53

4.1K 523 17
                                    

Sepeninggalan Jungkook, Taehyung dan Hoshi berjalan memasuki Balai Pengurusan Akta.

"Kalian ada perlu apa di sini?" Tanya seorang penjaga pintu seraya menatap dingin ke arah keduanya.

"Kami ingin bertemu dengan petugas Jiyong. Bisakah kamu melaporkan kedatangan kami?" Tanya Hoshi terlihat sangat sopan. Petugas itu mengerutkan alisnya dan kembali bertanya.

"Siapa namamu?"

"Aku Hoshi, Kepala Desa Texxia." Jawab Hoshi.

Petugas pintu itu tidak menjawab, dia hanya mendengus dingin dan berbalik pergi. Ada kilatan dingin yang melintas di mata Taehyung ketika melihat kepergian penjaga pintu.

Penjaga pintu itu sangat tidak sopan, siapa yang tidak bisa melihat raut wajah jijik yang ditunjukkannya saat menatap mereka?

Petugas pintu itu berjalan menuju salah satu ruangan. Ruangan yang dipenuhi dengan aroma dupa dan terlihat seorang lelaki paruh baya bertubuh sedikit gemuk sedang tenggelam di balik berkas-berkasnya. Petugas itu berhenti di depan pintu dan membungkuk dengan hormat ke orang di dalam.

"Tuan Jiyong, seseorang ingin bertemu denganmu."

Jiyong mendongak dan menatap petugas pintu didepannya.

"Siapa?"

"Itu seseorang bernama Hoshi yang mengaku sebagai Kepala Desa Texxia." Jawab petugas pintu.

Wajah Jiyong seketika berbinar cerah, dia lalu bertanya dengan penuh semangat.

"Apa dia bersama seseorang?"

Petugas pintu itu menganggukan kepalanya ketika mengingat sosok seorang lelaki dengan tubuh tinggi dan aura yang mendominasi.

"Ya. Dia bersama seorang lelaki muda."

"Bagus, bagus! Bawa mereka kemari!" Perintah Jiyong.

Setelah kembali memberi hormat, petugas pintu itu segera berlalu dan kembali bersama dua orang di belakangnya.

"Tuan Jiyong, Kepala Desa Texxia sudah ada di sini." Kata petugas pintu itu lagi.

"Baiklah, kamu bisa kembali. Minta seseorang untuk mengirim teh." Kata Jiyong.

Dia lalu menoleh untuk melihat ke arah Hoshi dan Taehyung. Dia tertegun sejenak. Siapa lelaki muda di belakang Hoshi? Mengapa auranya terlihat mulia?

"Tuan Jiyong."

Hoshi segera menangkupkan tangannya untuk memberi hormat kepadanya. Taehyung juga mengikutinya dengan enggan. Dia benar-benar melakukanya dengan setengah hati.

Jiyong kembali tersadar. Dia segera melambaikan tangannya ke arah dua orang yang masih berdiri di depan pintu.

"Masuklah."

Dua orang itu masuk dan duduk di meja yang disediakan untuk tamu. Jiyong mendatangi keduanya dengan beberapa lembar kertas ditangannya.

"Apakah dia orang yang hendak membeli tanah desa?" Tanya Jiyong.

"Ya, namanya Taehyung." Jawab Hoshi.

Jiyong mengerutkan keningnya, dia merasa pernah mendengar nama itu sebelumnya. Setelah beberapa saat mencoba mengingatnya namun tidak bisa, Jiyong tidak peduli. Dia lebih peduli dengan tumpukan koin perak yang akan didapatnya setelah ini.

"Kamu sudah mendengar semua penjelasan Tuan Hoshi, bukan?" Tanya Jiyong.

Taehyung mengangguk. Hal itu membuat senyuman Jiyong semakin melebar. Senyumannya bahkan hampir sampai ke ujung telinganya. Namun kata-kata Taehyung selanjutnya membuat senyumannya membeku seketika.

"Kami datang ke sini untuk mengambil akta tanah desa." Kata Taehyung datar. Wajah Jiyong seketika menggelap.

"Mengambil? Apa maksudmu dengan mengambil?"

"Tentu saja, sesuai perintah Raja, tanah itu akan menjadi hak milik desa setelah sepuluh tahun. Ini sudah sepuluh tahun, seharusnya Balai Pengurusan Akta mengembalikan akta tanahnya bukan?" Tanya Taehyung.

