LGF (8) - The Earth and The Sky

11.4K 1.2K 130
                                    

     Hari Sabtu menjelang siang.

     Rok pendek A line, loose wool sweater, sling bag dan sepasang flatform adalah pilihan paling aman bagi Sisi sebab dia sendiri tidak tahu akan diajak pergi ke mana oleh lelaki yang semalam membuat insomnianya justru bertambah parah.

     Gadis mungil berkimono mandi merah jambu itu mengempaskan diri di permukaan ranjang sambil meraih loose wool sweater putih, lantas memakainya. Begitu selesai, dia mematutkan diri di depan cermin sambil memasang rok model A-Line berwarna coral pendek di atas lutut.

     Girly and cute.

     Sisi kemudian beralih ke laci meja rias dan mengeluarkan beberapa perawatan kulit wajah dan make up seperti toner, moisturizer, sun screen, BB cream, loose powder, blus powder, liptint beserta maskara. Dia tidak membutuhkan waktu lama untuk mengaplikasikan semua itu ke wajahnya. Seperlunya saja dan tidak berlebihan, sebab Sisi sendiri tidak menyukai riasan tebal yang kebanyakan dilakukan oleh kaum remaja zaman sekarang.

     Selesai mengeringkan serta mencatok rambutnya, gadis itu mengenakan sepasang flatform dan memungut sling bag-nya dari atas ranjang. Dia keluar kamar dan langsung menemukan keberadaan sang adik yang tengah bersandar santai di sofa ruang tamu sambil mengoperasikan sebuah tablet.

     "Wadidaaaw! Yang mau keluar sama cowok mukanya seneng amat!" Nino langsung menggoda Sisi dengan cengiran jail.

     "Berisik lo, Tuyul! Mending sana bantuin Ayah beresin gudang belakang, ada faedahnya timbang lo main game terus," omel Sisi. Dia mengempaskan badan ke sofa sambil merengut.

     Di seberangnya Nino berdecak tidak terima. "Udah dari tadi pagi, keles. Lo aja tuh yang baru nongol. Kasihan yang jadi suami lo ntar, dapet istri tukang molor!" balasnya, menohok.

     Sisi kontan mendelik marah. "Lo kecil-kecil mulutnya pedes, ya?! Sana lo! Jangan ganggu gue!"

     "Dih! Siapa juga yang mau lama-lama ngeliatin lo? Kurang kerjaan amat gue." Nino bangkit dari sofa dan menjauh sambil menjulurkan lidah ke arah sang kakak.

      "Buruan sana pergi! Dasar curut! Bikin mood gue ancur aja pagi-pagi!" gerutu Sisi, gemas. Gadis itu kemudian memperbaiki duduk sembari melirik jam tangan pintarnya. Ternyata, waktu sudah menunjukkan hampir pukul sepuluh menjelang siang.

     Membunuh waktu, Sisi mengecek aplikasi perpesanan instan dan membaca ulang obrolannya bersama Lintang semalam. Untuk saat ini dia tidak berminat menceritakan tentang ajakan maupun kepergiannya bersama Digo, sebab dia yakin Lintang pasti heboh dan sibuk merecoki dirinya.

     Lama bertafakur, kedua telinga Sisi menangkap suara bunyi klakson mobil yang ditekan kecil. Refleks, gadis itu menolehkan kepala, mengintip ke luar dari balik kaca jendela.

     Benar, kendaraan Digo sudah menunggu di depan pintu pagar yang tertutup. Sisi bangkit dengan buru-buru dan menguak daun pintu rumah, lalu setengah berlari menuju pagar. Ia membukanya setengah dan melongokkan kepala keluar.

     "Hai!" Kaca jendela mobil Digo sudah turun. Cowok itu menyapa Sisi seraya melepaskan kacamata hitamnya.

     "Hai!" balas Sisi dengan malu-malu. "Wait," dia menguak pagar lebih lebar, mempersilakan kendaraan Digo masuk ke pekarangan rumah. Setelahnya, gadis itu menutup kembali pintu pagar dan menghampiri Digo yang baru saja keluar dari mobilnya.

     Wah, dia keren sekaliii, Sisi memuji penampilan lelaki tersebut dalam hati. Digo mengenakan outfit chino pants panjang berwarna moka dipadu t-shirt abu-abu muda yang dilapisi loose shirt biru kelabu lengan panjang dengan keseluruhan kancing terbuka.

Little GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang