Chapter VII

459 32 3
                                    

HAIII!!!

Maaf ya update agak lama, soalnya kemarin sakit! Hiks :"

Memangnya ada yang peduli ?
Ada...
Nantinya ada kok, LOL!!

Jangan lupa VOTE & COMMENT ya guys :)

Happy Reading ❤️

--------------------- * *

"Kakak....Chika lapel," rengek Chika saat dia sedang menggambar diatas sofa diruang tv.

Aku melirik jam. Jam 11.30. Memang sudah waktunya makan siang. Bi Inah juga sudah selesai masak.

Bi Inah adalah pembantu dirumah Chika. Bibi bertubuh gempal itu memiliki tawa yang khas yang bisa membuat orang-orang ikut tertawa.

Melihat Bi Inah, aku jadi teringat dengan Bi Anti. Sudah seminggu lebih aku tinggal dirumah Chika. Dan aku belum ada pulang kerumah. Apa kabar ya Bi Anti ?

Selama seminggu disini, aku juga tidak pernah bertemu dengan orang tua Chika. Bi Inah pernah keceplosan berbicara bahwa orang tua Chika berada di Australia.

Saat ini aku, Chika dan Kak Edward sedang duduk diruang tv. Kevin keluar, seperti biasa.

"Kakak mau makan juga ?" tanyaku.

"Enggak," jawabnya singkat, padat, jelas. Dan Oh! Tanpa menoleh kearahku.

Menyebalkan!

"Sebentar ya sayang. Kakak ambil makanan kamu dulu," sahutku sambil mengelus kepala Chika lalu beranjak ke dapur.

Setelah mengambil makanan Chika, aku kembali keruang tv dengan piring berisi makanan ditangan sebelah kanan dan segelas air putih ditangan sebelah kiri.

"Ayo sayang, makan dulu," ajakku.

Chika langsung menghentikan aktivitasnya lalu duduk manis disebelahku. Aku mulai menyendokkan makanan kemulutnya.

"Kakak, mau plincess sofia," sahut Chika.

Awalnya aku pikir dia berbicara denganku. Ketika aku menoleh, ternyata dia sedang berbicara dengan Kak Edward.

"Iya, sebentar ya," sahut Kak Edward lembut lalu mengganti channel tv ke saluran disney.

Tunggu dulu!

Nadanya bisa lembut juga ?!

Aku melihat kearahnya. Dia tetap menatap layar tv dengan tatapan serius, seolah-olah sedang menonton acara berita.

Memangnya sebegitu enggannya dia tidak mau menoleh kearahku sedikit pun ?!

Entah mengapa aku merasa tersinggung. Tapi, sudahlah. Memangnya aku berani menegurnya ?

Lebih baik aku disuruh teriak ditengah lapangan kampus daripada harus berbicara dengannya.

Ting... Tong...
Suara bel berbunyi cukup nyaring. Chika menoleh kearahku dengan bingung.

"Sebentar ya, biar kakak bukain pintu," sahutku.

Kak Edward masih fokus menonton tv dan seolah-olah tidak mendengar adanya bel.

Saat aku membuka pintu, aku cukup kaget. Seorang cewek dengan pakaian yang agak minim berdiri dengan gaya sedikit congkak.

Melihatku membuka pintu, dia menatapku dari atas hingga kebawah. Membuatku gatal ingin melemparnya dengan sendal jepit.

Tidak sopan!

"Edward dirumah ?" tanyanya dengan nada lelah.

"Ada. Tapi, maaf, anda siapa ya ?" tanyaku masih berusaha ramah.

Malaikat KecilWhere stories live. Discover now