"Wah, sangat bagus, sangat bagus!"
Jackson yang biasanya terlihat dingin, tertawa senang ketika melihat berbagai macam makanan di atas meja. Dia segera mengambil sumpit dan mangkuknya, berusaha memasukkan semua hidangan yang ada di atas meja ke dalam mangkuknya. Dia mulai memakannya tanpa memperdulikan orang-orang di sekitarnya.
"Kakak, aku boleh ikut makan kan?" Tanya Daniel.
Entah sudah berapa kali dia menelan ludah dari semenjak Jungkook memasak tadi. Jackson meliriknya sejenak namun tidak menjawab. Dia menunjuk lima orang dan berkata.
"Kalian, ambilah makanan kalian dan bawa untuk berpatroli."
Lima orang yang ditunjuk olehnya maju dengan wajah senang. Mereka mengambil mangkuk dan sumpit masing-masing. Saat mereka berpikir untuk mengambil sebanyak-banyaknya, suara tajam Jackson terdengar.
"Jangan berpikir untuk mengambil banyak!"
Mereka hanya bisa lesu ketika mendengarnya. Pada akhirnya mereka mengambil secukupnya, takut kepala mereka melayang kalau sampai tidak mematuhi Jackson.
Setelah lima orang itu mengambil makanan, mereka berjalan ke luar halaman Aula Leluhur dan duduk di posisi mereka masing-masing sambil asyik menikmati makanan. Sedangkan bandit lainnya, duduk mengelilingi meja besar dan mulai makan.
Penduduk Desa Texxia melihat ke arah para bandit dengan mata penuh kebencian, ada juga yang memandang mereka dengan tatapan takut. Semua bandit makan dengan sangat rakus, seakan-akan mereka belum pernah makan sebelumnya. Cara makan mereka berisik dan sangat jorok sehingga membuat beberapa penduduk desa memandang mereka dengan jijik.
Setelah semua makanan di atas meja habis, mereka bersendawa dengan puas. Jackson berdiri dari kursinya dan menatap penduduk desa yang masih berdiri.
"Kenapa kalian hanya diam saja? Cepatlah saling berpamitan dengan anggota keluarga kalian. Aku akan menghabisi kalian sebentar lagi."
Perkataan Jackson membuat penduduk desa bergidik dan gemetar. Kepanikan jelas terlihat di wajah mereka. Wajah Jungkook bahkan terlihat sedikit cemas.
"Ah, akhirnya aku bisa melihat sedikit kepanikan di wajah tenang mu itu." Kata Jackson seraya terkekeh.
"Tenang saja, aku tidak akan membunuhmu. Kamu bisa menjadi penghangat tempat tidurku."
"Cih!" Jungkook meludah ke atas tanah.
"Lebih baik kamu bunuh aku saja!"
"Ha!Ha! Ha!" Jackson tertawa terbahak-bahak ketika mendengarnya.
"Benar juga kata Daniel, temperamen mu sangat menarik!"
Jungkook tidak menjawab dan hanya menatapnya dengan dingin. Dia sedang menghitung waktu di dalam hatinya.
Setelah beberapa saat....
"Ah!"
Satu persatu bandit berteriak kesakitan seraya memegang perut mereka. Bahkan beberapa sampai berguling-guling di atas tanah.
"Brengsek! Apa yang kamu masukkan ke dalam makanan-makanan itu?!"
Jackson meraung seraya menunjuk Jungkook dengan tangan yang gemetar. Perutnya terasa hampir meledak. Jungkook menyunggingkan senyum sinis di bibirnya lalu berkata dengan santai.
"Menurutmu apa? Tentu saja racun."
"Apa! Akan ku bunuh kau!"
"Kalau kamu ingin mati, kamu bisa membunuhku dan seluruh penduduk desa." Celetuk Jungkook.
Jackson menggertakkan giginya dengan penuh amarah. Dia menyesal karena telah menyepelekan Jungkook.
"Racun apa yang kamu berikan?" Desis Jackson.
"Racun pembusuk usus. Pertama-tama perutmu akan sakit, lalu kamu tidak akan bisa berhenti pergi untuk buang air besar. Lalu kamu akan mati perlahan karena ususmu membusuk." Jawab Jungkook. Dia memasang raut wajah serius dan ngeri di wajahnya.
"Berikan aku penawarnya sekarang juga!"
"Itu tidak akan bisa dihilangkan sepenuhnya. Setelah kamu meminum penawarnya, kamu akan bisa bertahan selama satu bulan. Tapi setelah itu, kamu membutuhkan penawarnya lagi. Intinya, kamu akan membutuhkan penawar itu seumur hidupmu. Kalau kamu membunuhku dan penduduk desa, tentu saja kamu tidak akan mendapatkan penawarnya." Jawab Jungkook.
Jackson berusaha menahan amarah di dalam nada suaranya.
"Berikan aku penawarnya sekarang juga! Aku akan mengampuni hidupmu."
Kalau Jackson tidak minum penawarnya, bagaimana dia bisa menikmati bayaran yang dijanjikan oleh tuannya?
Jungkook menggeleng pelan. Dia menatap Jackson dengan tatapan tegas.
"Kalau kamu ingin aku memberikan penawarnya, aku mempunyai sebuah syarat. Lepaskan kami semua maka aku bersedia memberikan penawarnya setiap bulan."
Saat ini ada dua jenis tatapan yang menatap Jungkook. Tatapan penuh kebencian dari para bandit, dan tatapan penuh kekaguman dari penduduk desa.
••••
Taehyung menghentikan kudanya sedikit jauh dari Desa Texxia. Dia takut suara derap kaki kuda akan membuat para bandit menyadari kedatangannya. Dia melompat turun dan meninggalkan Si Hitam di dekat sebuah pohon besar.
"Kamu tunggulah di sini, jangan kemana-mana." Bisik Taehyung pelan kepada Si Hitam.
Si Hitam mendengus dan mengetuk-ngetuk kaki depannya ke tanah beberapa kali, seakan-akan dia mengerti perintah Taehyung. Dia lalu berdiri di tempatnya dan tidak bergerak sedikitpun.
Beomgyu yang berada tidak jauh dari Taehyung, melakukan hal yang sama. Namun, dia mengikat kuda putih yang ditungganginya di sebuah pohon yang tidak jauh dari Si Hitam.
"Si Hitam, jaga kuda putih ini untukku. Dia begitu cantik dan dia adalah kuda betina. Kalau kamu berhasil menjaganya dengan baik, aku akan memasangkannya denganmu di masa depan." Pesan Beomgyu.
Si Hitam melihat kuda putih di depannya dengan mata berbinar. Dia bergerak mendekati dan mengelilinginya sambil sesekali menunjukan kegagahannya. Kuda putih itu hanya meliriknya sekilas lalu mulai memakan rumput di sekitarnya dengan acuh tak acuh.
Si Hitam tampak tidak percaya dengan reaksi kuda betina di depannya. Dia sangat tampan dan gagah, kenapa kuda cantik ini mengabaikannya?
Beomgyu menggeleng pelan ketika melihat kelakuan dua ekor kuda di depannya.
"Si Hitam, aku mengerti perasaanmu."
Setelah beberapa saat, dia menoleh dan melihat Taehyung yang sudah berjalan menjauh. Barulah Beomgyu teringat kembali dengan tujuan utamanya. Dia segera berlari mengejar Taehyung.
"Jangan berisik." Bisik Taehyung seraya melirik Beomgyu.
Taehyung sudah melatih seni bela diri Beomgyu dengan cukup keras selama beberapa bulan belakangan. Perkembangannya sudah bisa dibilang baik. Namun untuk menghindari kesalahan, Taehyung memutuskan akan menyerang para bandit itu secara diam-diam dan melumpuhkan mereka satu persatu.
Taehyung melompat ke atas dengan kemampuannya. Hanya dalam satu kali lompatan ringan, dia sudah sampai di pohon tertinggi. Beomgyu yang melihatnya, hanya bisa berdecak kagum dari bawah. Dia berharap bisa sehebat Taehyung suatu saat nanti.
Taehyung memicingkan matanya dan melihat ke sekitar desa. Matanya terhenti ketika melihat banyak orang yang terkumpul di halaman Aula Leluhur.
Dia tertegun sejenak. Kenapa para bandit berguling-guling di tanah?
Namun di antara banyaknya orang, matanya langsung bisa melihat sosok orang yang dikhawatirkannya. Orang itu berdiri tegak dan tenang. Seperti sebuah pohon pinus yang tidak terganggu dengan sekitarnya.
Untuk sesaat, Taehyung bisa menghela napas lega. Namun, niat membunuh di matanya sama sekali tidak hilang.
To be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinasti Versailles •Taekook•
Fanfiction⚠️BXB, MISGENDERING, MPREG⚠️ Kisah tentang Jungkook yang berteleportasi ke zaman Dinasti Versailles. Bagaimana kisahnya? Baca saja. Taekook : Top Tae // Bott Kook Kim Taehyung Jeon Jungkook