Fortune Cookie 16

4.7K 415 2
                                    

Ryota menggenggam bunga mawar di tangannya dengan kuat hingga buku-buku jarinya memutih.



"Oh, Ryota! Kau sudah selesai? Itu kamu kok bawa bunga?" tanya Shinji salah tingkah. Gamal bingung dengan apa yang sedang terjadi.



Ryota menunduk memandang bunga ditangannya sambil tersenyum pahit.



"Ini tadi ku temukan di dalam kamar mandi. Tapi tidak ada gunanya juga aku bawa." jawab Ryota sambil melempar bunga itu dengan kasar ke tempat sampah yang ada di dekatnya.



"Aku pulang dulu." kata Ryota dingin lalu berbalik dan berjalan pergi.



"Ryota! Tunggu!" panggil Shinji hendak melangkah menyusul Ryota. Tapi Gamal menahan tangannya.



"Kamu mau kemana Shinji?" tanya Gamal langsung mencium bibir Shinji lagi.



Dengan segera, Shinji mendorong dada Gamal yang basah oleh keringat dan melepas ciuman mereka.



"Maaf, Gamal. Aku sepertinya tidak bisa menerimamu." tutur Shinji pada akhirnya.



"Kenapa tidak bisa? Bukankah kamu juga mencintaiku? Aku sudah berusaha melakukan segala hal agar kamu bisa mencintaiku. Apa ciuman ini belum cukup?" Gamal bertanya balik.



"Tidak, Gamal. Aku hanya bisa menganggapmu sebagai adikku saja. Tidak lebih. Tolong mengertilah." jawab Shinji mulai berlinang airmata. Gamal tidak tega melihat Shinji menangis. Ia mendekap tubuh Shinji.



"Baiklah. Aku terima. Walaupun kamu menolakku, aku bisa terima. Jangan nangis ya." ujar Gamal.



"Berjanjilah untuk tidak mengubah sikapmu padaku. Berjanjilah untuk tetap jadi dirimu sendiri. Berjanjilah untuk tidak menjauhiku!" Shinji menangis sambil menyembunyikan kepalanya di dada Gamal.



"Aku janji."



***



Suasana kamar sungguh berantakan. Banyak barang-barang yang berserakan di lantai. Buku, bantal, selimut, spray, dan lainnya.



Ryota terbaring lemas di atas tempat tidur polos. Ia melampiaskan kekesalan, kekecewaan dan rasa cemburunya pada kamarnya.



Melihat Shinji dan Gamal yang saling berciuman tadi siang sungguh membuat akal sehatnya lenyap.



Sebenarnya tidak apa-apa jika Shinji mencium seorang perempuan. Tapi Shinji mencium Gamal, dan seharusnya Ryota-lah yang berada di posisi Gamal saat itu. Seharusnya Ryota yang mencium Shinji.



Rasanya ingin sekali menangis. Tapi airmatanya tidak bisa keluar. Ryota tidak menangis. Hanya bola matanya saja yang memerah.



Terlambat sudah. Seharusnya ia mengatakan perasaannya lebih awal. Dan sekarang ia harus menanggung kesalahannya sendiri. Ketololannya.



Ryota sadar ia tidak bisa lagi memiliki Shinji. Ia tidak bisa hidup seperti ini. Ia harus menjauhi Shinji. Ia harus merelakan Shinji.



Walaupun mungkin ia tidak bisa melupakan Shinji dan menghapus perasaannya.



***



Shinji berdiri di depan pintu gerbang sekolah. Sambil sesekali menelpon nomor yang sama. Kenapa tidak aktif? Kenapa nomor Ryota tidak aktif. Sejak kemarin sore, Shinji terus berusaha menghubungi Ryota, tapi nomornya tak kunjung di aktifkan.



Shinji melirik jam tangan. Pukul 07.52 pagi. 8 menit lagi kelas dimulai.



Apa mungkin Ryota tidak masuk hari ini?



Tak lama, terlihat Ryota datang dengan motornya, dan langsung menyelonong melewati Shinji menuju tempat parkir.



"Tunggu!" teriak Shinji sambil berlari menyusul Ryota.



Setibanya di tempat parkir, Shinji tidak melihat Ryota disana. Dimana Ryota? Huh! Shinji merasa jengkel.



Tapi ia sudah tidak punya waktu banyak. Terpaksa, Shinji kembali ke kelasnya di lantai dua.



Begitu tiba disana, ternyata Guru Takeshi sudah tiba disana, dan ia melihat Ryota yang sudah duduk manis dibangkunya sendiri.



***



Bel istirahat berbunyi. Semua guru mengakhiri pelajaran mereka dan kembali ke ruang guru. Begitu pula para murid yang segera keluar dari kelas dan lebih memilih untuk menikmati jam istirahat mereka di luar ruang kelas.



Shinji langsung menghampiri Ryota di bangkunya.



"Kenapa handphone kamu tidak aktif?" tanya Shinji.



"Handphone-ku rusak. Memang kenapa?"



"Aku menelponmu berkali-kali sejak kemarin. Aku pikir kamu kecelakaan, atau kena jambret, atau.. atau..," Shinji tidak melanjutkan.



"Aku baik-baik saja. Kamu bisa lihat sendiri kan? Ya sudah aku pergi dulu." Ryota beranjak meninggalkan Shinji yang bingung dengan sikap Ryota.



***



Kasumi dan Shinji sedang berbelanja bersama di supermarket sekarang. Sebenarnya Shinji hanya menemani saja. Kasumi perlu berbelanja beberapa kebutuhan pribadinya.



"Kasumi." panggil Shinji.



"Ya?" jawab Kasumi tanpa memandang Shinji sambil mendorong troli belanjanya.



"Apa pendapatmu jika ada seseorang yang melihatmu berduaan dengan orang lain, lalu orang itu tiba-tiba mulai bersikap aneh dan menjauhimu?" tanya Shinji dengan hati-hati.



Kasumi berhenti lalu memutar tubuhnya menghadap Shinji.



"Bisa saja orang itu sedang ada masalah, atau sedang datang bulan." jawab Kasumi santai. Shinji memberengut. Mana mungkin Ryota datang bulan? Ah!



"Apa tidak ada kemungkinan lain?" tanya Shinji. Kasumi menimbang-nimbang.



"Kemungkinan besar sih orang itu menyukaiku dan merasa cemburu." jawab Kasumi.



"Benarkah?" tanya Shinji yang hatinya mulai campur aduk.



"Itu pendapatku. Eh, memangnya kenapa?" tanya Kasumi. Tapi Shinji tidak menjawab.



Ia menunduk menatap lantai yang semakin lama semakin kabur karena terhalang airmatanya.



"Shinji? Kamu kenapa?" tanya Kasumi mendekati Shinji.



Shinji langsung merangkul sahabatnya itu dan menangis.



"Ada apa, Shinji? Ada masalah? Kamu bisa cerita padaku." Kasumi menepuk-nepuk punggung Shinji.



"Kemarin Ryota melihat aku dan Gamal berciuman. Lalu hari ini sikapnya mulai dingin terhadapku." kata Shinji lirih.



"Kamu dan Gamal berciuman? Kamu belum mengatakan pada Gamal yang sebenarnya?" tanya Kasumi.



"Sudah. Setelah Ryota pergi meninggalkan kami, aku mengatakannya pada Gamal. Aku terlambat, Kasumi. Aku tolol." ucap Shinji.



"Jadi.... kamu memang cinta kepada Ryota?" tanya Kasumi. Tanpa menjawab, Shinji malah memeluk Kasumi lebih erat.



"Sudah. Tenanglah, Shinji. Kita cari jalan keluarnya bersama-sama." kata Kasumi sambil mengelus-elus punggung Shinji.



Tanpa sadar, Kasumi juga ikut menitikkan airmata. Ia tahu apa yang sedang Shinji rasakan sekarang. Dan hanya pada Kasumi saja Shinji bisa menceritakan hal ini.



"Cup! Cup! Sudahlah!" Kasumi menenangkan dengan suara serak karena tangisnya.



(Bersambung...)

FORTUNE COOKIE (boyxboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang