LGF (9) - Unexpected

9K 1K 130
                                    

     Menyadari tatapan nanar Sisi pada whiteboard di depan kelas, Lintang langsung melemparkan lirikan penuh tanda tanya. Memang sudah sejak pagi tadi sahabatnya itu tampak lebih suka berdiam diri, tidak sebawel biasanya. Hingga kelas dimulai pun dia tampaknya tidak memerhatikan pelajaran, walau pandangannya lurus ke depan kelas, ke arah seorang guru wanita yang tengah menerangkan materi Kimia.

     Menghela napas panjang, Lintang merobek lurus selebaran kertas dari buku miliknya, lalu menuliskan sesuatu di sana. Begitu selesai dia melipat potongan kertas tersebut dan mencolek lengan Sisi sembari meletakkannya di hadapan sang teman.

    Terkejut, Sisi menarik tatapannya dari depan dan langsung menatap tajam wajah Lintang.

     Kenapa? tanyanya tanpa suara, hanya dengan gerakan mulut.

     Lintang menunjukkan kertasnya dengan isyarat mata, dan hal itu kontan membuat Sisi mengikuti pandangannya sembari membuka pelan kertas tersebut.

     Lo kenapa dah ngelamun mulu? Kak Davian lg?

     Napas Sisi terhela berat. Ia mengambil pulpennya sendiri untuk membalas. Tidak sampai semenit, kertas yang sama kembali bergeser ke hadapan Lintang.

     Gaada apa2. Perasaan lo aja.

     Lintang melirik ke samping sambil mendengkus tidak percaya. Dia kembali menulis dan menggesernya ke hadapan Sisi.

     Jangan boong keles! Gue apal tabiat lo.

     Di seberangnya, Sisi berpikir sejenak.

     Nah! Benar tebakan Lintang. Sahabatnya ini memang sangat peka. Dia mampu membaca bagaimana pun hebatnya Sisi menyembunyikan perasaannya. Sisi kemudian tampak menulis balasan untuk Lintang.

     DIGO.

     Mata Lintang membulat. Gadis itu melirik sang sahabat dengan wajah curiga, lantas menulis balasan dengan cepat.

     Digo?? What's goin' on?

     Sisi menatap skeptis kertas surat mereka setelah menangkap sebuah sinyal tegangan tinggi pada raut wajah Lintang. Pertanyaan balasan tersebut sangat jelas berisi keingintahuan yang tidak sekadarnya. Namun hal itu serta merta membuat Sisi membuka mulut. Alih-alih, gadis itu menggelengkan kepala sembari mengembalikan pandangannya ke depan kelas.

     Tak mendapat respon yang sesuai harapan, Lintang sengaja menyenggol bahu Sisi dengan cukup keras.

     Apaan, sih? Sisi teralih kembali dan bertanya tanpa suara.

     Itu! Lintang ikut membalas dengan gerakan mulut serta beliakan kedua mata tajam ke arah kertas yang masih teronggok. Dan sepertinya keingintahuan cewek tersebut akan terkabul karena Sisi akhirnya mengambil pulpen setelah membaca singkat pesan balasan.

     Dia bilang kalo dia jatuh cinta sama gue.

     "Anjir!"

     "Heh! Siapa itu?!"

     Lintang refleks membekap mulutnya dengan satu telapak tangan setelah tak sengaja mengeluarkan suara makian. Wajahnya meringis malu dengan kedua bola mata berputar-putar menerima tatapan seisi kelas yang langsung mengarah ke mejanya.

     "Kamu ya, Lintang? Ada apa?" Sang guru Kimia langsung mendekati mereka berdua.

     "Iya, Bu. Maaf. Tadi ada yang salah saya tulis." Sedetik, kedua matanya melirik reaksi frustrasi Sisi di sampingnya. Lintang kembali melirik bersalah guru mereka yang langsung melengos kembali ke depan kelas setelah mendengar alasannya.

Little GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang