Chapter VI

481 32 0
                                    

Hallooooooooo

Enggak usah berbasa basi lagi ya ;)

Jangan lupa VOTE & COMMENT :)

HAPPY READING GUYS ❤️

< maaf kalau banyak typo >

----------------- * *

   Semua pakaian dan barang-barang penting sudah kukemas kedalam koper.

   Yap!
Akhirnya aku memutuskan untuk menerima tawaran Kevin.

Setelah bercerita panjang lebar kepada Kia dan juga kedua orang tuaku. Akhirnya aku bisa memantapkan keputusanku.

   Aku membawa koperku keluar kamar. Bi Anti sudah menunggu didepan pintu kamarku, bersama dengan Pak Joni.

Wajah Bi Anti tampak tidak rela melihatku pergi. Pak Joni segera membantuku membawa koper.

"Terima kasih Pak," ucapku tulus.

"Non hati-hati ya disana. Jangan lupa main kesini. Rumah sepi kalau enggak ada non," sahut Bi Anti.

Aku merasa seperti pindah rumah setelah menikah. Bi Anti membuat keadaan menjadi lebih seperti drama.

"Iya Bi. Lagian aku enggak jauh kok. Nanti juga pasti sering pulang. Tenang aja Bi," sahutku sambil merangkul Bi Anti.

"Kalau ada apa-apa, langsung telepon kerumah ya non," kini Pak Joni yang bersuara.

"Iya...iya Pak. Pasti saya telepon. Bapak sama Bibi juga kalau ada apa-apa langsung telepon saya ya," pesanku.

Tin...Tin...

Suara klakson mobil terdengar. Sepertinya Kevin sudah sampai. Aku segera berpamitan dengan Bi Anti dan juga Pak Joni.

Aku sengaja tidak mengizinkan mereka untuk mengantarku sampai didepan. Karena aku merasa canggung, jika mereka benar-benar mengantarku.

Seperti pindah rumah dengan suami!

Aku berjalan menuju sedan Vios hitam yang terparkir didepan gerbang rumah sambil membawa koperku.

Hampir saja aku menyapa cowok yang aku pikir Kevin. Tetapi, setelah diperhatikan lagi, dia bukan Kevin.

Siapa dia ?!

Sedang apa dia disini ?

Saat sedang memperhatikan cowok tersebut, ia menoleh kearahku secara tiba-tiba dan membuatku tersentak kaget.

"Lo Prita ?" suaranya yang berat dan sedikit serak memulai percakapan.

Aku mengangguk dengan tatapan bingung. "Mas siapa ya ?" tanyaku.

Dia menatapku tajam. Aku merasa serba salah. Cowok itu kelihatan begitu dewasa tetapi wajahnya tidak terlihat tua.

"Ikut gue," sahutnya lalu membuka bagasi belakang.

Seolah dihipnotis, aku memasukkan koperku kedalam bagasi tersebut lalu menutupnya.

"Duduk didepan aja," sahutnya singkat lalu masuk kekursi pengemudi.

Lagi-lagi seperti orang yang terhipnotis, aku menurutinya dan masuk kedalam mobil.

***

   Sepanjang perjalanan aku hanya diam. Aku memperhatikan cowok misterius ini. Dia mengenakan kemeja berwarna putih yang dilipat sampai siku. Ditangan kanannya melingkar jam tangan yang cukup mahal.

   Aku memperhatikan wajahnya dari samping. Rahangnya tegas, tatapan matanya tajam. Bulu matanya kelihatan tebal dan cukup lentik dari samping. Alis matanya juga tebal. Hidungnya mancung. Bibirnya...

Malaikat KecilWhere stories live. Discover now