Taehyung dan Hoshi sudah membicarakan hal ini sebelumnya dan mereka sepakat untuk mengambil hak atas tanah itu sebagaimana mestinya.

Awalnya Hoshi merasa sedikit takut. Bagaimana pun mereka hanyalah warga desa biasa dan sangat miskin, bagaimana mereka para warga desa akan berani melawan pejabat? Meskipun mereka hanyalah penguasa kota, mereka tetap bisa menggunakan trik licik untuk melenyapkan nyawa kecil mereka. Namun, ketika Hoshi mengingat Taehyung yang dekat dengan Seojoon, hal ini memberinya sebuah harapan.

"Lancang!"

Wajah Jiyong merah padam ketika mendengar perkataan Taehyung. Dia merasa marah karena orang dari desa kecil seperti mereka berani berdebat dengannya.

"Siapa yang memberimu keberanian seperti ini?"

Taehyung masih terlihat tenang dan sama sekali tidak takut. Dia mengangkat alisnya dan bertanya.

"Bukankah seharusnya seperti itu?"

"Ini adalah keputusan Hakim Kota! Katakan kepadaku, apakah kamu mau melawan keputusan Hakim Kota?" Desis Jiyong.

Taehyung mengangkat kedua alisnya mencibir.
"Apakah kamu ingin mengatakan kalau dia lebih berkuasa dibandingkan Raja?"

Wajah Jiyong berubah pucat seketika. Dia tidak menyangka pihak lain akan mengatakan kata-kata yang bisa membuat kepalanya melayang dalam sekejap.

"Apa yang kamu katakan? Aku tidak mengatakan hal seperti itu! Jangan berbicara sembarangan!" Bentak Jiyong marah.

"Bukankah kata-katamu memang seperti itu? Isi Dekrit Raja sangat jelas, tapi kenapa kamu mau menentangnya?" Sindir Taehyung.

Jiyong menyipitkan matanya. Dia melihat Hoshi sudah bergerak dengan gelisah di atas kursinya, tapi Taehyung masih duduk dengan tenang. Dia curiga, kenapa pihak lain masih bisa begitu tenang dan berani?

Jiyong mengingat insiden yang menggemparkan pengadilan Kota terakhir kali, apakah Raja mulai mencurigai para pejabat di Kota Amabi dan mengirimkan mata-mata untuk mengawasi mereka? Apalagi ketika dia melihat sosok Taehyung yang terlihat tenang dan mendominasi.

Meskipun dia menggunakan pakaian yang tidak semahal para bangsawan, tapi sosoknya masih terlihat sangat berwibawa. Kalau benar seperti itu, dia tidak akan bisa menghadapinya.

Dia mulai merasa gelisah di dalam hatinya. Seorang penjaga masuk ketika mendengar keributan dari dalam ruangan. Dia bergegas datang ke sisi Jiyong.

"Tuan Jiyong, apakah ada masalah?" Tanya penjaga itu. Dia melirik ke arah dua orang yang duduk di seberang Jiyong.

Jiyong melambaikan tangannya agar penjaga mendekat ke arahnya. Dia membisikkan beberapa patah kata kepada penjaga itu. Penjaga itu terlihat terkejut, dia menoleh kearah dua orang di hadapannya. Namun tanpa berkata apa-apa lagi, dia segera bergegas keluar dari ruangan.

Sudut bibir Taehyung sedikit terangkat, namun itu hilang dalam sekejap. Yang tidak diketahui Jiyong adalah, dia mendengar semua perkataan Jiyong kepada penjaga itu. Bagaimana bisa seseorang yang mengolah energi internal sepertinya tidak bisa mendengar apa yang dibisikkan Jiyong?

Berbeda dengan Taehyung yang masih bisa duduk dengan tenang, Hoshi sudah hampir melompat dan bersujud di depan Jiyong agar dia mengampuni mereka berdua. Bulir-bulir keringat sebesar biji jagung mulai memenuhi dahinya. Namun ketika dia melirik ke arah Taehyung yang masih bisa duduk dengan tenang, entah kenapa dia merasa sedikit lega.

Setelah itu, Hoshi mulai mencoba menenangkan dirinya kembali. Dia meyakinkan kembali dirinya agar tidak membuat rencana Taehyung menjadi berantakan.

To be continued.

Dinasti Versailles •Taekook• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang