Chapter II

672 34 0
                                    

HAIIII....

Terima kasih kepada kalian yang sudah membaca, hehehe...

Jangan bosan buat baca ya, meskipun ceritanya biasa aja.

JANGAN LUPA VOTE & COMMENT YA :)

Happy Reading ❤️

< maaf kalau ada typo >

--------------- * *

    Aku memarkirkan sepeda digarasi rumahku.

   "Sudah pulang non ?" tanya Bi Anti.

Bibi Anti adalah bibi yang telah mengurusku dari kecil. Aku tinggal bersama Bi Anti dan Pak Joni, suaminya. Ibu dan Ayah ku sudah pindah ke Singapura sejak 1 tahun lalu.

Aku memilih untuk tetap tinggal di Bali, karena aku masih berkuliah disini.

Ibu dan Ayah sering mengunjungiku. Jadi, aku tidak terlalu merasa kesepian.
Selain itu ada Bi Anti dan Pak Joni yang sudah aku anggap seperti saudara sendiri.

   "Iya bi. Makan siang udah selesai belum ? Laper bi...hehehe," sahutku sambil mengusap perutku.

   "Sudah non, sudah. Mau bibi siapkan ?" tanyanya.

   "Enggak usah bi. Biar aku aja yang ambil. Bibi lanjutin aja nanam itu," sahutku.

Bi Anti sedang menanam bunga mawar dihalaman. Bi Anti memang hobby merawat tanaman. Tidak heran jika halaman rumahku benar-benar asri.

   Selesai makan siang, aku langsung kekamar. Aku mengganti pakaian dengan pakaian rumah yang lebih nyaman. Kaos dan celana pendek menjadi pilihanku.

   Baru saja aku menghempaskan badanku diatas kasur yang empuk, handphoneku yang ada dimeja berbunyi. Aku mengambil dan melihat nama Cendikia, sahabatku.

   "Hallo," sapaku.

   "Lo dirumah ?"

Aku memutar bola mataku. Selalu, selalu to the point, enggak pernah membalas sapaanku. Ciri khas Kia.

   "Ya, kenapa ?"

   "Gue otw rumah lo sekarang,"

    "Gue mau tidur ahh, besok besok aja," sahutku bercanda. Aku tau dia tidak akan mendengarkan apapun alasanku.

    "Ini gue udah didepan kompleks,"

    "Yaudah, gue dikamar,"

Lihatkan ? Dia memang keras kepala.

   "Oke, bye," sahutnya lalu mematikan sambungan telepon.

Aku menggelengkan kepalaku.
Dasar!
Selalu saja mengabariku saat dia sudah dekat rumah.

Pernah dia meneleponku untuk bertanya apa aku ada dirumah atau tidak, dan ternyata dia sudah didepan rumah.

    "HAIII," suara cemprengnya memenuhi kamarku begitu dia membuka pintu.

   "Berisik!" sahutku sambil menutup wajahku dengan bantal.

   "Nanti malam jalan yuk," ajaknya lalu langsung tiduran dikasurku.

   "Cuci kaki dulu sana! Ih!!" jeritku sambil mendorong tubuhnya menjauhi kasur.

   "Iya iya... Ih! Heboh deh," cibirnya sambil masuk kekamar mandi dan mencuci kakinya.

   "Yuk, malam jalan," ajaknya setelah keluar dari kamar mandi.

   "Mau kemana ?"

   "Kemana gitu, bosen,"

Malaikat KecilOù les histoires vivent. Découvrez maintenant