LGF (18) - Revealed

7.1K 835 106
                                    

      Klek. Adriana membuka daun pintu kamar dan langsung mendapati putra bungsunya sudah duduk di atas kursi putar meja kerja. Cowok berkaus abu-abu itu tengah memainkan gitar sambil bernyanyi,

     "They say that hate has been sent, so let loose the talk of love...."

     Sambil menghela napas panjang, Adriana kemudian melangkah menuju gorden kamar dan menyingkap cepat seluruhnya.

     "Before they outlaw the kiss ... baby give me one last hug...," Digo masih terpejam di tempat, bernyanyi diiringi petikan nyaring gitarnya.

     "There's a dream that I've been chasing want so badly for it to be reality.... And when you hold my hand then I understand ... that it's meant to be.... 'Cause baby when you're with me ... it's like an angel came by..., and took me to heaven...."

     Tanpa menghentikan musik paginya, Digo membuka sedikit mata, lalu diliriknya sekilas sang mama yang kini sudah berkecak pinggang di hadapannya sebelum melanjutkan,

     "Cause when I stare in your eyes ... it couldn't be better.... Oooh.... Let the music blast, we gon' do our dance, bring the doubters on, they don't matter at all. 'Cause this life's to long, and this love's to strong. So baby know for sure ... that I'll never let you go...."

     Digo memberikan salam penutup dengan membunyikan keras senar gitar untuk beberapa kali, lalu membekapnya seketika dengan telapak tangan sambil berdiri dan meletakkan alat musik tersebut di atas kursi.

     "Mama," Digo kemudian menyapa ibunya.

     Hening. Adriana masih di posisi sama, menatap selidik wajah sang putra.

     "Muach!" Digo maju dan memberikan satu kecupan di pipi wanita itu sebelum melanjutkan langkah menjauh.

     Ada helaan napas panjang dari arah belakang. "Udah jam delapan, lho." Adriana menurunkan kedua tangan dari pinggang, memerhatikan seluruh kertas dan buku yang berhamburan di atas meja hingga ke lantai. "Ada Sabrina, tuh, di bawah."

     Digo diam dan hanya melepaskan kaus dari badannya dan melempar ke tempat pakaian kotor.

     "Jadwal ujian kamu jam berapa?" tanya Adriana kemudian.

     "Jam sepuluh." Digo menuju kamar mandinya.

     "Good luck, ya! Nanti Mama sama Sabrina nyusul ke kampus kamu."

     Digo mendengkus seraya berbalik menatap Adriana. "Mama aja," pintanya.

     Adriana berdecak sembari mulai memungut beberapa buku serta kertas Digo yang berjatuhan. "Kenapa sih kalau ada Sabrina?"

     "Bikin nge-blank."

     Adriana refleks memutar badan. Diberikannya raut wajah lelah untuk sang putra di depan pintu kamar mandi. "Mulai lagi, kan...?"

     Digo akhirnya memasuki kamar mandi pribadinya tanpa bersuara, kendati pun dalam hatinya bersungut-sungut.

🌻

     Pekan ini benar-benar sibuk. Bukan hanya karena Digo tengah berkutat pada ujian skripsinya, tetapi Sisi juga disibukkan dengan persiapan perayaan puncak hari ulang tahun sekolah mereka. Jelas, hal itu membuat mereka tidak bertemu untuk beberapa hari.

     Bahkan sampai hari ini kegiatan Sisi sendiri cukup padat. Dia bersama-sama beberapa orang panitia acara membagi-bagikan pamflet beserta lembar pengumuman lain yang akan ditempelkan mading sekolah. Tidak hanya di lingkungan sekolah sebenarnya, tetapi beberapa instansi terkait juga diberikan undangan secara khusus.

Little GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang