Chapter IX

574 35 3
                                    

Hai

Langsung aja yaa...

Jangan lupa VOTE & COMMENT ;)

Happy Reading Guys ❤️

<maaf kalau ada typo>
---------------- * *

"Dimana Chika ?" tanyaku dan Kak Edward bersamaan kepada Kevin yang sudah berada dirumah sakit.

Begitu mendengar penyakit Chika kambuh dan dibawa kerumah sakit, aku dan Kak Edward bergegas kerumah sakit. Aku sempat mengirim sms kepada Kia untuk mengabarinya.

"Lagi diperiksa dokter," jawab Kevin sambil menoleh keruangan yang bertuliskan kamar anggrek nomor 8009.

"Kenapa bisa begini ?" tanyaku kepada Kevin.

"Kata gurunya, Chika tiba-tiba lemas. Mereka menyuruh Chika istirahat, tapi baru saja mau dibawa ke UKS, Chika langsung pingsan," jelas Kevin.

Tiba-tiba pintu kamar rawat Chika terbuka. Seseorang yang berperawakan tua dan berwiba menggunakan jubah putih keluar bersama dua orang suster.

"Gimana keadaan Chika Dok ?" tanyaku cemas. Aku sangat cemas. Aku ingin tau bagaimana keadaan gadis kecil itu.

"Keadaan jantungnya memburuk saat ini. Saya sarankan kita mengadakan tindakan lanjut untuk hal ini," jelasnya yang tidak kupahami.

"Edward, ayo ikut keruangan Om," sahut Dokter tersebut lalu pergi bersama Kak Edward.

"Om ?" tanyaku tidak paham sambil menoleh kearah Kevin meminta penjelasan.

"Dia dokter yang menangani Chika. Dia teman Papa," jelas Kevin. Aku mengangguk mengerti.

"Gue masuk dulu ya Kev," izinku yang dijawab dengan anggukan kepala Kevin.

Aku membuka pintu kamar rawat itu secara perlahan. Aku menarik nafas pelan sebelum masuk kedalam untuk menenangkan diriku.

Disana Chika, gadis kecil yang biasanya ceria dan menggemaskan, terlihat sangat lemah. Ditanganya kananya ada infus, dihidungnya ada selang untuk oksigen. Didadanya ditempeli sesuatu yang langsung terhubung ke monitor disebelah kirinya.

Mataku perih menahan air mata. Tidak! Aku tidak boleh menangis! Aku tidak boleh terlihat lemah didepannya. Dia butuh seseorang yang menguatkannya.

"Hai kakak," sapa Chika. Meski suaranya lemah, masih ada nada ceria yang terselip.

"Hai," sahutku dengan nada bergetar.

"Kakak kenapa ?" tanyanya bingung mendengar suaraku dan mimik wajahku.

"Kakak enggak apa-apa," jawabku sambil berusaha tersenyum. "Gimana keadaan kamu ?" tanyaku sambil mengelus kepalanya.

"Aku baik-baik aja kok Kak. Aku hanya lemas dan agak sakit dibagian dada," jawabnya sambil tersenyum kecil.

Aku mengelus kepalanya.

   "Kamu...sakit ya ?" tanyaku yang segera kurutuki.

Bodoh! Pertanyaan seperti apa itu ? Pertanyaan bodoh sepanjang hidup! Jelas saja dia sakit, Prita!

   "Tau kok Kak. Chika punya kelainan jantung," jawabnya. "Dan kayaknya akan diopelasi sama Om Bram," lanjutnya. Aku menatapnya dalam.

   "Kamu mau dioperasi ?" tanyaku.

   "Mau. Apapun bakal Chika lakukan asal Chika bisa sembuh. Telus bisa main sama Kakak, Kak Edwald sama Kak Kevin lagi," jawabnya.

Ya Tuhan! Kuat sekali gadis kecil yang ada didepanku ini. Sedangkan aku, baru demam saja manjanya tidak ketulungan.

Malaikat KecilOnde histórias criam vida. Descubra agora