LGF (1) - Familiar

31.7K 1.7K 84
                                    

     "Wawancaranya kapan?"

     "Jam sebelas ini, Prof."

     "Oh ya, oke. Good luck, ya." Wanita tua itu menepuk kecil pundak pemuda di hadapannya yang tengah sibuk membereskan lembar kertas beserta beberapa buku tebal, kemudian memasukkannya ke dalam ransel. "Nanti saya kabari kapan pertemuan kita selanjutnya."

     "Baik, Prof. Terima kasih atas waktunya." Dia mengangguk seraya beranjak. "Saya permisi. Selamat siang."

     "Ya, silakan. Selamat siang."

     Pemuda itu lalu meninggalkan tempat pertemuan dan menguak cepat pintu kaca.

     Wuuus! Semilir angin siang menerpa wajahnya. Hawa dingin langsung berganti panas di luar ruangan. Dia melangkah terburu melewati koridor menuju lift turun. Setibanya di bawah, mobil sport keluaran produsen asal Eropa tampak sudah bergerak pelan mengintari area kampus hingga gerbang keluar.

     Digo Davanio Syarief, nama pemuda tersebut. Dari segala macam kesibukannya, dia merupakan salah satu dari mahasiswa yang tengah menjalani tugas akhir semester perkuliahan.

     "Hello, Sir. I'm just telling you that I’ve arrived at the meeting point." Digo mematikan mesin mobil setelah berhasil memarkirnya.

     "Digo, I'm so sorry, sorry, sorry for this situation."

     Digo keluar dari mobil dengan satu tangan menempelkan ponsel di sebelah telinga, tangan lain menutup kembali pintu kendaraannya. Namun mendengar nada keputusasaan dari seberang sana membuat langkahnya refleks memelan.

    "It seems that i'll be late in coming there because i have to handle something urgent. I hope you can accept my apology."

     Ditunda. Apa daya? Pada posisinya, Digolah di sini yang membutuhkan. Dia menghela napas kecil dan menganggukkan kepala, kemudian menunduk memerhatikan langkahnya menuju pintu kafe. "It's okay, Sir. I'm still waiting whenever you're ready."

     Digo menguak pintu kaca dan mengambil duduk di kursi kafe barisan kiri arah masuk, tetapi posisinya paling depan.

     Setelah memesan secangkir kopi dingin, dia membuka tablet untuk membaca beberapa berita daring yang menjadi treding topic nasional maupun mancanegara. Bermenit-menit cowok itu larut dalam penelusurannya.

     "Syshadia Cahaya Matahari?!"

     Entah karena cukup nyaring, atau ada sesuatu yang menarik bagi pendengarannya, Digo mengangkat kepala ke sumber suara.

     "Iya." Seorang remaja putri berseragam SMA tampak beranjak cepat dari duduknya menuju ke tempat panggilan.

     "Namanya bagus banget, Dek!" Pelayan laki-laki di pantri kafe tampak menyerahkan secangkir minuman dingin beserta tatapan kagumnya terhadap sang gadis.

     "Terima kasih, Mas."

     Digo mengembalikan perhatiannya ke layar tablet dan kembali tenggelam dengan topik-topik menarik di sana. Hanya itu yang dilakukannya untuk membuang waktu.

Little GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang