12 : Maaf

3.6K 290 3
                                    

Lian?

12 : Maaf

Aku menegang. Ngapain Lian dirumah Raya? Dan SEPAGI INI?!

Astaga.

"Loh Lian ada disini?" Tanyaku bingung kepada Raya.

"Lian? Lian siapa?" Tanya Raya bingung.

Aku menunjuk Lian yang menatapku terkejut.

"Oh Mason," gumam Raya.

Mason? Aku mengernyit bingung. Sejak kapan Lian ingin dipanggil Mason? Dulu saat aku memanggil Mason, Lian malah memarahiku. Dia berkata dia hanya ingin dipanggil Lian. Dia tidak ingin dipanggil Mason.

Dan sekarang?

Ternyata, i'm not that special for him.

Aku tersenyum simpul berusaha menahan air mataku. Lalu aku mengedikkan bahu pelan dan keluar rumah. Tepat saat aku keluar rumah, air mata mulai mengalir.

Lo ga pernah mau dipanggil Mason, Li. Lo ga pernah mau. Bahkan dulu lo selalu marah kalo gue manggil lo Mason. Tapi sekarang? Lo malah nyuruh Raya manggil lo Mason? Lo emang bener bener Li. Lo mengecewakan gue. Gue kecewa. Kecewa terhadap lo dan diri gue sendiri.

Air mataku mengalir. Harusnya gue ga masuk ke dalam rumah Raya.

"Autumn!" Panggil seseorang.

Itu suara Lian.

Aku segera berjalan cepat menuju mobilku dan hendak membuka suara hingga sebuah tangan menahan pintuku.

"Tunggu Autumn," ujar Lian.

Aku menyeka air mataku kasar lalu menatap Lian.

"Apa?" Tanyaku datar.

"Lo inget janji kita dulu?" Tanya Lian tiba tiba.

"Janji apa?"

"Janji untuk selalu menjaga hati lo buat gue."

Aku ga mungkin lupa.

"Gue inget," ujarku datar.

"Lo masih sayang sama gue?" Tanya Lian.

Aku menatap Lian tak percaya. Bisa bisanya dia-- astaga.

"Intinya, kalo gue ga sayang, ga akan mungkin gue bertahan sejauh ini. Dan kalo gue udah bosen, ga akan mungkin gue nunggu lo selama ini. Tapi sepertinya perjuangan dan pertahanan gue selama ini tuh sia sia. Gue nyerah Li. Gue kecewa sama lo," ujarku dengan air mata mengalir.

"Mulai sekarang, bertindaklah kayak kita ga kenal. You screwed me up!" Ujarku lalu masuk ke dalam mobil.

Aku menyalakan mesin mobil dan melajukan mobil tanpa menghiraukan ketukkan Lian pada kaca mobilku.

Aku melajukan mobil dan sesekali melihat kebelakang dengan kaca spion. Aku melihat Aira yang sedang marah sepertinya kepada Lian. Aku tidak peduli.

Aku melajukan mobil menuju rumah. Setelah itu, aku turun. Hingga sebuah suara membuatku menghentikkan langkahku.

"Autumn," panggil Azrof.

Azrof terlihat tampan dengan baju casualnya itu.

Aku tersenyum dan berjalan menuju Azrof.

"Hei, sorry, nunggu lama ya? Gue habis nganterin Aira ke rumah Isaac," ujarku tidak enak kepada Azrof.

Azrof menggeleng, "gue juga baru nyampe. Yuk langsung pergi?"

Aku mengangguk, "eh bentar, mata lo? Lo habis nangis?" Tanya Azrof.

Mati aku.

"Gue gapapa, udah ah ayo," ujarku lalu menarik tangan Azrof menuju motornya.

Love for AutumnWhere stories live. Discover now