Chapter XI

519 36 0
                                    

Banyak drama untuk beberapa chapter, harap dimaklumi ya..

Dan maaf telat update, hehe...

Jangan lupa VOTE & COMMENT ;)

Happy Reading ❤️

<maaf kalau ada typo>
--------------- * *

    Ting... Tong... Ting... Tong...
Kak Edward memencet bel dengan tidak sabar. Aku tidak tau kami kerumah siapa. Tapi, aura amarah Kak Edward masih jelas terasa.

Aku juga tidak berani bertanya. Bahkan aku tidak berani bersuara saat melihat Kak Edward sekarang. Dia terlihat sangat menyeramkan.

Pintu terbuka. Seorang cowok membukakan pintu. Tanpa ada kata, Kak Edward langsung memukulnya. Aku memandang kejadian barusan dengan mata melotot.

"Kak," pekikku tetapi aku hanya berdiri diam dengan tampang shock. Sebenarnya yang lebih malang adalah cowok yang dipukul oleh Kak Edward, tetapi aku lebih peduli dengan Kak Edward.

Cowok yang dipukul oleh Kak Edward mengumpat lalu memegang sudut bibirnya yang berdarah. Kak Edward dengan kasar menarik kerah baju cowok tersebut.

"Dimana Chika ?" tanyanya dengan suara yang menyeramkan. Cowok itu hanya diam.

"Gue tanya sama lo, dimana Chika ?!" bentak Kak Edward sambil mempererat tarikan dikerah baju cowok tersebut.

"Mana gue tau," jawabnya dengan wajah congkak. Lalu dia menoleh kearahku sekilas dan aku melihat dia tersenyum. Dia masih bisa tersenyum disaat seperti ini ?! Dasar cowok sinting!

Tapi... Kenapa mukanya seperti tidak asing ya ? Sepertinya aku pernah melihatnya. Tapi dimana ?

Saat aku mencoba mengingat. Seorang cewek keluar dari dalam rumah.

"Ada apa sih ?" tanyanya. Dan ternyata itu Lulu. Tampangnya sedikit kaget saat melihat Kak Edward mencengkram kerah baju cowok tersebut.

Aku juga kaget melihat Lulu. Jangan bilang dia yang menulis surat tadi ? Cih! Dasar cewek rendahan! Memalukan!

"Dimana Chika ?" tanya Kak Edward sambil menatap Lulu tajam tanpa melepas cengkramannya.

"Gu..gue mana tau dia dimana," jawab Lulu yang sekilas terlihat gugup.

"Jangan bohong!" kataku marah sambil menatap Lulu tajam. Aku muak dengan sandiwara cewek ini. Lulu membalasku dengan menatapku tajam.

"Udah gue bilang gue enggak tau!" jawabnya dengan nada tinggi.

"Kalau sampai gue tau lo yang nyulik Chika...," PRANG!!!

Terdengar suara pecahan dari dalam rumah. Aku tidak melanjutkan kata-kataku dan masuk kedalam rumah. Aku tidak menghiraukan jeritan Lulu yang tidak terima aku masuk sembarangan. Siapa peduli ?

"CHIKA!" jeritku histeris saat melihat Chika diikat dikursi dan mulutnya diplester. Tampak didepannya pecahan vas bunga yang sepertinya berusaha dia jatuhkan tadi.

Aku menarik kursinya menjauhi pecahan vas. Aku membuka ikatannya dan melepaskan plester dimulutnya dengan perlahan.

Chika langsung memelukku. Aku menggendongnya dan membawanya keluar. Kak Edward kembali memukul cowok tadi. Lulu tidak bisa berkata apa-apa. Dia hanya diam.

"Udah kak. Kita pulang aja. Kasihan Chika," sahutku sambil memegang lengannya. Dia menatapku lalu menatap Chika yang kugendong. Dia melepaskan cowok tersebut lalu memegang tanganku dan kembali ke mobil.

"Ada yang sakit ?" tanyaku saat kami sudah dikamar Chika. Chika menggelengkan kepalanya.

"Enggak ada Kak. Chika cuma kelelahan," jawabnya. Aku membaringkannya lalu menyelimutinya.

Malaikat KecilOnde histórias criam vida. Descubra agora