Fortune Cookie 02

10.4K 772 17
                                    

Shinji Nakagawa mengemasi barang-barangnya yang akan ia bawa ke Hokkaido ke dalam koper.

Sebenarnya ia ingin sekali orangtuanya ikut juga pergi ke Hokkaido. Tapi sepertinya itu sangat tidak mungkin. Tuan dan Nyonya Nakagawa harus menetap di Kyoto untuk pekerjaan.

Shinji juga tidak berani memaksa mereka, karena baru sebulan yang lalu mereka bertiga berwisata ke Osaka. Lagipula Shinji juga bukan anak kecil lagi. Sudah saatnya Shinji belajar untuk tidak merepotkan orangtuanya.

"Bu, aku berangkat nanti jam sepuluh," kata Shinji saat ia menemui ibunya yang sedang duduk di depan televisi.

"Oh, iya sayang. Kakek sudah Ibu kabari kemarin kalau hari ini kamu akan berangkat ke Hokkaido."

Shinji duduk di samping ibunya dan langsung memeluknya.

"Ayah sudah tahu kan kalau aku akan liburan ke Hokkaido?" tanya Shinji.

"Sudah sayang. Kamu tidak usah khawatir."

Shinji agak kecewa. Ia tidak bisa berpamitan kepada ayahnya secara langsung. Tapi untung ibunya sedang berada di rumah. Paling tidak ibunya bisa mengabari ayahnya.

***

Shinji menekan bel pintu sebuah rumah yang bisa dibilang sederhana. Ya, itu adalah rumah kakek Shinji, Kenichi Nakagawa. Tapi Shinji hanya menyebutnya dengan kakek saja, tanpa menyebut namanya. Shinji memang lebih suka memanggilnya seperti itu.

Shinji sudah tiba di Sapporo, Hokkaido sekitar 30 menit yang lalu. Dan sekarang ia sudah berada di depan rumah kakeknya. Tepatnya diluar pagar. Menunggu seseorang dari dalam keluar dan menyambutnya.

Shinji menekan tombol bel pintu sekali lagi.

Kenapa tidak ada jawaban? Fiuh!

Shinji membalikkan tubuh memandang ke jalan yang berada di depannya. Capek sekali rasaya.

Shinji berjongkok didepan pagar. Ia menghembuskan napas panjang.

Tak lama, Shinji melihat seorang laki-laki jangkung bertopi dan berkacamata hitam lewat di depannya. Ketika laki-laki itu berhenti didepan Shinji, laki-laki itu menurunkan kacamatanya sejenak lalu melanjutkan langkahnya.

"Dasar aneh!" gerutu Shinji kesal.

"Shinji! Kamu sudah datang!" teriakkan kakeknya membuat Shinji terlonjak kaget.

"Kakek! Ya ampun! Bikin kaget Shinji!" gerutu Shinji.

"Memangnya kenapa kamu jongkok disini?" tanya kakek Shinji.

"Aku menunggu kakek lah. Dari tadi aku tekan bel pintu tidak ada yang keluar," jawab Shinji dengan raut wajah masam. Kakeknya hanya tertawa mendengar jawaban dari cucu laki-lakinya itu.

"Sudah lama sekali kamu tidak berkunjung ke sini. Ayo! Masuk! Pasti kamu lelah setelah menempuh perjalanan dari Kyoto ke sini." ajak kakek Shinji. Shinji hanya mengangguk menurut. Ia menarik kopernya masuk kerumah kakeknya.

Memang dari luar rumah kakeknya terlihat sederhana. Tapi begitu berada didalam, suasananya sungguh berbeda. Segalanya terlihat mewah dan modern. Semua peralatannya, perabotnya, dekorasi interiornya. Bahkan menurut Shinji, desainnya lebih menarik daripada rumahnya di Kyoto. Padahal kata kakeknya rumah ini sudah berdiri sejak ayah dan ibu Shinji lahir. Pastilah rumah ini sudah di lakukan reparasi dan renovasi di sana-sini.

Di sini kakek Shinji tidak tinggal sendiri. Ia tinggal bersama adik laki-lakinya, Hajime Nakagawa. Tapi beliau jarang berada dirumah, jadi Shinji tidak terlalu akrab. Selain itu juga ada sepasang suami-stri yang menjadi pembantu disini sejak lama. Bibi Akane dan Paman Isato. Kata kakek Shinji, mereka berdua sudah mengabdi pada kakek Shinji sejak 10 tahun yang lalu.

"Ini kamarmu, Shinji. Dulunya ini kamar ayahmu, kau tahu?" kata kakek Shinji.

"Terimakasih, Kek. Aku lelah sekali. Bau keringat juga. Shinji ingin mandi dulu, Kek."

"Ya sudah begitu. Istirahatlah dulu. Kalau lapar, ada makanan di dapur sepertinya. Ini belum waktunya makan malam, jadi belum ada apapun diruang makan. Kalau begitu kakek tinggal dulu. Kakek mau pergi dulu."

"Iya, Kek!"

Begitu kakeknya keluar, Shinji segera membongkar isi koper dan ranselnya. Menata isinya, pakaian dan barang-barang yang lainnya di dalam lemari.

Selesai itu, Shinji segera mandi. Kamar mandi teletak tidak jauh dari kamar Shinji.

Shinji merasa seperti mendapatkan kembali seluruh tenaganya setelah selesai mandi.

Begitu ia berganti pakaian dengan kaos putih tipis lengan panjang dan celana pendek warna hitam, Shinji ingat ia belum memeriksa handphone-nya dari tadi.

Shinji segera mencari handphone di tas ranselnya. Setelah ia memeriksa, ternyata ada 3 panggilan tak terjawab.

Kasumi.

Hampir satu jam yang lalu. Pasti sekarang Kasumi tengah berada di perjalanannya ke Indonesia. Entah naik kereta atau sudah naik pesawat. Shinji belum pernah satu kalipun ke Indonesia. Ia hanya pernah membaca-baca dari berbagai tulisan mengenai Bali. Sebuah pulau di Indonesia yang menjadi salah satu tempat wisata paling populer.

Shinji menelpon nomor Kasumi. Tetapi yang terdengar suara seorang wanita yang berkata kalau nomor yang sedang dituju tidak aktif.

Shinji menekan tombol merah lalu menaruh handphone-nya di meja.

Lapar sekali.

Shinji bergegas menuju dapur untuk memeriksa apakah ada sesuatu yang bisa dimakan.

Begitu sampai di dapur, ia agak kaget melihat tata letak perabotan dapur yang tidak berubah sama sekali sejak beberapa tahu yang lalu ketika pertama kali ia kesini.

Tetapi ia hanya menemukan beberapa potong sandwich telur di dalam kulkas.

Ia sangat lapar dan ia ingin makan nasi, tetapi di sisi lain, Bibi Akane, pembantu kakek Shinji belum masak apapun. Memang belum waktunya untuk makan malam.

Shinji juga masih merasa tidak enak jika menyuruh Bibi Akane untuk memasak.

Akhirnya Shinji lebih memilih untuk menghabiskan sandwich itu. Enak juga walaupun rasanya dingin.

Begitu kenyang, Shinji kembali ke kamarnya.

Ia berbaring di atas tempat tidurnya.

Tiba-tiba saja ia teringat Guru Kazuya. Dimana ia sekarang? Bagaimana ia sekarang? Kemana ia menghabiskan liburan musim panasnya?

Apakah masih di Kyoto?

Andah saja ia punya nomor handphone Guru Kazuya. Pasti sekarang ia bisa mengetahui keadaan Guru Kazuya.

Eh! Tunggu dulu!

Ya ampun! Shinji! Kamu ini aneh-neh saja. Jangan sampai rasa sukamu kepada Guru Kazuya menjadi berlebihan, gerutu Shinji dalam hati.

Tak lama, bayang-bayang Guru Kazuya tiba-tiba berganti sosok menjadi seorang laki-laki remaja bertopi dan berkaca mata hitam. Laki-laki yang memandangnya aneh tadi. Sepertinya laki-laki itu berusia hampir sama dengan Shinji. Semoga saja ia tidak pernah lagi bertemu laki-laki itu.

Hufh! Ia merasa bosan sekali berada di rumah. Ia ingin jalan-jalan ke pantai. Rumah kakek Shinji memang dekat pantai. Tapi ia lelah sekali.

"Baiklah," katanya seperti menyerah dengan perdebatan yang dilakukan seorang diri. Shinji memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya dulu. Jadi ia bisa lebih segar nanti ketika jalan-jalan.

[Bersambung...]

FORTUNE COOKIE (boyxboy)Where stories live. Discover now