Fortune Cookie 17

5.5K 450 0
                                    

Sesampainya dirumah Kasumi, Shinji langsung menceritakan segalanya. Mulai ketika mereka pertama bertemu dipantai sebelah barat Hokkaido, membuat Fortune Cookie bersama di apartemen Ryota, hingga Ryota yang meminta Shinji untuk datang ketika Ryota sakit.



"Ryota pasti cemburu," ucap Kasumi akhirnya.



"Bagaimana bisa? Tidak mungkin Ryota bisa menyukaiku." Shinji mencoba untuk realistis.



"Aku tidak main-main, Shinji. Pasti dia suka padamu. Sekarang tinggal bagaimana perasaanmu pada Ryota." kata Kasumi. Shinji terdiam. Ia sendiri tidak tahu. Atau mungkin Shinji tahu tapi ia malu untuk mengakuinya.



"Bagaimana, Shinji? Apa kamu juga suka pada Ryota?" tanya Kasumi.



"Aku tidak tahu." jawab Shinji.



"Untuk apa kamu menangis kalau kamu tidak menyukai Ryota? Lebih baik kamu tanya langsung pada Ryota jika kamu memang suka pada Ryota." saran Kasumi lalu memegang kedua tangan Shinji.



"Tapi kalau kamu memang tidak suka, mungkin lebih baik tidak usah. Aku khawatir jika nanti ternyata Ryota itu tidak menyukaimu," kata Kasumi. Shinji mengangguk dan merangkul Kasumi.



***



Shinji menunggu Ryota di dalam kelas sambil berbincang ringan dengan Kasumi.



Di liriknya bangku Ryota yang masih kosong. Jam kelas menunjukkan pukul 07.58 pagi. Biasanya Ryota jarang terlambat. Apa dia tidak masuk hari ini? Sepertinya begitu.



"Selamat pagi," sapa Guru Misaki sambil berjalan masuk kedalam kelas. Guru yang mengajar pelajaran biologi ini memang selalu datang tepat waktu.



Sepertinya Ryota hari ini memang tidak masuk. Mungkin ia bisa bertemu Ryota besok.



***



Besoknya, Ryota ternyata juga tidak masuk tanpa alasan yang jelas. Pikiran Shinji mulai berimajinasi lagi. Bagaimana kalau Ryota kena rampok? Atau kecelakaan? Atau pingsan di jalan lalu tidak ada yang menolong?



Ketika bel pulang, Shinji memutuskan untuk pergi mengunjungi apartemen Ryota bersama Kasumi.



Ketika tiba di depan pintu apartemen Ryota, Shinji menekan bel pintu.



"Ting! Tong!"



Tapi tidak ada jawaban.



Shinji menekannya sekali lagi.



Sama saja. Nihil.



Shinji kali ini menekan bel berkali-kali dengan emosi.



"Sudahlah, Shinji. Mungkin Ryota memang tidak ada." Kasumi berusaha menenangkan Shinji. Ketika Kasumi melihat seorang pria paruh baya yang lewat dibelakang mereka, Kasumi segera bertanya pada orang tersebut.



"Permisi, Tuan. Apa Anda tahu kemana perginya orang yang menghuni apartemen ini?" tanya Kasumi sesopan mungkin.



"Oh, maaf. Aku tidak tahu. Sepertinya aku tidak melihatnya sejak kemarin. Untuk apa kamu mencari orang aneh itu?" tanya pria paruh baya itu dengan berani. Shinji sempat tersulut emosi sedikit ketika orang itu menamai Ryota dengan sebutan 'aneh'.



"Apa maksud Anda menyebutnya aneh?" tanya Shinji.



"Ya aneh. Setiap hati ketika keluar selalu memakai topi dan kacamata hitam seperti seorang yang sedang menjadi incaran polisi." jawab pria itu. Mendengar jawaban itu, Shinji dan Kasumi langsung memakluminya.



"Oh. Ya sudah kalau begitu. Terimakasih." Kasumi membungkuk tanda hormat. Tapi pria itu malah menyelonong pergi.



***



2 hari Ryota tidak masuk sekolah. Apakah hari ini Ryota tidak masuk lagi?



Shinji bertopang dagu di pinggir lapangan basket. Jam pelajaran pertama hari ini diisi pelajaran olahraga di lapangan basket. Di liriknya jam tangan sekali lagi.



Pukul 08.00 tepat.



Terlihat Guru Michiko yang berjalan masuk ke dalam lapangan. Guru Michiko adalah satu-satunya guru olahraga wanita di SMA Haruna.



Shinji dan teman-teman langsung berbaris dengan rapi.



"Selamat pagi!" sapa Guru Michiko.



"Selamat pagi, Bu!" balas murid-murid sambil membungkukkan badannya.



Belum sempat Guru Michiko berkata lagi, terdengar suara langkah kaki cepat dari luar gedung lapangan basket.



Kemudian muncullah Ryota dari pintu gedung basket, berlari ke arah kerumunan.



Shinji terbelalak sambil tersenyum. Shinji menoleh ke arah kasumi yang berada di barisan paling belakang. Begitu tiba di hadapan Guru Michiko, Ryota langsung membungkuk dalam.



"Maaf, Guru. Saya terlambat."



"Kenapa terlambat?" tanya Guru Michiko.



"Maaf, Guru. Saya baru saja dari ruang administrasi." jawab Ryota.



"Ya sudah. Kamu ambil 5 bola basket di gudang." Guru Michiko menyerahkan kunci gudang.



"Shinji, kamu bisa bantu Ryota mengambil bola."



***



Ryota dan Shinji berjalan ke gudang dalam diam.



Shinji merasa gugup. Entah sejak kapan ia merasa seperti ini jika di dekat Ryota.



"Bagaimana kabarmu?" Ryota akhirnya mengawali pembicaraan.



"Aku baik. Bagaimana denganmu? Kenapa kamu dua hari tidak masuk sekolah?"



"Aku baik juga. Dua hari ini aku pergi ke Tokyo." jawab Ryota.



"Kenapa handphone kamu tidak aktif?" tanya Shinji lagi.



"Bukankah sudah ku katakan waktu itu kalau handphone-ku rusak?" tutur Ryota.



Mereka pun tiba didepan pintu gudang. Ryota membuka kunci pintu.



Ketika pintu dibuka, terlihat ruangan cukup besar. Mungkin lebih mirip aula kecil.



Mereka pun masuk kedalam dan mencari-cari bola basket diantara rak-rak dan lemari tinggi yang letaknya tidak beraturan.



"Kenapa kamu tidak memberitahuku kalau kamu ke Tokyo?" tanya Shinji akhirnya.



"Untuk apa memberitahumu? Seperti orang pacaran saja," jawab Ryota.



Shinji tidak tahu lagi harus berkata apa.



"Itu dia!" Ryota menunjuk banyak bola basket di atas lemari di sudut gudang.



Ryota mendorong sebuah kursi dan mendekatkannya ke lemari.



"Tolong pegangi kursinya." suruh Ryota. Shinji hanya menurut. Ryota berjinjit meraih bola basket di atas lemari tinggi.



"Aku senang bisa bertemu kamu lagi," ucap Shinji yang membuat Ryota hilang keseimbangan.



Bugh!



"Auch!" teriak Shinji ketika tubuhnya tertimpa tubuh Ryota.



Tubuh mereka berhadapan. Ryota menatap Shinji dengan tajam.



"Tubuhmu berat." ucap Shinji. Tapi Ryota tak kunjung menyingkir & masih tetap menatap Shinji.



Tiba-tiba Ryota mengecup bibir Shinji dengan penuh nafsu.



Deg!


Shinji terkejut ketika Ryota menciumnya.



Awalnya Shinji sempat bingung. Tapi akhirnya ia membalas ciuman dari Ryota dan mencoba mengimbanginya.



Kedua tangan Ryota mulai menyusup kedalam kaos olahraga Shinji. Begitupun sebaliknya. Shinji bisa merasakan lekuk tubuh Ryota.



(Bersambung...)

FORTUNE COOKIE (boyxboy)Where stories live. Discover now