LGF (4) - Carry Home

10.1K 1.2K 77
                                    

     Kualat.

     Satu kata inilah yang paling tepat bagi Sisi untuk memvonis dirinya sendiri. Masih terngiang-ngiang bagaimana Riani berpesan agar gadisnya itu pulang sebelum Magrib, tidak usah keluyuran. Akan tetapi Sisi mengabaikannya begitu sudah berada di dalam taksi. Dia refleks mengubah rencana lantaran melihat akun media sosial milik toko di seberang butik memamerkan koleksi terbaru mereka, dan gadis itu tergiur ingin memborong beberapa girl tools di sana.

     Belum juga tiba di toko setelah menyeberang dari butik, pembegalan yang dilakukan oleh dua orang laki-laki terjadi menimpa Sisi. Tas beserta seluruh barang berharganya raib! Dia panik, tidak bisa melakukan apa pun tanpa dompet serta ponselnya.

     Kemudian nasib baik datang dan menawarkan pertolongan. Sayangnya, si Nasib Baik ini sendiri hadir dengan kondisi tidak bagus, dia dalam pengaruh alkohol yang Sisi temukan lewat embusan napasnya ketika berbicara. Dengan demikian tidak ada pilihan selain mencari taksi konvensional, lantas membayar ongkos perjalanan di rumah, begitu keputusan Sisi sebelumnya. Akan tetapi baru saja beranjak pergi, gadis itu gagal. Si Penolong mencegah dan mengenalkan diri serta membuat pengakuan, dia bisa menolong dengan sebuah pertanggungjawaban.

     Berkat itu, di sinilah Sisi berakhir, di dalam sebuah mobil sport yang tidak kira-kira mewahnya. Diam-diam, gadis itu melirik pemiliknya yang mengemudi dengan mulut membisu.

     "Ehmm!"

      Sisi terjengit! Lantas buru-buru membuang pandangannya ke depan ketika cowok itu berdeham, seolah memberitahukan bahwa dirinya baru saja memergoki lirikan sang gadis.

     "Kenapa?"

     "Hah?" Kali ini Sisi benar-benar menatapi cowok bernama Digo tersebut. Ya, namanya Digo. Dia baru saja mengenalkan diri.

     "Kenapa kalo ngeliat muka gue kok lo kayak ngeliat penjahat? Mabok itu belum tentu orang jahat."

     Ya, memang, pikir Sisi. Bila pun seseorang yang jahat, dia tidak akan memberikan pertolongan, apalagi sampai mengantarkan pulang seperti ini. "Tapi..., orang baik itu nggak akan mabok."

     Hening.

     Cowok di sebelah Sisi terbungkam. Sepertinya kalimat tadi benar-benar menohok dirinya. Lantas hal tersebut membuat Sisi mengutuk kebodohannya sendiri. Dia menyadari bila terkadang lisannya tidak berhati-hati.

     "Gitu?"

     Aduh, aduuuh.... Sisi membuang pandangan seraya meringis, sangat merasa bersalah.

     "Iya, aslinya gue emang penjahat, kok. Dua begal itu tadi sebenernya sindikat-sindikat gue."

     Kontan, Sisi kembali menoleh kepada Digo dengan kedua mata melebar. "Jangan nakut-nakutin gitu, deh!"

     "Enggak nakutin. Gue jujur, nih." Digo balas menatapnya dengan wajah serius. "Gue ini sebenernya bisnis organ tubuh manusia. Jadi, dua preman tadi ngebegal cuma buat mengalihkan perhatian biar lo masuk perangkap gue. Itu salah satu dari modus operandi kami."

     "HAH? APAAN, SIH?!"

     "Ginjal lo? Hati lo? Paru-paru lo? Empedu lo? Semuanya sehat, kan?"

     "ENGGAK LUCU LO! SUMPAH!" rutuk Sisi.

     "Segini kira-kira gue dapet berapa M, ya?"

     "TURUNIN GUE, NGGAK?!" ancam gadis itu kemudian dengan histeris.

     Digo akhirnya menutup mulut dengan senyum simpul. Lantas, ditariknya kedua tangan dari kemudi dan menautkan keduanya di belakang kepala, dia memandang ke jalanan lurus di depan dengan tenang.

Little GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang