

Golden Cage

Chapter 7. Waktu

By : Fuyutsuki Hikari

.

.

.

Sudah satu minggu ini Naruto berbaring di atas tempat tidur. Dia sudah mulai gelisah dan tak betah hingga memutuskan untuk turun dari pembaringannya. Luka-lukanya masih belum sembuh seratus persen, tapi siapa yang akan betah jika terus berbaring di atas tempat tidur begitu lama?

Naruto membuka jendela kamarnya, namun cepat-cepat ditutupnya kembali saat angin dingin masuk dan menerpa kulit pipinya yang masih pucat. Ia kemudian mendudukkan diri di atas kursi merah yang keras, namun lukanya kembali terasa sakit hingga dia meloncat berdiri dan meringis menahan sakit.

"Lukamu masih terasa sakit?" suara Tsunade membuat Naruto menoleh ke arah pintu. "Aku membawa salep untuk luka-lukamu," ujar Tsunade lagi yang kini sudah masuk ke dalam kamar dan menutup pintu geser dibelakangnya pelan. "Buka bajumu, aku akan membantu mengoleskan salep ini pada tubuhmu."

Naruto mengangguk kecil, dan menyeret kakinya untuk kembali ke pembaringannya. Gadis kecil itu membuka pakaiannya tanpa rasa malu. Kenapa juga dia harus malu, Tsunade sudah dia anggap sebagai neneknya sendiri. Apa Tsunade akan marah jika tahu dia menanggapnya seperti seorang nenek? Naruto menoleh lewat bahunya pada Tsunade yang dengan cekatan mengoleskan salep itu pada luka-luka di tubuhnya.

"Kenapa kau melihatku seperti itu?" tanya Tsunade tanpa mengalihkan pandangannya. Dia kembali mengoleskan salep pada bagian pantat Naruto. "Apa masih begitu sakit?" tanyanya dengan ekspresi cemas saat Naruto meringis.

"Aku masih sulit untuk duduk," jawab Naruto pelan.

"Kau harus melapisi kursi dengan bantal jika mau duduk!" seru Tsunade. "Ah, selesai." Katanya lagi setelah selesai mengoleskan salep pada luka-luka Naruto.

Naruto kembali memakai pakaian katunnya yang sederhana dan mengikat obinya dengan simpul yang cukup rumit. Hal itu tentu saja tidak luput dari pengamatan Tsunade yang tajam. Namun wanita paruh baya itu memutuskan untuk tidak membahasnya lebih jauh. "Jadi, kau masih belum mau memberitahu namamu?" tanya wanita paruh baya itu pada Naruto yang kini menggigit bibir bawahnya, bingung. Di satu sisi dia sudah bisa mempercayai Tsunade tapi disisi lain dia telah berjanji pada ibunya untuk tidak memberitahukan nama aslinya pada orang lain.

Otaknya berputar cepat, hingga sebuah ide pun muncul. "Naruko," ujarnya pelan. "Namaku Naruko," ulangnya kini terdengar lebih keras.

Tsunade mengangguk dan merapalkan nama itu dalam gumamam. "Naruko? Hm... baiklah. Akhirnya aku bisa memanggil namamu."

Naruto hanya tersenyum kecut mendengarnya, dalam hati dia meminta maaf karena sudah membohongi wanita paruh baya itu.

"Ngomong-nhomong, jika kau merasa bosan, kau bisa ke perpustakaan untuk membaca buku," usul Tsunade. Naruto bergerak dan mengubah posisi duduknya hingga berhadapan dengan Tsunade. "Tapi, masalahnya apa kau bisa membaca?" tanya Tsunade dengan nada senormal mungkin, menyembunyikan motif dari pertanyaannya. Naruto mengangguk pelan. Benar dugaan Tsunade, gadis kecil di hadapannya ini bukan anggota keluarga Uzumaki biasa, dia pasti salah satu anggota utama keluarga ternama itu. Karena tidak semua wanita bisa membaca, hanya seorang putri, bangsawan, putri dari para pejabat pemerintahan serta beberapa pelacur yang mampu membaca. "Ambilah beberapa buku yang kau sukai dari sana. Setelah aku tidak sibuk, aku akan mengajarimu bermain musik dan catur. Tayuya juga akan mengajarimu menari nanti."

TAMAT - Golden Cage (18+)Where stories live. Discover now